Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kumpulan Artikel Inspiratif Motivasi (Bagian 5)

Daftar Isi:

Rencana Allah Selalu Lebih Baik.

Beban Hidup.

Pedagang & Pengusaha.

Bakat Itu Penting Tekad Lebih Penting.

Keturunan.

Pernah mendorong gerobak?.

Sukses Berbisnis.

Agar Impian Jadi Kenyataan.

Sales Sukses.

Formula For Success.

Transaksi Jual Beli Yang Aneh.

Kalah Sepikul Kayu.

 

Rencana Allah Selalu Lebih Baik

Saat itu Halimah ditemani oleh suaminya yaitu Harits bin Abdul Uzza untuk mencari anak susuan. Dengan harapan nantinya ia akan mendapatkan upah dari orang tua anak yang disusui.

Kendaraannya adalah seekor keledai yang sudah tua dan kakinya terluka, hingga lambat untuk berjalan. Disamping itu ia juga membawa unta yang kurus dan juga tua, serta beberapa kambing yang kurus dan tidak menghasilkan susu. Karena memang saat itu sedang terjadi kemarau panjang.

Sesampainya di Makkah, mereka berpencar dan mencari bayi untuk disusui. Tidaklah semua orang melewati Muhammad (yang saat itu baru berusia satu Minggu) kecuali mereka hanya sekedar melewati. Karena tahu bahwa Muhammad kecil adalah anak yatim, tidak punya ayah, lalu siapa yang akan membayar mereka. Begitulah yang terpikir oleh mereka.

Termasuk juga Halimah yang ketika itu sudah ditawari untuk menyusui Muhammad namun ia juga menolak dan melewatinya.

Waktu mulai beranjak gelap dan semua rombangan Bani Sa'ad sudah mendapatkan seorang bayi untuk disusui kecuali Halimah.

"Demi Allah, kala itu aku mengambil Muhammad hanya karena aku tidak menemukan bayi lain kecuali Muhammad. Aku pun berkata kepada suamiku, 'Aku akan mengambil bayi yatim dari Bani Abdul Mutalib ini, semoga melalui dia, Allah melimpahkan kebaikan kepada kita. Aku tidak mau pulang bersama teman-temanku tanpa membawa bayi untuk disusui.'" begitulah penuturan dari Halimah.

Selanjutnya, kita semua tahu bagaimana kisahnya. Asi yang tadinya tidak cukup buat anaknya - karena saat itu Halimah juga punya bayi yang ia bawa - tiba-tiba terasa penuh dan memancarkan asi hingga ia menyusui Muhammad dan anak kandungnya sampai kenyang. Padahal, dalam perjalanan pun anak yang ia bawa selalu menangis karena asi yang tak kunjung keluar.

Disaat sang suami mendekati unta yang membawa barang-barangnya, ini terlihat susu unta itupun penuh dan Harits langsung memerah air susunya. Hingga ia pun minum darinya dan Halimah pun ikut minum darinya, hingga kenyanglah mereka. Padahal unta itu sudah tua dan tidak menghasilkan apa-apa.

Dan setelah itu keberkahan datang bertubi-tubi kepada Halimah dan keluarganya.

Dari kisahnya kita dapat mengambil pelajaran, diantaranya adalah jangan pernah iri dengan rejeki yang Allah berikan kepada orang lain. Karena boleh jadi, Allah sedang menyiapkan sesuatu yang lebih baik bagi kita. Seperti Halimah yang awalnya merasa bahwa teman-temannya adalah orang-orang yang beruntung karena bisa mendapatkan bayi untuk disusui. Namun pada akhirnya, teman-temannya lah yang merasa iri kepadanya. Karena ia mendapatkan seorang bayi yang diberkahi.

Pelajaran kedua bahwa, jangan pernah meremehkan rejeki atau nikmat sekecil apapun. Karena bisa jadi rejeki atau nikmat yang kecil itu yang akan mengantarkan kita pada nikmat dan rejeki yang jauh lebih besar. Bukankah ini seperti kisahnya Halimah yang tetap menerima Muhammad untuk disusui yang dalam anggapan semua temannya saat itu bahwa bayi yatim tidak bisa diharapkan upahnya. Namun, sekiranya mereka tahu bahwa bayi yatim itu adalah seorang nabi, maka mereka pasti akan saling berebut untuk mengasuhnya.

