Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Qawaid Qur’aniyyah Kaidah Ke 34 – Mereka Tidak Akan Rela Sebelum Anda Mengikuti Agama Mereka

Allah Berfirman:

وَلَن تَرْضَىٰ عَنكَ ٱلْيَهُودُ وَلَا ٱلنَّصَٰرَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ

“Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka” (QS. AL Baqarah: 120)

Ini adalah kaidah Qur`āniy dalam bidang akidah yang turun semenjak empat belas abad yang lalu, tapi maknanya masih terus terasa baru oleh orang-orang Islam di setiap zaman.

Kaidah yang baku ini disebutkan dalam surah Al-Baqarah yang menceritakan secara detail hakikat Ahli Kitab dan terkhusus orang-orang Yahudi, karena mereka tinggal di Madinah.

Proses turunnya ayat mulia ini, sebagaimana disebutkan oleh sekelompok para mufasir, datang setelah beberapa usaha dari Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam untuk mendekati orang-orang Yahudi, barangkali mereka mau menerimanya dan tunduk kepada agama Islam. Maka datanglah berita ini, yang memutus semua usaha pendekatan yang dilakukan oleh Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam terhadap mereka.

Makna kaidah ini secara ringkas:

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rida terhadapmu wahai Muhammad selama-lamanya. Maka tinggalkanlah usaha mencari keridaan dan persetujuan mereka. Alihkanlah usahamu untuk mencari keridaan Allah dalam mendakwahi mereka kepada kebenaran yang Allah mengutusmu dengannya. Sesungguhnya apa yang kamu dakwahkan kepada mereka merupakan jalan yang bisa mempertemukan kamu (dengan mereka) atas dasar persaudaraan dan agama yang lurus. Tidak ada jalan bagimu untuk membuat mereka rida dengan mengikuti agama mereka, karena Yahudi merupakan lawan dari Nasrani, dan Nasrani merupakan lawan dari Yahudi. Keyakinan Yahudi dan Nasrani tidak akan terkumpul dalam diri seseorang dalam satu keadaan. Jadi, tidak ada jalan bagimu untuk membuat rida kedua kelompok tersebut. Jika tidak ada jalan bagimu untuk itu, maka tetap ikutilah petunjuk Allah yang merupakan jalan untuk mendamaikan semua makhluk.

Kaidah yang baku ini diucapkan oleh Allah yang mengetahui semua rahasia dan yang lebih tersembunyi dari rahasia tersebut. Tidak ada kondisi makhluk-Nya yang tersembunyi dari-Nya, baik pada masa sekarang maupun pada masa yang akan datang. Yang mengucapkan perkataan ini, Dia juga yang mengucapkan,

أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ ٱللَّطِيفُ ٱلْخَبِيرُ

“Apakah (pantas) Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui? Dan Dia Mahahalus lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Mulk: 14)

Sungguh bagus apa yang dilakukan oleh Syekh Muhammad Rasyid Rida, ketika beliau meringkas kaidah-kaidah yang terkandung di dalam surah AlBaqarah. Beliau menjadikan kaidah yang sedang kita bahas ini sebagai bagian dari kaidah-kaidah tersebut. Beliau berkata tentang ayat ini, “Sebuah ayat untuk Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam yang menyingkapkan keadaan pengikut kedua agama tersebut di zamannya, dan ini masih berlaku secara pasti terhadap umatnya setelahnya. Sebagian pemimpin bangsa-bangsa Islam terpedaya sehingga mereka berusaha untuk mencari keridaan beberapa negara tanpa mengikuti kekufuran agama mereka, tetapi mereka tetap saja tidak mau rida. Kalau pemimpin bangsabangsa Islam tersebut mau mengikuti agama kufur tersebut, maka mereka akan mensyaratkan untuk mengikuti pemahaman dan bentuk-bentuk amalan agama tersebut, sehingga tidak ada lagi keindependenan mereka dalam masalah agama dan juga diri mereka.”

Meskipun makna nas Qur`āniy yang baku ini sudah sangat jelas, namun Anda akan merasa sedih dengan tindakan beberapa orang muslim yang meragukan hakikat ini. Keraguan tersebut terlihat dalam berbagai bentuk, mulai dari meragukan bahwa mereka itu adalah orang-orang kafir, dan berakhir pasda asimilasi (penyesuaian) dan integrasi total dengan mereka. Ini merupakan penghapusan terang-terangan terhadap salah satu pondasi Islam, yaitu masalah walā` (loyalitas) dan barā` (berlepas diri dari mereka).

