Syafa'atul 'Udzma - Padang Mahsyar
![]() |
Kabeldakwah.com |
Syafaatul Udzma
Apa Itu Syafaat?
Syafaat secara bahasa diambil dari kata
as-Syaf’u [arab: الشفع] yang artinya
genap (sesuatu yang bisa dibagi).
Kata ini juga disebutkan oleh Allah dalam al-Quran,
وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ
“Demi sesuatu yang genap
dan yang ganjil.” (QS. al-Fajr: 3)
Secara Istilah:
الشفاعة هي التوسط للغير في جلب المنفعة أو دفع المضرة
“Syafaat adalah
menjembatani (menjadi perantara) bagi orang lain untuk mendapatkan manfaat atau
kebaikan dan menghilangkan kesulitan.”
Sementara syafaat menurut istilah yang lain, dijelaskan oleh
Ibnul Atsir,
هي السؤال في التجاوز
عن الذنوب والجرائم بينهم
Syafaat adalah permohonan seseorang untuk memaafkan dosa orang lain atau memaafkan kesalahan-kesalahan yang terjadi diantara mereka. (an-Nihayah fi Gharib al-Hadits, 2/485)
Syafaat mempunyai tiga syarat:
Pertama, Allah meridhai orang yang memberi syafaat.
Kedua, Allah meridhai orang yang diberi syafaat.
Ketiga, Allah mengizinkan
pemberi syafaat untuk memberi syafaat.
Syafaatul Udzma
Asy-Syafa’atul Udzma adalah syafaat yang dilakukan oleh
Rasulullah ﷺ untuk para penduduk Padang
Mahsyar. Yang isinya adalah permintaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, supaya
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menyegerakan
hari keputusan. Dinamakan Asy-Syafa’atul Udzma atau syafaat yang paling besar
karena syafaat ini diperuntukkan bagi seluruh manusia, yang mukmin maupun yang
kafir.
Ketika sudah memuncak
kesusahan di Padang Mahsyar, terik matahari, keringat yang menggenang, waktu
yang sangat lama dalam keadaan takut yang sangat menunggu hari keputusan, maka
manusia ingin disegerakan hari keputusan tersebut. Mereka mendatangi orang-orang
yang memiliki kedudukan mulia. Supaya memohon kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى agar menyegerakan hari
keputusan. Dan membebaskan mereka dari kesusahan yang berkepanjangan di Padang
Mahsyar.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
لِكُلِّ نَبِىٍّ
دَعْوَةٌ يَدْعُو بِهَا ، وَأُرِيدُ أَنْ أَخْتَبِئَ دَعْوَتِى شَفَاعَةً
لأُمَّتِى فِى الآخِرَةِ
“Setiap Nabi memiliki do’a (mustajab) yang
digunakan untuk berdo’a dengannya. Aku ingin menyimpan do’aku tersebut sebagai
syafa’at bagi umatku di akhirat nanti.” (HR. Bukhari no. 6304)
Selanjutnya kita akan melihat kisah syafa’at
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam –yang dikenal dengan syafa’at al-‘uzhma-
dalam hadits yang cukup panjang. Kisah ini terjadi ketika berkumpulnya manusia
di padang masyhar.
Dari Abu Hurairah, beliau berkata bahwa pada
suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam disodorkan daging, lalu
ditawarkan kepadanya sebesar satu hasta (dari daging tersebut). Kemudian beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam menyantapnya dengan sekali gigitan, lalu beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَنَا سَيِّدُ النَّاسِ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَهَلْ تَدْرُونَ بِمَ ذَاكَ يَجْمَعُ اللَّهُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ الأَوَّلِينَ وَالآخِرِينَ فِى صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَيُسْمِعُهُمُ
الدَّاعِى وَيَنْفُذُهُمُ الْبَصَرُ وَتَدْنُو الشَّمْسُ فَيَبْلُغُ النَّاسَ مِنَ
الْغَمِّ وَالْكَرْبِ مَا لاَ يُطِيقُونَ وَمَا لاَ يَحْتَمِلُونَ فَيَقُولُ
بَعْضُ النَّاسِ لِبَعْضٍ أَلاَ تَرَوْنَ مَا أَنْتُمْ فِيهِ أَلاَ تَرَوْنَ مَا
قَدْ بَلَغَكُمْ أَلاَ تَنْظُرُونَ مَنْ يَشْفَعُ لَكُمْ إِلَى رَبِّكُمْ
فَيَقُولُ بَعْضُ النَّاسِ لِبَعْضٍ ائْتُوا آدَمَ.