Pelajaran ketiga adalah, hendaknya kita tetap bergerak dan berusaha bagaimanapun keadaannya. Seperti Halimah yang sudah berusaha sepanjang hari hingga matahari mulai gelap, dan ia tidak menemukan sesuatu pun yang bisa ia harapkan. Namun ia tetap berusaha dengan berjalan dan mencari bayi untuk disusui, hingga akhirnya Allah mengantarkan kembali Halimah kerumahnya Fatimah Ibunda Nabi. Hingga Allah meninggikan mana Halimah sepanjang sejarah.

Tulisan disini hanya untuk memberikan gambaran bahwa rencana Allah SWT selalu lebih baik dari apa yang kita bayangkan. Wallahu alam.

Wallahu a'lam bish-shawab.

 

Beban Hidup

Suatu hari, tampak seorang pemuda mendatangi guru bijak. Penampilannya lusuh. Bajunya compang-camping, sepatunya sobek, dan tubuhnya penuh luka. Dia berkata, “Guru, saya datang dari jauh dan telah menempuh perjalanan yang berat. Saya menderita, kesepian dan sangat letih. Ini semua saya lakukan demi mencari jawaban atas penderitaan saya. Kenapa saya belum menemukan cahaya petunjuk sedikit pun?”

Orang tua bijak itu melihat si pemuda datang kepadanya membawa sebuah buntelan besar. “Apa isi buntelanmu itu?” 

Jawab si pemuda, “Isinya sangat penting bagi saya. Di dalamnya ada barang-barang yang mengingatkan saya pada setiap tangisan, ratapan, dan air mata saya. Benda-benda ini menjadi penyemangat saya dalam menempuh perjalanan berat mencari jawaban.”

“Baik, sekarang ikutlah denganku,” kata sang guru dengan tegas.

Mereka berjalan sebentar dan tiba di tepi sebuah sungai kecil. Di tepi sungai itu, ada sebuah perahu sampan kecil. Sang guru bergegas naik ke atas sampan tersebut. Maka pemuda itu pun naik ke atas sampan, dan mereka menyeberangi sungai tersebut.

Ketika tiba di tepian, orang tua itu lantas berkata, “Kita sudah sampai. Sekarang pikul sampan ini, dan kita akan melanjutkan perjalanan kita!”

Pemuda itu sangat terkejut. “Tapi.. sampan ini begitu berat, mana kuat saya memikulnya? Lalu apa gunanya nanti?” 

Orang tua itu tersenyum mendangar protes si anak muda. “Benar sekali katamu itu. Ketika kita menyeberangi sungai, sampan ini sangat berguna dan besar artinya bagi kita. Namun ketika kita sudah siap meneruskan perjalanan kita berikutnya, sampan ini hanya akan menjadi beban saja. Kita harus meninggalkannya di tepi sungai, kalau tidak sampan ini hanya akan memberatkan langkah kita.”

Ia meneruskan kata-katanya, “Begitu juga dengan kehidupan kita. Penderitaan, kesepian, kegagalan, tangisan, air mata, dan bencana, semuanya berguna dalam kehidupan kita. Semua itu membuat kita tabah dan kuat menghadapi tantangan hidup di masa depan! Namun pada saat kita ingin melangkah maju, kalau kita tidak bisa melepaskannya, maka hal-hal tersebut hanya akan menjadi beban saja.”

Akhirnya, ia berkata pada pemuda itu, “Letakkan barang bawaanmu itu di sini, dan mari kita melanjutkan perjalanan”.

Si pemuda mengikuti perintah tersebut. Ia meletakkan buntelan besarnya, kemudian melanjutkan perjalanan. Beberapa saat kemudian, sang guru menanyakan perasaan si pemuda.

Jawab si pemuda: “Kini langkahku begitu ringan dan cepat. Aku baru sadar, kehidupan sebenarnya bisa dijalani dengan begitu sederhana…”

 

Pedagang & Pengusaha

Mengembangkan sebuah produk, membuat seseorang memiliki kesempatan untuk menjadi seorang pedagang atau pengusaha

Walaupun keduanya sama-sama menjadi entrepreneur, namun terdapat perbedaan yang cukup jelas terlihat, loh

Seorang pengusaha dapat memberikan kepercayaan dengan mendelegasikan sebagian tugas kepada karyawan. Sedangkan, pedagang biasanya melakukan tugasnya sendiri tanpa karyawan

Sebetulnya tidak ada yang salah dari kegiatan keduanya, sama-sama sedang ikhtiar mencari nafkah. Namun ada mindset yang perlu kita pelajari dari seorang pengusaha.

