Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Surga Nabi Adam Part 1


Mundzir Sa'id berkata dalam tafsirnya, "Berkenaan dengan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada Nabi Adam Alaihis-Salam,

أسكن أنت وزوجك الجنة

“Tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga.” (Al-A'raf: 19)

 Para ulama berbeda pendapat dalam menafsiri ayat di atas. Ada ulama yang memberi penafsiran bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala menempatkan Adam Alaihis-Salam di surga abadi (Jannatul Khuldi) yang akan dimasuki kaum Muslimin pada Hari Kiamat kelak. Ulama lain memberi penafsiran bahwa surga tersebut adalah surga yang lain yang diciptakan Allah Subhanahu wa Ta'ala khusus bagi Nabi Adam Alaihis-Salam dan menempatkannya di dalamnya dan bukan surga abadi (Jannatul Khuldi).” Kata Mundzir Sa'id lebih lanjut bahwa pendapat yang terakhir did kung oleh banyak dalil dan dalil-dalil tersebut mewajibkan adanya penda pat seperti itu. Abul Hasan Al-Mawardi berkata dalam tafsirnya bahwa manusia bersilang pendapat mengenai surga yang ditempati Nabi Adam Alaihis-Salam.

Pendapat Pertama, bahwa surga tersebut adalah surga abadi (Janna tul Khuldi).

Pendapat Kedua, bahwa surga tersebut adalah surga yang sengaja disiapkan Allah Subhanahu wa Ta'ala bagi Nabi Adam Alaihis-Salam beserta istrinya. Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikannya sebaga tempat ujian dan surga tersebut bukan surga abadi (Jannatul Khuldi, yang merupakan tempat pembalasan (di akhirat). Orang-orang yang menganut pendapat kedua ini berbeda pendapat ke dalam dua pendapat:

Pertama, bahwa surga tersebut berada di langit karena Allah Subha nahu wa Ta'ala menurunkan Nabi Adam Alaihis-Salam dan istrinya dari padanya. Ini adalah pendapat Hasan Basri.

Kedua, bahwa surga tersebut berada di bumi karena Allah Subha nahu wa Ta'ala menguji Nabi Adam Alaihis-Salam dan istrinya didalamnya dengan melarang keduanya memakan buah-buahan pohon tertentu dan tidak melarang keduanya memakan buah-buahan yang lain yang ada di surga tersebut. Ini adalah pendapat Ibnu Bahr. Peristiwa tersebut terjadi tidak lama setelah Allah Subhanahu wa Ta'ala menyuruh iblis sujud kepada Nabi Adam Alaihis-Salam. Hanya Allah Subhanahu wa Ta'ala Yang Mahatahu mana di antara pendapat di atas yang paling benar.

Ibnul Khatib dalam tafsirnya yang terkenal menyatakan bahwa ma nusia berbeda pendapat mengenai surga pada ayat di atas, apakah surga tersebut berada di bumi atau langit? Kalau pun toh benar surga tersebut berada di langit, apakah surga tersebut adalah negeri pembalasan (di akhirat) dan surga abadi (Jannatul Khuldi) atau apakah surga lainnya

Pendapat Pertama, Abul Qasim Al-Balkhi dan Abu Muslim Al-Isfahani berpendapat bahwa surga tersebut terletak di bumi. Keduanya mengartikan perintah "turun" dengan pengertian pindah dari satu tempat ke tempat lainnya seperti dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, "Pindahlah ke Mesir.” Keduanya ber-hujjah dengan ayat di atas dengan banyak pertimbangan.

Pendapat Kedua, pendapat Al-Juba'i bahwa surga tersebut terletak di langit ketujuh.

Pendapat Ketiga, pendapat mayoritas sahabat-sahabat kami yang mengatakan bahwa surga tersebut terletak di negeri pembalasan (di akhirat).

Abul Qasim Ar-Raghib berkata dalam tafsirnya bahwa manusia berbeda pendapat mengenai surga yang ditempati Nabi Adam Alaihis-Salam. Ahlul Kalam berpendapat bahwa surga tersebut adalah taman yang disediakan Allah Subhanahu wa Ta'ala bagi Nabi Adam Alaihis-Salam sebagai ujian baginya dan bukan surga tempat tinggal abadi (Darul Khuldi). Abu Isa Ar-Ramani dalam tafsirnya menyebutkan beberapa dalil yang dipakai hujjah kedua pendapat tersebut.

