TINGKATAN PUASA ASYURO
Syekh Solih bin Abdullah al-‘Ushomiy Hafizhahullahu
Ta’ala. Beliau hafizhahullahu menyampaikan:
Dalam riwayat sahih dari Rasul
shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda:
صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ
أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ
“Puasa Asyuro, aku berharap kepada
Allah semoga dapat menghapuskan dosa-dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no.
1975)
Puasa Asyuro terdiri dari dua
tingkatan:
Tingkatan Pertama: Berpuasa pada hari
Asyuro saja
Inilah yang dahulu Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam amalkan saat hukumnya masih wajib. Kemudian
Beliau terus mengamalkannya setelah hukumnya berubah menjadi sunnah. Dan di
akhir hayat Beliau.
Berazam untuk mengerjakan puasa
Asyuro bersama dengan hari ke-9.
Para sahabat radhiyaAllahu ‘anhum
berkata:
يَا رَسُولَ اللَّهِ
إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya
Asyuro adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang yahudi dan nasrani!” Beliau
shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
فَإِذَا كَانَ الْعَامُ
الْمُقْبِلُ – إِنْ شَاءَ اللَّهُ – صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ
“Apabila tiba tahun depan –In syaa Allah-
kita juga akan berpuasa pada hari ke-9.”
Pada riwayat lain Beliau mengatakan :
عن عبدالله بن عباس
-رضي الله عنهما- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: لَئِن بَقِيتُ إلى قابلٍ لأصومنّ
التاسِع
Dari Abdullah bin Abbas -raḍiyallāhu
'anhumā- dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengatakan , “Sekiranya aku
masih hidup hingga tahun depan, sungguh aku juga akan berpuasa pada hari ke-9.”
(HR. Muslim 1134)
Dari hadist diatas dapat kita ketahui
bahwa yang menggerakkan azam Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut
adalah untuk menyelisihi orang-orang yahudi dan nasrani, dan menyelisihi ahlul
kitab merupakan perkara yang diperintahkan dalam Syariat.
Faedahnya, untuk menekankan anjuran
puasa hari ke-9 bersama hari ke-10. Puasa hari Asyuro saja hukumnya dianjurkan.
Bila ditambah hari ke-9 maka hukumnya lebih dianjurkan lagi.
Tingkatan Kedua: Berpuasa pada hari
Asyuro ditambah hari yang lain dari bulan Allah Muharram
Tingkatan kedua ini terbagi menjadi
empat:
Pertama: Berpuasa pada hari Asyuro dan
sehari sebelumnya, yaitu hari ke-9. Dalilnya telah disebutkan di atas dan
hukumnya sangat dianjurkan.
Kedua: Berpuasa pada hari Asyuro dan
sehari setelahnya, yaitu hari ke-11. Tentang ini telah diriwayatkan sebuah
hadis yang tidak sahih dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Akan tetapi,
untuk menyelisihi ahlul kitab bagi yang terlewatkan berpuasa hari ke-9 -sebelum
ke10- dapat diwujudkan dengan berpuasa sehari setelahnya, yaitu hari ke-11.
Ketiga: Berpuasa pada hari Asyuro ditambah
sehari sebelumnya dan sehari setelahnya.
Poin ini terbagi menjadi tiga:
1. Mengerjakan puasa tiga hari
tersebut dengan niat berpuasa Asyuro. Cara ini tidak ada hadis sahihnya dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
2. Mengerjakan puasa tiga hari
tersebut -9, 10 dan 11- sebagai bentuk kehati-hatian agar bisa benar-benar
yakin berpuasa tepat pada hari Asyuro. Cara ini hukumnya dianjurkan bila
terdapat keraguan dalam menentukan awal bulan Muharram, bukan saat benar-benar
yakin dengannya.
3. Mengerjakan puasa tiga hari
tersebut dengan niat berpuasa Asyuro dan tiga hari dalam sebulan. Caranya yaitu
seorang niat berpuasa tiga hari dalam sebulan –dan puasa ini hukumnya
dianjurkan dengan kesepakatan ulama-, lalu ia sertakan dalam niat tersebut niat
untuk berpuasa Asyuro dengan mengerjakan puasa sehari sebelumnya.
Keempat: Berpuasa pada hari Asyuro ditambah
dengan berpuasa sehari atau lebih selama bulan Muharram, namun bukan sehari
sebelum atau setelah hari Asyuro, seperti ia berpuasa pada hari ke-5, 10, dan
15. Jadi untuk puasa Asyuro hanya sehari saja, namun berpuasa pada bulan Allah
Muharram termasuk ibadah puasa sunnah
yang paling utama. Dan yang paling utama dari tingkatan puasa Asyuro –bagi yang
ingin mengerjakannya– adalah berpuasa pada hari ke-9 dan 10.
Manfaatkanlah sebaik mungkin -semoga
Allah merahmati kalian- keluangan umur dan kekuatan badan kalian. Bersegeralah
untuk meneladani Rasul kalian shallallahu alaihi wa sallam dengan cara berpuasa
pada hari Asyuro.
(Kutipan Materi Khotbah Jumat Seputar
Asyuro - Syekh Soleh bin Abdullah al-‘Ushoimiy hafizhahullahu, Distrik Souq,
Dammam, 8 Muharram 1443 H, Penerjemah: Muhammad Sulhan Jauhari)
Adapun menurut Ibnul Qoyyim Al
Jauziyah dan diikuti al-Hafidz Ibnu Hajar, bahwa pelaksanaan puasa asyura, ada
3 tingkatan:
Pertama, Melakukan puasa 3 hari,
tanggal 9 (Tasu’a), tanggal 10 (Asyura), dan tanggal 11
Dalil akan hal ini adalah hadis dari
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, secara
marfu’:
صُومُوا يَوْمَ عَاشُورَاءَ
وَخَالِفُوا فِيهِ الْيَهُودَ صُومُوا قَبْلَهُ يَوْماً أَوْ بَعْدَهُ يَوْماً
Lakukanlah puasa Asyura, dan jangan
sama dengan yahudi. Karena itu, lakukanlah puasa sehari ebelumnya dan sehari
setelahnya. (HR. Ahmad 2191 dan Baihaqi dalam al-Kubro 8189)
Kedua, Puasa 2 hari, tanggal 9 dan 10
Muharram
Dasarnya adalah hadis dari Ibnu Abbas
radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَئِنْ بَقِيتُ
إِلَى قَابِلٍ لَأَصُومَنَّ الْيَوْمَ التَّاسِعَ
“Jika Muharram tahun depan saya masih
hidup, saya akan puasa tanggal 9.” (HR. Ahmad 1971, Muslim 2723 dan yang
lainnya)
Ketiga, Puasa tanggal 10 saja.
Alasannya adalah karena Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan janji khusus, yaitu kaffarah
(pengampunan/penghapusan) dosa setahun yang
telah lewat. Dari Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan:
وَسُئِلَ عَنْ
صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ
“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam
ditanya mengenai keistimewaan puasa ’Asyura? Beliau menjawab, ”Puasa ’Asyura
akan menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim 1162)
(Ibnul Qoyyim Al Jauziyah dalam kitab Zadul Ma’ad (2/76) dan diikuti al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (4/246))
Posting Komentar untuk "TINGKATAN PUASA ASYURO"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.