Pedagang akan mencari barang yang memiliki harga lebih murah untuk dijual kembali, sedangkan pengusaha memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatan bisnis. Lalu, mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan untuk menciptakan bisnis dan mengambil keuntungan, serta mengambil tindakan yang tepat untuk mencapai kesuksesan

Jadi kunci mindsetnya adalah, berani untuk berinovasi dan mengembangkan kapasitas diri. Semoga sukses, Aamiin Ya Rabb.

 

Bakat Itu Penting Tekad Lebih Penting

Mana yang lebih penting, Bakat atau tekad?

Bakat memang penting, siapa bilang nggak penting.

Tapi, 3 peneliti dari Italia membuktikan bahwa orang tersukses didunia tidak perlu memiliki bakat atau talenta terbaik. Menurut mereka orang paling sukses adalah orang yang paling sering memanfaatkan kesempatan ( keberuntungan ).

Acap kali, orang paling sukses justru mereka nggak begitu pintar dan berbakat, tetapi sungguh-sungguh dalam mengolah kesempatan demi kesempatan.

Tekad mengalahkan bakat, orang yang bertekad kadang rada nekat dan jangan heran akhirnya sukses pun mendekat, teman teman sepakat?

Thomas Alva Edison malah menganggap bakat cuma 1% sisanya 99% adalah kerja keras. Berbagai penelitian dari North western Univ, Florida State Univ hingga Psychological Review semua menunjukkan bahwa tekat dan kerja keraslah yang lebih menentukan, bukan bakat.

Ada yang bilang, "Saya nggak bakat jualan". Lha giliran kepepet, ternyata bisa dia jual TV, Motor, Dan kulkas yang ada di rumahnya..hehhehe... Ini tekad atau bakat yang terpendam?

Bagaimana pendapat teman-teman?

Apapun Profesimu, Tunjukkan Tekadmu

Wallahu A'lam Bishawab

Ippho Santosa

 

Keturunan

Jadi pengusaha, APAKAH ITU FAKTOR KETURUNAN? Banyak yang nanya soal itu. Dan banyak juga penelitian soal itu. Lantas, apa penjelasan saya? Begini.

Kalaupun faktor genetik turut berperan, mereka yang BUKAN dari keluarga pengusaha tetap bisa jadi pengusaha. Yup, faktor keturunan bukanlah penentu, bukanlah nomor satu. Ingat itu.

Buktinya sekarang kita nggak jadi seorang pelaut, walaupun katanya nenek moyang kita seorang pelaut, hehe. 🤪

Saya amati, banyak orang yang menunda-nunda untuk memulai usaha. Mereka menjawab, "Besok-besok. Nanti-nanti." Sementara waktu terus berjalan, nggak berhenti. Padahal, begitu dia memulai, sukses finansial tengah menanti.

Satu lagi. Biaya hidup dan tanggungan hidup terus meningkat. Anak pun masuk SD dan SMP. Asal tahu saja, biaya pendidikan di Indonesia naik 2 kali lipat setiap 5 tahun. Inflasi? Nggak bisa ditahan. Biaya umrah? Harga properti? Sama, naik terus.

Jelas, menunda-nunda memulai usaha bukanlah solusi. Dan sebenarnya, nggak harus pintar untuk menjadi entrepreneur. Nggak harus pengalaman. Nggak harus sarjana. Nggak harus kaya. Nggak harus ini-itu. Kita bisa memulainya segera.

Walaupun kita seorang pemula. 🙂

Yang pemula, disarankan untuk menjual dan menjualkan terlebih dahulu. Jangan malah menghabiskan uang dan energi untuk mengurusi produksi, lokasi fisik (ruko, toko, dan kantor), dan SDM. Ini rumit sekali dan menghabiskan biaya. Relatif berat bagi seorang pemula.

Bayangkan kalau awal-awal yang masih pemula harus menyewa ruko atau menyicil toko. Membayar listrik dan air. Menggaji dan mengelola karyawan. Membeli dan mengolah bahan baku. Selain rumit sekali, ini juga menghabiskan biaya. Jadi, gimana baiknya? Fokus dulu menjual dan menjualkan.