“Aku adalah sayyid
(pemimpin) manusia pada hari kiamat nanti. Apakah kalian tahu mengapa bisa
demikian?
Allah mengumpulkan
seluruh makhluk pada hari kiamat di satu tempat yang luas. Pada saat itu
memanggil orang yang jauh dan yang dekat sama saja. Demikian pula, melihat yang
jauh sama dengan melihat suatu yang dekat. Matahari (pada saat itu) didekatkan.
Akhirnya, manusia pada saat itu berada dalam kesusahan dan kesedihan. Mereka
tidak kuasa menahan dan memikul beban pada saat itu. Lalu ada sebagian orang
mengatakan kepada yang lainnya, “Apakah kalian tidak melihat kesusahan yang
menimpa kalian? Apakah kalian tidak melihat apa yang kalian alami? Apakah
kalian tidak melihat ada orang yang akan memberi syafa’at untuk kalian kepada
Rabb kalian?” Maka sebagian orang berkata kepada yang lainnya supaya mendatangi
Nabi Adam ‘alaihis salam.
فَيَأْتُونَ آدَمَ
فَيَقُولُونَ يَا آدَمُ أَنْتَ أَبُو الْبَشَرِ خَلَقَكَ اللَّهُ بِيَدِهِ
وَنَفَخَ فِيكَ مِنْ رُوحِهِ وَأَمَرَ الْمَلاَئِكَةَ فَسَجَدُوا لَكَ اشْفَعْ
لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلاَ تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ أَلاَ تَرَى إِلَى مَا
قَدْ بَلَغَنَا فَيَقُولُ آدَمُ إِنَّ رَبِّى غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا
لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ وَإِنَّهُ
نَهَانِى عَنِ الشَّجَرَةِ فَعَصَيْتُهُ نَفْسِى نَفْسِى اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِى
اذْهَبُوا إِلَى نُوحٍ
Kemudian mereka
mendatangi (Nabi) Adam. Lalu mereka mengatakan, “Wahai Adam engkau adalah bapak
seluruh manusia. Allah telah menciptakanmu dengan tangan-Nya, Dia meniupkan
ciptaan ruh-Nya pada dirimu, dan Dia memerintahkan malaikat untuk sujud
kepadamu. Berilah syafa’at untuk kami kepada Rabbmu. Tidakkah engkau melihat
keadaan kami? Tidakkah engkau melihat yang telah menimpa kami?” Lalu Adam
mengatakan, ”Sesungguhnya hari ini Rabbku marah dengan kemarahan yang belum
pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan marah semisal itu sesudahnya. Dia
telah melarangku untuk mendekati sebuah pohon, namun diriku melanggarnya.
Pergilah kalian kepada selain aku! Pergilah kalian kepada Nuh ‘alaihis salam!”
فَيَأْتُونَ نُوحًا
فَيَقُولُونَ يَا نُوحُ أَنْتَ أَوَّلُ الرُّسُلِ إِلَى الأَرْضِ وَسَمَّاكَ
اللَّهُ عَبْدًا شَكُورًا اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلاَ تَرَى مَا نَحْنُ
فِيهِ أَلاَ تَرَى مَا قَدْ بَلَغَنَا فَيَقُولُ لَهُمْ إِنَّ رَبِّى قَدْ
غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلَنْ يَغْضَبَ
بَعْدَهُ مِثْلَهُ وَإِنَّهُ قَدْ كَانَتْ لِى دَعْوَةٌ دَعَوْتُ بِهَا عَلَى
قَوْمِى نَفْسِى نَفْسِى اذْهَبُوا إِلَى إِبْرَاهِيمَ
Lalu mereka mendatangi Nabi
Nuh. Kemudian mereka mengatakan, “Wahai Nuh. Engkau adalah rasul pertama yang
diutus ke muka bumi. Allah menyebutmu sebagai hamba yang bersyukur. Berilah
syafa’at untuk kami kepada Rabbmu. Tidakkah engkau melihat keadaan kami?
Tidakkah engkau melihat yang telah menimpa kami?” Lalu Nuh mengatakan kepada
mereka, “Sesungguhnya pada hari ini Rabbku marah dengan kemarahan yang belum
pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan marah semisal itu sesudahnya. Do’a
yang kumiliki telah kugunakan untuk mendo’akan kejelekan bagi kaumku. Pergilah kalian kepada Ibrahim!”