Di antara ulama lain yang menyebutkan adanya perbedaan pendapat dalam masalah ini adalah Abu Isa Ar-Ramani yang cenderung berpihak kepada pendapat yang mengatakan bahwa surga tersebut adalah surga abadi (Jannatul Khuldi). Katanya lebih lanjut bahwa pendapat yang kami pilih ini adalah pendapat Hasan Basri, Amr, Washil dan sebagian besar sahabat-sahabat kami. Pendapat ini juga dianut Abu Ali dan guru kami Abu Bakar dan sebagian mufassirin. Ibnul Khatib condong tawaqquf (diam) dalam masalah ini dan menjadikannya sebagai pendapat keempat dalam masalah ini.

Pendapat Keempat, bahwa semua pendapat di atas mungkin bisa saja diterima karena dalil-dalil yang ada saling kontradiksi, maka sikap yang paling tepat adalah wajib tawaqquf (diam) dan tidak memastikannya dengan arti tertentu. Mundzir bin Sa'id berkata bahwa pendapat yang mengatakan bahwa surga tersebut adalah surga di bumi dan bukan surga abadi adalah pendapat Abu Hanifah dan sahabat-sahabatnya. Kata Mundzir bin Sa'id lebih lanjut, ”Banyak orang-orang menentang kami mengenai surga Nabi Adam Alaihis-Salam dengan membenarkan pendapat pribadinya tanpa didukung hujjah. Itu semua hanya dakwaan belaka atau khayalan. Sebab mereka tidak mengetengahkan hujjah, baik dari Al-Qur'an atau Sunnah atau atsar dari sahabat atau tabi'in atau tabi' tabi'in atau hadits maushul atau syadz atau masyhur.

Pernah kami dapati orang-orang Irak dan orang-orang yang pro dengan pendapatnya mengatakan bahwa surga Nabi Adam Alaihis-Salam bukan surga abadi (Jannatul Khuldi). Padahal buku ini disadur dari ilmu mereka. Masalahnya adalah bahwa mereka tidak saja bergaul dengan orang-orang yang nyeleneh namun justru mereka berinteraksi dengan dedengkot-dedengkot orang-orang yang sesat. Ini saya katakan agar dipahami bahwa saya tidak punya maksud pro kemudian membela pendapat Abu Hanifah. Saya hanya berpihak kepada pendapat yang dilengkapi dengan dalil; baik dari Al-Qur'an atau Sunnah.” Ibnu Zaid Al-Maliki berkata dalam

tafsirnya, “Saya pernah bertanya kepada Ibnu Nafi' tentang surga, apakah ia sudah diciptakan atau belum?" Ibnu Nafi' menjawab, “Diam tidak membicarakan masalah ini adalah langkah yang paling bijak." Ibnu Uyainah berkata mengenai firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,

إن لك ألا تجوع فيها ولا تعرى

"Sesungguhnya engkau tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang. (Thaha: 118) Bahwa surga tersebut berada di bumi.”

Ibnu Nafi' dan Ibnu Uyainah adalah dua imam besar. Sementara orangorang sesat di atas tidak memberikan untuk kita seperti halnya yang diberikan oleh kedua imam tadi. Mereka juga tidak mengetengahkan pendapat yang berlawanan dengan pendapat keduanya.

Ibnu Qutaibah dalam bukunya Al-Ma'arif setelah membahas penciptaan Allah Subhanahu wa Ta'ala terhadap Adam Alaihis-Salam dan istrinya berkata bahwa setelah itu Allah Ta'ala meninggalkan keduanya dan berkata kepada keduanya, "Berkembang biaklah! Perbanyaklah anak-anak! Penuhilah bumi! Kuasailah ikan-ikan di lautan, burung-burung di langit, hewan dan rumput di bumi dan pepohonan serta buah-buahan!" Allah Subhanahu wa Ta'ala juga mengabarkan bahwa di bumi ini ada makhluk-Nya yang lain dan segala urusan-Nya.

(Haadil Arwaah Ilaa Bilaadil Afraah, Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah)

Next:

Surga NabiAdam Part 1

Surga NabiAdam Part 2


Posting Komentar untuk "Surga Nabi Adam Part 1"