Jualan, nggak usah gengsi. Apalagi idealis. Kalau hasil jualan bisa membeli impian-impianmu dan memenuhi harapan-harapan keluargamu, kenapa nggak? Ingat, argo kehidupan jalan terus. Saran saya, buang tuh gengsi dan segeralah menghasilkan!

Ingat. Biaya hidup belakangan ini cenderung meningkat. Nggak ada salahnya, selain hidup hemat, kita juga jualan dan menghasilkan dengan cepat. Teman-teman sepakat? Bantu share ya kalau sepakat.

Ippho Santosa

 

Pernah mendorong gerobak?

Insya Allah semua orang bisa, asalkan punya niat dan tenaga. Langsung action!

Kalau membawa helikopter? Nggak semua orang bisa. Niat dan tenaga saja tidaklah memadai.

Begitulah. Sekiranya ingin menangani sesuatu yang besar atau berpotensi besar, harus ada ilmunya. Action saja, nggak cukup.

Dalam bisnis, ringkasnya begini:

- Memulai, perlu keberanian.

- Membesarkan, perlu ilmu.

Perlu penjelasan?

- Ilmu membawa helikopter, jelas-jelas jauh lebih mendalam dan lebih kompleks ketimbang ilmu mendorong gerobak. Betul?

- Ilmu mengoperasi manusia, jelas-jelas jauh lebih mendalam dan lebih kompleks ketimbang ilmu memotong sayur. Betul?

- Ilmu mengelola Hypermart, jelas-jelas jauh lebih mendalam dan lebih kompleks ketimbang ilmu mengelola warung. Betul?

Demikianlah dalam bisnis. Perlu ilmu supaya benar-benar besar dan kuat.

Guru saya pernah wanti-wanti, "Memulai usaha? Pake nekad saja, yah bisa. Membesarkan usaha? Nggak bisa. Perlu ilmu."

Lalu ada alumni seminar yang bertanya ke saya, "Banyak orang yang bermodalkan nekad dalam memulai usaha. Bolehkah?

Saya jawab, "Yah, sah-sah saja. Yang penting, legal dan halal. Tapi mohon maaf, kalau bermodalkan nekad saja, usahanya tidak bakal besar. Untuk besar, lagi-lagi kita perlu ilmu."

Maka, sempatkan belajar. Cari ilmu. Baca buku. Ikut guru. Jangan pernah jemu.

Dalam bisnis, bagaimana cara paling tepat dalam belajar dan berguru? Temukan mentornya. Terus, ada tiga pilihan. Pertama, jadilah muridnya. Kedua, jadilah stafnya. Atau ketiga, jadilah partnernya.

Kurang-lebih itu yang saya sarankan. Pak Tung Desem Waringin juga menyarankan hal serupa.

Yang setuju, bantu share dan copas tulisan ini.

Artikel di atas Ditulis oleh Ippho Santosa.

 

Sukses Berbisnis

Mereka punya semangat yang tinggi dan jiwa yang tangguh. Tapi kadang/kadang karena mereka melakukan 3 hal ini bisnis nya tidak tumbuh atau stagnan bahkan tutup tidak sampai setahun. Apa sih 3 hal ini?

1. Tidak punya mentor

Sebagai pemula tentu pengalaman kita itu tidak banyak atau bisa jadi modal kita juga kecil. Kita mungkin baru masuk dunia bisnis, kalau tanpa mentor bisa-bisa akan terjadi rugi terus menerus, modal habis semangat pun menipis.

2. Hindari modal besar apalagi dari pinjaman.

Sebenarnya saat ini untuk jadi pengusaha ga mesti modal besar apalagi minjam. Banyak loh usaha yang dimulai dengan modal minim bahkan ada juga yang hanya modal jempol hehehe. So hindari utang agar memulai bisnis bisa lebih tenang.

3.Hindari Produksi

Kata kunci produksi adalah akan pebih murah kalau lebih banya. Sedangkan kita pemula, pasar belum jelas, modal pas-pasan kalau kita fokus produksi bisa keos bisnis kita. Nah kalau kita punya waktu luang gunakan untuk melakukan penawaran saja.