فَيَأْتُونَ
إِبْرَاهِيمَ فَيَقُولُونَ أَنْتَ نَبِىُّ اللَّهِ وَخَلِيلُهُ مِنْ أَهْلِ
الأَرْضِ اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلاَ تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ أَلاَ
تَرَى إِلَى مَا قَدْ بَلَغَنَا فَيَقُولُ لَهُمْ إِبْرَاهِيمُ إِنَّ
رَبِّى قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلاَ
يَغْضَبُ بَعْدَهُ مِثْلَهُ. وَذَكَرَ كَذَبَاتِهِ نَفْسِى نَفْسِى اذْهَبُوا
إِلَى غَيْرِى اذْهَبُوا إِلَى مُوسَى.
Lalu mereka mendatangi Ibrahim ‘alaihis salam.
Kemudian mereka berkata, “Engkau adalah Nabi Allah dan kekasih-Nya
(kholilullah) dari penduduk bumi. Berilah syafa’at untuk kami kepada Rabbmu.
Tidakkah engkau melihat keadaan kami? Tidakkah engkau melihat yang telah
menimpa kami?” Lalu Ibrahim berkata kepada mereka, “Sesungguhnya pada hari ini
Rabbku marah dengan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak
akan marah semisal itu sesudahnya.” Lalu beliau menceritakan beberapa kebohongan yang pernah
beliau lakukan. Pergilah kalian kepada
selainku! Pergilah kalian kepada Musa!”
فَيَأْتُونَ مُوسَى
فَيَقُولُونَ يَا مُوسَى أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ فَضَّلَكَ اللَّهُ بِرِسَالاَتِهِ
وَبِتَكْلِيمِهِ عَلَى النَّاسِ اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلاَ تَرَى إِلَى
مَا نَحْنُ فِيهِ أَلاَ تَرَى مَا قَدْ بَلَغَنَا فَيَقُولُ لَهُمْ مُوسَى
-صلى الله عليه وسلم- إِنَّ رَبِّى قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ
قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ وَإِنِّى قَتَلْتُ نَفْسًا
لَمْ أُومَرْ بِقَتْلِهَا نَفْسِى نَفْسِى اذْهَبُوا إِلَى عِيسَى
Lalu mereka mendatangi
Musa ‘alaihis salam. Kemudian mereka berkata, “Engkau adalah utusan Allah yang
Allah memuliakanmu lebih dari manusia lainnya dengan risalah-Nya dan Dia
berbicara langsung padamu. Berilah syafa’at untuk kami kepada Rabbmu. Tidakkah
engkau melihat keadaan kami? Tidakkah engkau melihat yang telah menimpa kami?”
Lalu Musa berkata kepada mereka, “Sesungguhnya pada hari ini Rabbku marah
dengan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan marah
semisal itu sesudahnya. Aku sendiri pernah membunuh seseorang, padahal aku
tidak diperintahkan untuk membunuhnya (seorang pria mesir / Qibthi yang dzolim).
Pergilah kalian kepada Isa!”
فَيَأْتُونَ عِيسَى
فَيَقُولُونَ يَا عِيسَى أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ وَكَلَّمْتَ النَّاسَ فِى
الْمَهْدِ وَكَلِمَةٌ مِنْهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ فَاشْفَعْ
لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلاَ تَرَى مَا نَحْنُ فِيهِ أَلاَ تَرَى مَا قَدْ بَلَغَنَا
فَيَقُولُ لَهُمْ عِيسَى إِنَّ رَبِّى قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ
يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ – وَلَمْ يَذْكُرْ
لَهُ ذَنْبًا – نَفْسِى نَفْسِى اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِى اذْهَبُوا إِلَى
مُحَمَّدٍ -صلى الله عليه وسلم-
Lalu mereka mendatangi
Isa ‘alaihis salam. Kemudian mereka berkata, “Engkau adalah utusan Allah dan
engkau berbicara kepada manusia ketika bayi. Engkau adalah kalimat dari-Nya
yang diberikan kepada Maryam dan ruh yang berasal dari-Nya. Berilah syafa’at untuk
kami kepada Rabbmu. Tidakkah engkau melihat keadaan kami? Tidakkah engkau
melihat yang telah menimpa kami?” Lalu Isa berkata kepada mereka, “Sesungguhnya
pada hari ini Rabbku marah dengan kemarahan yang belum pernah terjadi
sebelumnya dan tidak akan marah semisal itu sesudahnya. –Lalu beliau tidak
menyebutkan adanya dosa yang pernah beliau perbuat-. Pergilah kalian kepada
selain aku. Pergilah kalian kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam!”
