Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hukum Cuka, Haramkah ?

 

Tanya: Apa hukum memakan atau meminum cuka?. Saya pernah membaca dalam satu Blog bahwa cuka itu haram hukumnya. Terima kasih.

Jawab: Cuka secara tabiat (thaabi’iy) adalah halal menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dalil dari Al-Qur’an adalah firman-Nya ta’ala:

كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ

“Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu” (QS. Al-Baqarah: 57).

Cuka termasuk makanan yang baik. Tidak ada dalil yang mengharamkannya, sehingga ia halal hukumnya. Dan yang menguatkan bahwa cuka termasuk makanan yang baik adalah riwayat:

عَنْ عَائِشَةَ، أَنّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " نِعْمَ الْأُدُمُ أَوِ الْإِدَامُ الْخَلُّ ".

Dari ‘Aaisyah: Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sebaik-baik bumbu/lauk adalah cuka” (Diriwayatkan oleh Muslim no. 2051, At-Tirmidziy no. 1840, Ibnu Maajah no. 3316, Ad-Daarimiy no. 2055, dan yang lainnya).

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ: أَنّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَأَلَ أَهْلَهُ الْأُدُمَ، فَقَالُوا: مَا عِنْدَنَا إِلَّا خَلٌّ، فَدَعَا بِهِ فَجَعَلَ يَأْكُلُ بِهِ، وَيَقُولُ: " نِعْمَ الْأُدُمُ الْخَلُّ نِعْمَ الْأُدُمُ الْخَلُّ "

Dari Jaabir bin ‘Abdillah: Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada keluarganya tentang lauk. Mereka berkata: “Tidak ada di sisi kami kecuali cuka”. Maka beliau menyuruh untuk diambilkan dan kemudian makan dengannya. Beliau bersabda: “Sebaik-baik lauk adalah cuka, sebaik-baik lauk adalah cuka” (Diriwayatkan oleh Muslim no. 2052, At-Tirmidziy no. 1839 & 1842, Ibnu Abi Syaibah 8/337, Ahmad 3/301 & 304 & 353 & 364 & 379 & 389 & 390 & 400, Ad-Daarimiy no. 2054, Abu Daawud no. 3820 & 3821, dan yang lainnya).

Para ulama tidak berbeda pendapat mengenai hal ini.

Cuka yang berasal dari bahan yang halal hukumnya halal. Dan ini banyak beredar di pasaran. Adapun cuka yang berasal dari bahan yang haram, khamr misalnya, maka ini ada dua keadaan:

1. Cuka tersebut didapat melalui proeses rekayasa, maka hukumnya haram.

Dasarnya adalah:

عَنْ أَنَسٍ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنِ الْخَمْرِ تُتَّخَذُ خَلًّا، فَقَالَ: لَا "

Dari Anas: Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang khamr yang dijadikan cuka. Maka beliau menjawab: “Tidak boleh” (Diriwayatkan oleh Muslim no. 1983, Ahmad 3/119 & 180 & 260, At-Tirmidziy no. 1294, Abu Daawud no. 3675, Abu ‘Awaanah no. 7977, Abu Ya’laa no. 4045 & 4051, Ath-Thahawiy dalam Syarh Musykilil-Aatsaar no. 3335-3339, Al-Baihaqiy 6/36, Al-Qaasim bin Sallaam dalam Al-Amwaal no. 282, dan yang lainnya).

2. Cuka didapat tanpa melalui proses rekayasa (berubah secara alami), maka ini halal.

Bahkan, telah dinukil ijma’(1) akan hal ini sebagaimana dikatakan oleh An-Nawawiy rahimahullah:

وَأَجْمَعُوَا أَنَّهَا إِذَا انْقَلَبَتْ بِنَفْسِهَا خَلا طَهُرَتْ ....

“Dan para ulama telah sepakat bahwasannya jika khamr telah berubah dengan sendirinya menjadi cuka, ia menjadi suci....” (Syarh Shahih Muslim, 13/125).

Wallaahu a’lam.

Oleh: Abul Jauzaa' Dony Arif Wibowo

Footnote:

(1) Sebagian orang salah paham dalam menisbatkan ijma’ ini. Yang dikatakan ijmaa’ oleh ulama adalah sucinya khamr yang berubah menjadi cuka secara alami. Namun jika dibuat dengan rekayasa, tidak ada ijmaa’. At-Tirmidziy rahimahullah menjelaskan secara singkat sebagai berikut:

وقَالَ بِهَذَا بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ: وَكَرِهُوا أَنْ تُتَّخَذَ الْخَمْرُ خَلَّا، وَإِنَّمَا كُرِهَ مِنْ ذَلِكَ وَاللَّهُ أَعْلَمُ، أَنْ يَكُونَ الْمُسْلِمُ فِي بَيْتِهِ خَمْرٌ، حَتَّى يَصِيرَ خَلَّا، وَرَخَّصَ بَعْضُهُمْ فِي خَلِّ الْخَمْرِ، إِذَا وُجِدَ قَدْ صَارَ خَلًّا أَبُو الْوَدَّاكِ اسْمُهُ: جَبْرُ بْنُ نَوْفٍ

“Dengan hadits ini sebagian ulama mengatakan: ‘Mereka (para ulama) memakruhkan khamr yang dijadikan cuka. Dimaruhkannya hal tersebut, wallaahu a’lam, adalah: bagaimana bisa terdapat khamr di rumah seorang muslim hingga berubah menjadi cuka’. Sebagian ulama memberi keringanan cuka yang berasal dari khamr, apabila seseorang telah mendapatinya berubah menjadi cuka (tanpa proses rekayasa)” (Al-Jaami’)

Posting Komentar untuk "Hukum Cuka, Haramkah ?"