Ingat tips ini berlaku untuk pemula, semangat

 

Agar Impian Jadi Kenyataan

Tahukah teman-teman, apa yang paling memotivasi orang untuk menjadi sukses?

Jawabannya adalah karena mereka punya mimpi, mereka memiliki impian. Impian untuk sukses!

Kalau dipikir-pikir, mimpi itu kan gampang dan GRATIS, betul? Silakan saja bermimpi sebanyak dan sebesar-besarnya.

Jangan takut bermimpi besar. Banyak pengusaha sukses yang dulunya bahkan bukan siapa-siapa.

Michael Dell, founder perusahaan komputer Dell, dulunya hanya seorang tukang cuci piring di restoran Chinese Food di Texas dan loper koran di Houston Post.

Bob Sadino, dulunya hanya seorang kuli batu sebelum dikenal sebagai pengusaha sukses di Indonesia.

Siapa sangka bahwa mereka bisa sukses. Dengan usaha dan kerja keras mereka bisa melahirkan inovasi-inovasi baru. Jangan meremehkan apapun posisi dan kekuatan yang Anda miliki saat ini sebagai pebisnis.

Akan tetapi, kalau hanya bermimpi saja kira-kira bisakah terwujud? Tidak. Mimpi saja tidak cukup, harus diseimbangkan dengan tindakan. Punya mimpi besar ya tindakannya juga harus sama besarnya. Nah, sekarang apakah mimpi yang disertai dengan tindakan sudah cukup? Belum.

Begini, misalnya Anda punya mimpi untuk mendapatkan income 20 juta per bulan, tapi realisasinya baru 10 juta sebulan, padahal usahanya sudah begitu keras. Berbagai cara online marketing sudah dilakukan.

Kira-kira apa yang kurang?

Barangkali kurang mengetuk pintu langit. Kadangkala kita hanya fokus pada tindakan dan lupa bahwa semua itu akan terwujud atas kehendak-Nya. Bahwa closingan dan income besar itu akan terjadi atas izin dan rahmat dari Allah.

Perlu dikuatkan ibadahnya, sedekahnya, minta doa dari orang tua dan pasangan. Dan meniatkan semuanya karena Allah Ta'ala.

Kuncinya adalah harus SELARAS. Insya Allah, jika mimpi, tindakan, doa dan ikhtiar langitnya diselaraskan, insya Allah semua impian kita akan tercapai bahkan bisa datang lebih cepat dari yang kita duga.

Percayalah, ini benar-benar terjadi dan sudah banyak yang membuktikannya. Saran saya, coba imajinasikan seolah-olah semua mimpi teman-teman sudah tercapai. Itu akan memotivasi teman-teman untuk lebih semangat lagi dalam meraihnya. Setelah itu, buat TARGET kapan semua itu akan terjadi. Target inilah yang akan memicu teman-teman agar fokus mengejar impian.

Kemudian lakukan lakukan dengan Prompt & Proactive, Progressive impiannya, libatkan orang banyak (massive), rasakan dengan kelima panca indra kita (sensitive). Ini yang diajarkan oleh Founder dan mentor kita, Mas Ippho Santosa.

Ingat, waktu terus berjalan, umur kita semakin bertambah tua, tenaga kita semakin berkurang. Belum terlambat untuk segera mencapai impian kita dan impian mitra-mitra kita.

Insya Allah dari teman-temanlah ribuan pengusaha baru akan muncul. Jangan jadi pemimpi, tapi berusaha menjadi pejuang impian bagi keluarga kita dan mitra-mitra kita.

Teman-teman insya Allah sangat bisa dan mampu asalkan mau berjuang! 💪💪

 

Sales Sukses

Salah satu tim sales ada yang melontarkan pernyataan “Pak, menurut saya, proposal yang saya buat untuk klien lebih bagus, tajam dan mendalam dibandingkan proposal yang dibuat oleh mas Bejo, tapi mengapa mas Bejo yang closing puluhan batch, jauh lebih banyak dibandingkan saya.”

Saya pun meminta mas Bejo untuk membagikan rahasia keberhasilan closing puluhan batch di berbagai perusahaan.

Mas Bejo menyampaikan “saya mengikuti saran pak Jamil untuk memadukan aspek profesional dan spiritual dalam bisnis.” Mas Bejo berhenti sejenak. Beberapa detik kemudian ia melanjutkan:

“Secara profesional saya melakukan proses sales sebaik-baiknya. Secara spiritual saya melakukan dua hal.