فَيَأْتُونِّى
فَيَقُولُونَ يَا مُحَمَّدُ أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ وَخَاتَمُ الأَنْبِيَاءِ
وَغَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ اشْفَعْ لَنَا
إِلَى رَبِّكَ أَلاَ تَرَى مَا نَحْنُ فِيهِ أَلاَ تَرَى مَا قَدْ بَلَغَنَا
فَأَنْطَلِقُ فَآتِى تَحْتَ الْعَرْشِ فَأَقَعُ سَاجِدًا لِرَبِّى ثُمَّ يَفْتَحُ
اللَّهُ عَلَىَّ وَيُلْهِمُنِى مِنْ مَحَامِدِهِ وَحُسْنِ الثَّنَاءِ عَلَيْهِ
شَيْئًا لَمْ يَفْتَحْهُ لأَحَدٍ قَبْلِى
Lalu mereka mendatangiku. Kemudian mereka
mengatakan, “Engkau adalah utusan Allah, penutup para Nabi, Allah telah
mengampuni dosamu yang telah lalu dan akan datang. Berilah syafa’at untuk kami
kepada Rabbmu. Tidakkah engkau melihat keadaan kami? Tidakkah engkau melihat
yang telah tertimpa pada kami?”
Kemudian saya (Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam) pergi menuju bawah ‘Arsy. Lalu aku bersujud kepada Rabbku. Kemudian
Allah memberi ilham padaku berbagai pujian dan sanjungan untuk-Nya yang belum
pernah Allah beritahukan kepada seorang pun sebelumku.
ثُمَّ يُقَالُ يَا
مُحَمَّدُ ارْفَعْ رَأْسَكَ سَلْ تُعْطَهْ اشْفَعْ تُشَفَّعْ. فَأَرْفَعُ رَأْسِى
فَأَقُولُ يَا رَبِّ أُمَّتِى أُمَّتِى. فَيُقَالُ يَا مُحَمَّدُ أَدْخِلِ
الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِكَ مَنْ لاَ حِسَابَ عَلَيْهِ مِنَ الْبَابِ الأَيْمَنِ
مِنْ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ وَهُمْ شُرَكَاءُ النَّاسِ فِيمَا سِوَى ذَلِكَ مِنَ
الأَبْوَابِ وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ إِنَّ مَا بَيْنَ
الْمِصْرَاعَيْنِ مِنْ مَصَارِيعِ الْجَنَّةِ لَكَمَا بَيْنَ مَكَّةَ وَهَجَرٍ
أَوْ كَمَا بَيْنَ مَكَّةَ وَبُصْرَى
Kemudian ada seorang penyeru yang mengatakan,
‘Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu, mintalah pasti engkau akan diberi, berilah
syafa’at pasti akan dikabulkan’. Lalu aku mengangkat kepalaku. Kemudian aku
berkata, ‘Wahai Rabbku, umatku, umatku.’ Maka dikatakan, ‘Wahai Muhammad,
suruhlah umatmu yang tidak dihisab untuk masuk ke surga melalui salah satu
pintu surga di sisi kanan sedangkan pintu-pintu yang lain adalah pintu surga
bagi semua orang. Demi jiwa Muhammad yang berada di tangan-Nya. Sesungguhnya di antara dua
daun pintu di surga, bagaikan jarak Makkah dengan Hajar atau bagaikan jarak
Makkah dengan Bashroh. (HR. Muslim no. 501)
Jarak mekkah bashra =
1200 sekian KM (silahkan cek ulang data ini)
Makkah ke Hajar = 1200
sekian KM (silahkan cek ulang data ini, apabila data ini kurang tepat, berikan
kami data yang benar beserta rujukannya, terimakasih)
Siapakah Yang Akan Bahagia Kelak Dengan Mendapatkan
Syafa’at Rasulullah?
Pertanyaan di atas sungguh tepat bila dijawab dengan
hadits shahih yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu dengan
pertanyaan yang sama. Beliau Radhiyallahu ‘anhu bertanya kepada Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
يَا رَسُولَ اللَّهِ
مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَسْعَدُ النَّاسِ
بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا
مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ
“Wahai Rasulullah, Siapakah orang yang paling bahagia
dengan mendapatkan syafa’atmu pada hari kiamat?”
Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab :
أَسْعَدُ النَّاسِ
بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا
مِنْ قَلْبِهِ
“Orang yang paling bahagia dengan mendapatkan
syafa’atku pada hari kiamat adalah orang yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah
(tiada Ilah yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah) secara ikhlas dari
dalam hatinya” (HR al Bukhari)
Disusun Oleh: Ahmadi Assambasy
Posting Komentar untuk "Syafa'atul 'Udzma - Padang Mahsyar"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.