Manuskrip Panduan dalam Berhubungan Intim atau Seks
Pertanyaan: Anda mengatakan bahwa
terdapat buku-buku dan manuskrip di masa lalu yang membicarakan tentang seni
dan posisi seks. Namun, mengapa Anda tidak mengemukakan contohnya pada kami?
Jawab: Sebelum memberikan beberapa contoh, kami mengingatkan bahwa buku-buku yang membicarakan tentang seks dan seni berhubungan seksual telah tersebar lagi masyhur di kalangan generasi terdahulu. Para ulama dan fuqaha membicarakannya tentang masalah seks dan seninya. Masing-masing mempraktikkan hal itu, baik terhadap istrinya maupun hamba sahayanya, dan banyak pertanyaan seputar perkara tersebut.
Sebagian dari mereka
menyusun buku, baik yang panjang lebar maupun yang ringkas, mengenai seni ini,
untuk mengikis kejahilan dan menyebarkan pendidikan seks. Buku-buku tersebut
membicarakan tentang ihwal laki-laki dan perempuan saat melakukan aktivitas
seksual, menerangkan obat-obatan yang bertalian dengan kekuatan seks,
menerangkan perilaku kaum pria yang disukai kaum wanita atau sebaliknya, atau
membicarakan tentang berbagai macam dan cara mempraktikkannya. Namun, sebagian
ulama sesudah mereka menentang buku-buku semacam ini, baik karena bahasanya
yang vulgar atau kata-katanya yang mengoyak rasa malu. Namun, semuanya sepakat
untuk menghilangkan ketidaktahuan suami-istri mengenai seks.
Para ulama yang menulis
tentang seni Seks ini, di antaranya:
Ø
Ahmad bin Sulaiman yang
masyhur dengan sebutan Ibnu Kamal Pasha.[1] Ia
menulis buku yang diberinya judul Ruju' asy-Syaikh ila Shabahu fi al-Quwwah
'ala al-Bah (Pria Tua Kembali ke Masa Mudanya dalam Hal Kekuatan Seksual),
dengan arahan dari Sultan Salim Khan. Ia membela bukunya dengan pernyataannya,
“Dengan menulis buku ini, saya tidak bermaksud memperbanyak kerusakan, mencari
dosa, atau membantu orang yang gemar melampiaskan syahwatnya dengan cara
melakukan kemaksiatan dan menghalalkan apa yang diharamkan Allah. Tapi saya
bertujuan untuk menolong orang yang hanya melampiaskan syahwatnya secara
maksimal dalam hal yang dihalalkan, yang menjadi faktor makmurnya dunia karena
banyak keturunan."[2]
Ø
Abu Abdillah Muhammad bin
Muhammad an-Nafzawi, qadhi Tunisia.[3]
Bukunya berjudul ar-Raudh al-'Athir fi Nuzhah al-Khathir. Karyanya ini ditulis
atas arahan Muhammad bin Awanah az-Zawawi, seorang menteri. Juga bukunya
berjudul Tanwir al-Wiqqa' bi Asrar al-Jima'. Kita perhatikan bahwa yang
mendorong penulisan kedua buku itu adalah sultan dan menteri. Ini menunjukkan
betapa masalah tersebut sangat diperhatikan, baik oleh masyarakat luas maupun
kalangan tertentu.
Ø
Ni'matullah al-Jaza'iri[4]
yang menulis buku al-Aik.
Ø
Abu al-Faraj al-Azraq. Ia
memiliki buku berjudul Tashil al-Manafi' fi ath-Thibb wa al-Hikmah.
Posting Komentar untuk "Manuskrip Panduan dalam Berhubungan Intim atau Seks"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.