Pertama, berdoa kepada Allah SWT. Kedua, setiap saya mau presentasi di perusahaan, saya tulis nama program dan nama perusahaannya di selembar kertas. Setelah itu, kertas saya berikan kepada ibu saya untuk dibacakan dalam setiap doanya.”

Mendengar penjelasan mas Bejo, saya menarik nafas panjang sembari merenung “Sudah berapa lama saya tidak jumpa dan meminta doa restu kepada ibu saya, padahal saya punya beberapa proyek besar yang harus saya tuntaskan sampai Desember 2021.”

Saya pun melihat jadwal, hari Selasa dan Rabu ternyata jadwal full dengan rapat online dan memberikan training online di 2 Perusahaan. Hari Kamis terlihat kosong. Maka segera saya membuat pengumuman di grup WA keluarga yang isinya: “Insyaallah Kamis pagi, bapak mau ke Lampung, Jumat balik lagi. Sungguh bapak sangat senang apabila pada ikut.”

Akhirnya, Kamis pagi saya dan keluarga meluncur ke Lampung, mengunjungi ibu saya untuk menyampaikan hal-hal besar yang perlu saya tuntaskan. Setelah itu, saya memohon hal-hal tersebut terucap dalam doa-doa yang beliau panjatkan.

Semoga saya menjadi orang yang bejo (beruntung) karena doa-doa tulus yang terucap dari lubuk hati ibu saya.

Bismillah !

Sahabat, kapan terakhir Anda meminta untuk didoakan oleh Ibu Anda?

🏻JamilAzzaini

 

Formula For Success

Tulisan ini untuk mengenang guru saya yang wafat dua tahun silam. Nasihat-nasihat yang ditinggalkannya semoga dapat kita teladani dalam kehidupan. Beliau adalah seorang pendidik yang sukses. Kapasitas ilmunya tak diragukan lagi karena lebih dari 10 tahun berkhidmat kepada ulama hadist dari Mekkah, Al-Allamah As-Sayyid Muhammad Al-Maliki.

Beliau mendirikan boarding school yang sangat cantik penuh dengan pepohonan hijau dan bunga-bunga. Seandainya saudara berada di sana tanpa diberitahu terlebih dahulu, niscaya saudara akan mengira sedang berada di sebuah taman yang indah, alih-alih sebuah sekolah.

Dahulu ketika kami sedang duduk belajar di hadapan beliau ada sebuah pesan yang sangat mendalam, "Orang-orang saleh itu mendidik anak-anaknya sejak kecil. Apabila anaknya meminta sesuatu, maka kelak ketika permintaannya diberikan mereka akan berkata pada anaknya bahwa ini dari Allah."

Bayangkan seseorang yang sejak kecil sudah meyakini bahwa segala sesuatu adalah pemberian Allah. Ini dari Allah, itu dari Allah. Tentu mindset mereka akan menganggap segala sesuatu adalah mudah, karena tak ada yang sulit bagi Allah.

Bertahun-tahun setelah saya mendengar nasihat tersebut, baru saya menyadari bahwa kalimat emas ini setara dengan pelajaran dalam seminar motivasi tentang kesuksesan yang bernilai jutaan rupiah. Karena rahasia yang diajarkan para motivator adalah; Jadilah orang yang mengalahkan uang, bukan orang yang dikalahkan uang.

Meskipun dengan bahasa yang berbeda-beda, namun formula sukses itu sama saja. Ketika kita kalah mental duluan melawan uang, maka kita akan sulit punya banyak uang.

Melihat teman berganti mobil keluaran terbaru, langsung terpikir, "Kalau saya sih mana bisa punya mobil sebagus itu."

Melewati rumah minimalis yang megah, "Seumur-umur gaji saya dikumpulkan juga tak akan mampu membeli rumah seluas ini."

Begitu pula selusin cara pandang lainnya yang menunjukkan bahwa kita tak punya harga diri di hadapan uang. "Entah kapan saya bisa umroh, gak mungkin saya punya bisnis yang sukses, harga-harga semakin naik cari uang semakin susah."

Yang paling parah ketika hendak bersedekah pasti akan menahan sekuat tenaga, "Kalau uang ini hilang sekarang, entah kapan saya bisa mendapatkannya lagi."