Orang-orang tersebut tidak membedakan antara hal-hal yang layak diambil dan dimanfaatkan dari mereka terkait urusan dunia, dan kebanggaan seorang mukmin dengan agamanya serta keunggulannya dengan akidahnya. Bukannya malah membangga-banggakan hal-hal yang menjadi musibah besar itu yang tidak akan dipedulikan oleh orang-orang berakal yang membaca sejarah, apalagi oleh orang yang mengerti tentang Allah dan Rasul-Nya.

Seorang mukmin, ketika mendengar kata-kata jelek seperti ini, akan bertanyatanya tentang para penulis yang membawa nama-nama Islami tersebut, apakah mereka tidak membaca firman Allah:

وَدَّ كَثِيرٌ مِّنْ أَهْلِ ٱلْكِتَٰبِ لَوْ يَرُدُّونَكُم مِّنۢ بَعْدِ إِيمَٰنِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِّنْ عِندِ أَنفُسِهِم مِّنۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ ٱلْحَقُّ ۖ فَٱعْفُوا۟ وَٱصْفَحُوا۟ حَتَّىٰ يَأْتِىَ ٱللَّهُ بِأَمْرِهِۦٓ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

“Banyak di antara Ahli Kitab menginginkan sekiranya mereka dapat mengembalikan kamu setelah kamu beriman menjadi kafir kembali, karena rasa dengki dalam diri mereka, setelah kebenaran jelas bagi mereka. Maka maafkanlah dan berlapang dadalah, sampai Allah memberikan perintah-Nya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah: 109)?!

Apakah mereka tidak merenungkan firman Allah tentang semua orang kafir:

“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menaati orang-orang yang kafir, niscaya mereka akan mengembalikan kamu ke belakang (murtad), maka kamu akan kembali menjadi orang yang rugi. Tetapi hanya Allah-lah pelindungmu, dan Dia penolong yang terbaik.” (QS. Āli ‘Imrān: 149-150, Lihat: https://tafsirweb.com/1281-surat-ali-imran-ayat-149.html)

Ini merupakan kesaksian Allah terhadap musuh-musuh kita terkait apa yang mereka inginkan dari kita dan tindakan mereka yang berusaha menghalanghalangi kita dari agama kita. Maka apakah masih ada kesaksian lain (yang lebih kuat) setelah kesaksian Allah ini? Apakah tidak cukup Tuhanmu yang menjadi saksi atas segala sesuatu?!

Kalau kita ingin membuka kembali lembaran sejarah maka kita akan mendapatkan jawaban yang akan menambah keyakinan seorang mukmin dengan kaidah yang baku ini. Siapakah yang meracuni kambing yang masih dirasakan Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam efeknya sampai beliau bertemu Tuhannya? Siapakah yang membunuh (Umar) Al-Fārūq? Siapakah yang meracuni beberapa orang khalifah umat Islam yang memiliki peran dalam melemahkan kekuasaan orang-orang Yahudi dan Nasrani?

Sungguh, beberapa pembicara tersebut sudah terpedaya dengan apa yang telah kita sampaikan, karena mereka bergaul dengan segelintir orang-orang Yahudi dan Nasrani, tetapi tidak menemukan selain interaksi yang bagus dari mereka, sebagaimana yang mereka klaim. Ini bisa saja terjadi, akan tetapi tidak mungkin sama sekali menjadi penghapus terhadap berita yang sudah pasti dari firman Tuhan kita. Karena interaksi individual bisa jadi dipengaruhi oleh berbagai kepentingan, atau itu merupakan kondisi-kondisi yang dikecualikan. Namun ketika kondisi sudah serius maka akan kelihatan akhlak asli mereka yang sebenarnya. Orang yang memiliki sedikit saja penglihatan dan pengamatan akan mendapati apa yang mereka lakukan dalam perang salib yang menyerang negeri-negeri Syam sebelum dan sesudah masa Salahuddin, juga apa yang dilakukan oleh saudara-saudara dan anak keturunan mereka di Palestina, Afganistan, Bosnia Herzegovina, dan Irak, yang tidak lain merupakan saksi paling nyata (terhadap perilaku mereka).

(Qawaid Qur’aniyyah 50 Qa’idah Qur’aniyyah fi Nafsi wal Hayat, Syeikh DR. Umar Abdullah bin Abdullah Al Muqbil)

KabeL DakwaH
KabeL DakwaH Owner Gudang Software Al-Amanah

Posting Komentar untuk "Qawaid Qur’aniyyah Kaidah Ke 34 – Mereka Tidak Akan Rela Sebelum Anda Mengikuti Agama Mereka"