3 Wasiat Untuk Para Guru - Nasehat Syaikh Fathi Al-Mushily dalam liqo Maftuh bersama para Asatidzah STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya
1. Jangan masuk ke kelas atau perkuliahan kecuali engkau sudah menyiapkan pelajaran,
menelitinya, dan mempersiapkan dirimu secara ilmiah dan ruhiyah untuk
menyampaikan.
Karena kamu sedang masuk ke dalam sebuah ibadah yang agung, maka wajib ada persiapan. Dahulu, Syaikh Ibn Baz -rahimahullah- setiap kali beliau hendak mengajar atau memulai pelajaran, beliau menyiapkan dan menyusun materi ilmiahnya. Karena engkau, sebagai seorang guru, seperti sebuah perangkat: jika tidak diisi dengan energi dan nutrisi, maka pengaruhmu akan lemah. Maka hal paling penting adalah perhatian terhadap persiapan materi. Jika engkau akan berbicara selama 30 menit, seharusnya engkau telah mempersiapkan materi selama dua jam. Maksudnya, kamu harus menyiapkan bacaan, kajian, dan sumber-sumber ilmiah lebih dari yang kamu sampaikan. Tingkat keilmuanmu harus lebih tinggi dari para murid. Jika tingkat keilmuanmu sama dengan murid, maka engkau tidak akan ada pengaruh pada mereka.
Mengapa dunia kedokteran
maju? Karena para dokter terus melakukan pengembangan, mengambil manfaat, dan
terus meneliti. Begitu juga penuntut ilmu dan guru: wajib melakukan
pengembangan ilmiah dan pengembangan diri dalam materi pelajarannya.
2. Pentingnya Persatuan
Kalimat (kesatuan hati tujuan)
Adalah sesuatu yang
fitrah bahwa ketika para pemuda dan para da’i berkumpul dalam satu usia atau
jenjang, akan terjadi di antara mereka persaingan, perbedaan, atau
ketidaksamaan. Ini hal yang wajar. Namun perbedaan itu hendaknya berada pada
ranah akal, bukan di hati. Bahkan dalam satu rumah pun ada perbedaan antara
anak-anak, antara suami dan istri. Itu tidak masalah, asalkan tidak berubah
menjadi permusuhan, kebencian, atau perebutan yang negatif.
Kekuatan kalian di negeri
ini, kalian yang membawa dakwah yang agung, sedang menunaikan kewajiban (fardhu
kifayah). Sekarang kalian menggugurkan fardhu kifayah dari seluruh penduduk
Indonesia. Andai kalian tidak ada, seluruh beban dosa itu akan jatuh pada
masyarakat luas. Kalian adalah kelompok yang sedang mengemban tugas dakwah.
Jika kelompok ini
berselisih, saling bersaing, dan saling membenci, maka dakwah akan lenyap. Saya
berbicara berdasarkan pengalaman di banyak negara: dakwah Al-Qur’an dan Sunnah
sempat mencapai puncak dan tersebar luas, namun dalam semalam bisa runtuh. Mengapa?
Karena adanya perbedaan, persaingan, dan tidak bersatunya kalimat.
Maka, persatuan kalimat
kalian, penyatuan usaha kalian, dan saling melengkapi kegiatan kalian adalah
kekuatan. Bukan hanya kekuatan untuk generasi ini, tapi untuk puluhan bahkan
ratusan generasi ke depan. Saya yakin, selama ratusan tahun, negeri ini belum
pernah Allah anugerahi kelompok seperti kalian: lembaga, pusat, dan institusi
dakwah yang besar.
Jika kalian pergi dan
tidak menjaga ini, maka yang akan tersebar di bumi adalah kebatilan dan
kesesatan. Selalu saja, saat dakwah sudah meluas dan jumlah guru sudah banyak,
setan mulai menebar perpecahan, persaingan, dan kebencian—dan ini semua
melemahkan dakwah.
Dan ketahuilah, setiap
persaingan dan perbedaan di antara para guru, pasti akan menular kepada para
murid dan penuntut ilmu. Ini poin yang sangat penting. Saya dan Dr. Asyraf
sepakat bahwa di banyak universitas Islam di Saudi, Kuwait, Bahrain, dan Yordania,
para mahasiswa justru saling bersaing, berbeda-beda, tidak bersatu. Maka
kelompok ahli bid’ah pun dengan mudah menguasai mereka. Mengapa? Karena
sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di dan Syaikh
Ibn Utsaimin dalam Tafsir Taysir al-Karim ar-Rahman, bahwa:
“Kebatilan akan memiliki
kekuatan saat ahlul-haq lengah.”
“Kebatilan akan memiliki
kekuasaan saat para ulama dan ahli fatwa tidak lagi ada.”
Maka kebatilan akan punya
kekuatan dan kekuasaan ketika ahli kebenaran lemah dan lalai.
3. Perhatian dan
Pemilihan Murid
Yang ketiga adalah
perhatian dan pemilihan murid. Maksudnya: ketika masuk ke kelas, guru harus
benar-benar memperhatikan semua murid. Merangkul mereka, mendidik mereka,
menasihati mereka, mengawasi akhlak mereka, dan berbicara kepada mereka sesuai
kondisi psikologisnya. Ini yang disebut i‘tināq (merangkul). Bersamaan dengan
itu, harus ada intiqā’ (pemilihan), yaitu memilih sebagian murid yang menonjol
dan unggul untuk dikembangkan secara ilmiah dan ruhani. Karena ujungnya, dakwah
itu akan berdiri di atas pundak orang-orang yang unggul ini.
Mengapa dakwah hari ini
masih kuat? Karena ada orang-orang seperti kalian yang menonjol dan unggul
dalam ilmu dan dakwah. Ini nasihat saya untuk para ikhwah di kampus ini. Tahun
lalu saya sudah pernah ke sini, dan saya lihat perubahan: ada pengembangan, perhatian,
dan peningkatan kualitas murid. Ada perkembangan dalam dukungan. Maka, dakwah
masih baik. Dan wajib dijaga.
Sebagaimana dikatakan
oleh para ulama:
“Syukur itu adalah
menjaga nikmat yang sudah ada dan mengusahakan kembali nikmat yang hilang.”
Oleh: Hamba Allah
Batu, 1 Juli 2025
Diringkas dari nasehat
Syaikh Fathi Al-Mushily حفظه الله dalam liqo Maftuh bersama para
Asatidzah STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya.
Posting Komentar untuk "3 Wasiat Untuk Para Guru - Nasehat Syaikh Fathi Al-Mushily dalam liqo Maftuh bersama para Asatidzah STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.