Padahal tak ada satupun orang sukses di dunia ini, kecuali karena pemberian Allah. Tak ada selembar pun uang yang diraih seseorang, kecuali dari Allah. Seharusnya kita punya kehormatan ketika melihat teman berganti mobil mewah, "Kendaraan tersebut dari Allah. Mudah bagi Allah memberikan yang semacam itu kepada siapa saja, termasuk saya."

Melewati rumah yang megah, "Allah yang memberikan padanya rumah seluas ini dan adalah hal kecil bagi Allah atas rumah yang seperti ini kepada siapa saja, termasuk saya."

Ingatlah formulanya. Ini dari Allah, itu dari Allah. Dengan demikian kita punya harga diri ketika sedang memegang uang, "Saya akan bersedekah. Wahai uang di tanganku, jangan menahanku. Jangan mengira engkau bisa mengalahkanku. Engkau bukan apa-apa, kecuali sebagai pemberian Allah. Maka aku bebas jika ingin belanjakan engkau di jalan Allah."

Bayangkan betapa tingginya kehormatan orang yang seperti ini di hadapan uang. Karena ia yakin teramat mudah bagi Allah jika mau memberikan uang lagi di kemudian hari. Mengapa harus kalah mental kepada uang.

Demikianlah salah satu kenangan saya dari sang murobbi. Sebuah ilmu berharga tentang formula kesuksesan. Jika dikombinasikan dengan ikhtiar yang tekun dan kuat, insya Allah sukses. Karena Allah mencintai mukmin yang kuat dibandingkan mukmin yang lemah.

Istimewanya lagi, ilmu ini bukan hanya sebatas sukses di dunia, namun juga sukses di akhirat. Selamat mengamalkan formulanya.

Penulis: Ustaz Arafat

 

Transaksi Jual Beli Yang Aneh

Imam Abu Hanifah suatu hari kedatangan seorang perempuan yang membawa pakaian sutra di tangannya. Perempuan ini berniat menjual kain mewah tersebut kepadanya.

"Berapa harganya?," tanya Imam Abu Hanifah.

"Seratus dirham."

"Tidak. Nilai barang ini lebih dari seratus dirham."

Keruan saja si perempuan heran. Lazimnya pembeli selalu menawar barang dagangan dengan harga lebih murah. Tapi yang dilakukan ulama besar itu sungguh aneh.

Perempuan itu pun melipatgandaan harganya menjadi empat ratus dirham.

"Bagaimana bila barang itu lebih mahal lagi?" tanya Abu Hanifah.

"Anda bercanda?" perempuan tersebut tercengang.

"Datangkanlah seseorang untuk menaksir harganya!" Kata Abu Hanifah.

Perempuan itu akhirnya menghadirkan seorang laki-laki yang biasa menjual kain sutra mahal. Kata si laki-laki: “Pakaian sutra ini seharga lima ratus dirham."

Maka Imam Abu Hanifah membayarnya kontan dengan harga lima ratus dirham tersebut !!!

Beliau paham, perempuan tersebut menjual sutranya karena sedang sangat membutuhkan uang.

Apa yang dilakukan Imam Abu Hanifah adalah di luar logika umum tentang untung-rugi dalam sudut pandang materi.

Sang imam sebenarnya punya kesempatan untuk memanfaatkan keluguan perempuan tersebut, lalu meraup keuntungan yang melimpah.

Namun, budi pekertinya yang luhur membuatnya bersih dari nalar eksploitatif semacam itu.

Beliau memberi contoh bahwa membeli sesuatu TIDAK HARUS selalu berpikir bahwa kita mesti mendapat barang sebagus-bagusnya dengan harga semurah-murahnya.

Apalagi bila si pembeli tahu, penjual barang adalah orang yang sangat membutuhkan pertolongan. Artinya, membeli juga bisa berarti membantu orang lain.

Teladan ini barangkali relevan dengan keadaan kita sekarang, di tengah gemarnya orang berbelanja di minimarket milik segelintir pemodal besar, ketimbang warung tetangga yang menjadi sumber nafkah keluarga dan pendidikan anak-anaknya.

Atau bersikerasnya orang menawar harga sayuran di pedagang kecil yang bernilai seribu dua ribu namun di kesempatan lain menghabiskan puluhan ribu hingga ratusan ribu di restoran besar tanpa tawar-menawar atau merasa dirugikan.

Semoga cerita diatas bisa membuka mata hati kita, berbelanjalah dengan niat untuk bisa membantu si penjualnya juga, Inshaa Allah lebih barokah🙏

🏻ANONIM - semoga pahala berlimpah bagi siapapun penulisnya.

 

Kalah Sepikul Kayu

Seorang guru muda pulang dari memotong kayu di gunung. Di perjalanan, ia berjumpa seorang pemuda yang baru saja menangkap seekor kupu-kupu di genggamannya.

Pemuda ini dengan jemawa menantang sang guru, “Bagaimana kalau kita bertaruh?”

“Bagaimana taruhannya?” tanya sang guru.

“Coba tebak kupu-kupu dalam genggamanku ini, hidup atau mati? Kalau Anda kalah, sepikul kayu itu jadi milik saya!” Demikian kata si pemuda, lantang.

Sang guru mengangguk setuju. Lalu katanya menebak, “Kupu-kupu dalam genggamanmu itu mati.”

Pemuda itu tertawa puas, “Guru… Anda salah.” Sambil membuka genggamannya, kupu-kupu itu pun terbang lepas ke alam bebas.

Sang guru berkata, “Baiklah, kayu ini milikmu.” Setelah itu, ia pergi dengan gembira.

Pemuda itu tidak mengerti kenapa sang guru terlihat begitu gembira. Tapi di lain pihak, ia mendapat sepikul kayu bakar tanpa perlu bekerja keras. Dengan gembira, kayu itu dibawanya pulang.

Setibanya di rumah, ayah si pemuda pun lantas bertanya tentang sepikul kayu itu. Pemuda itu bercerita dengan bangga, kisah kemenangannya dengan sang guru.

Tanpa disangka, ayahnya sangat marah. Beliau berkata, “Kamu mengira kamu betul-betul menang? Kamu itu kalah, tapi tidak mengetahui bagaimana kalahnya.”

Pemuda itu sangat bingung. Ayahnya langsung memerintahkan si anak memikul kayunya. Berdua mereka bergegas mengembalikan sepikul kayu bakar itu ke kediaman sang guru, sambil meminta maaf.

Beliau hanya mengangguk dan tersenyum, tanpa mengatakan apapun.

Dalam perjalanan pulang, pemuda itu minta penjelasan kepada ayahnya. Sang ayah menarik napas panjang, menerangkan, “Begitu guru itu bilang kalau kupu-kupu itu sudah mati, baru kamu mau melepaskan kupu-kupu itu, sehingga kamu ‘menang‘.”

“Kalau guru itu bilang kupu-kupunya masih hidup, kamu pasti meremas hewan lemah dalam genggamanmu itu, hingga mati. Kamu juga yang menang taruhan!” 

“Anakku. Kamu mengira guru itu tidak tahu kelicikanmu? Sebenarnya beliau kalah sepikul kayu, tapi memenangkan cinta kasih. Cinta kasih yang murni memikirkan kebahagiaan semua makhluk tanpa pamrih. Bagi yang egois? Hanya memikirkan apa yang akan ia dapatkan.”

 

Ikuti terus sosial media Tim Kabel Dakwah:

Youtube: Kabel Dakwah

Twitter: Kabel Dakwah Official

Facebook: Kabel Dakwah Official

Instagram: Kabel Dakwah

Website: Kabeldakwah.com

Kami Juga melayani:

1. Jasa Pembuatan Website Wordpress / Blogger

2. Iklan Publikasi di Website Kabeldakwah.com

3. Instal Ulang Windows

4. Penjualan Theme Blogger

5. Instal Ulang Software Aplikasi

6. Pembuatan Jersey

7. Pemesanan Snack (Khusus Area Cilacap Kota)

8. Pemesanan Aplikasi Raport

9. Indexing Website

10. Privat Mengaji (Online), Dan Lain-Lain.

Hubungi Kami Di Sini

Dukung Kabeldakwah.com dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR.

SARAN / MASUKAN, Konfirmasi SPONSOR & DONASI hubungi: 089673617156

Kirim Sponsor dan Donasi Anda ke Rek Berikut:

BSI 7055429997 a.n. Nurul Azizah 

Posting Komentar untuk "Kumpulan Artikel Inspiratif Motivasi (Bagian 5)"