Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Anjuran Mengakhiri Pengajian Dengan Doa Jama’i - Ustadz Aris Munandar

Kabeldakwah.com

Salah satu kebiasaan Nabi Shollallahu 'alaihi wa sallam adalah mengakhiri majelis beliau (pengajian, musyawarah dan lain-lain) dengan doa. Sehingga di antara bentuk ittiba’ Nabi Shollallahu 'alaihi wa sallam adalah menutup majelis pengajian dengan doa.

Saat ustadz pemateri memanjatkan doa di akhir majelis pengajian semestinya audiens mengaminkannya. Orang yang mengaminkan suatu doa itu seperti orang yang memanjatkan doa tersebut secara langsung.

Oleh karena itu mengakhiri majelis pengajian, rapat, musyawarah, pembukaan seminar dan lain-lain dengan doa dari salah satu hadirin dan diaminkan oleh yang lain adalah sebuah kebaikan.

«سنن الترمذي» (5/ 528):

3502 - أَنَّ ابْنَ عُمَرَ، قَالَ: قَلَّمَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُومُ مِنْ مَجْلِسٍ حَتَّى يَدْعُوَ بِهَؤُلَاءِ الدَّعَوَاتِ لِأَصْحَابِهِ:

Ibnu Umar mengatakan bahwa Rasulullah Shollallahu 'alaihi wa sallam itu jarang sekali meninggalkan tempat duduknya dari suatu kegiatan sampai memanjatkan sejumlah kalimat doa berikut ini untuk para shahabatnya (baca: untuk para hadirin).

«اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا ‌مِنْ ‌خَشْيَتِكَ مَا يَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ، وَمِنَ اليَقِينِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مُصِيبَاتِ الدُّنْيَا، وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا، وَاجْعَلْهُ الوَارِثَ مِنَّا، وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا، وَلَا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا، وَلَا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا، وَلَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لَا يَرْحَمُنَا».: هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ.

“Ya Allah berikan untuk kami rasa takut kepada-Mu yang menghalangi kami untuk durhaka kepada-Mu. Berikan kepada kami ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami masuk ke dalam surga-Mu. Berikan kepada kami keyakinan yang akan meringankan berbagai musibah dunia. Berikan kepada kami nikmat pendengaran, penglihatan dan kekuatan fisik selama kami hidup dan tetap ada sampai kami meninggal dunia.

Berikan balasan yang setimpal kepada semua orang yang zalim kepada kami. Berilah kami kemenangan menghadapi semua orang yang memusuhi kami. Jangan timpakan kepada kami musibah agama.

Jangan jadikan dunia perkara yang menguras semua pikiran kami dan puncak pengetahuan kami. Jangan jadikan orang-orang yang tidak sayang kepada kami sebagai penguasa kami”.

HR at-Tirmidzi no 3502. At-Tirmidzi mengatakan bahwa kualitas hadis ini hasan gharib. Hadis ini juga dinilai hasan oleh al-Albani.

Dalam redaksi hadis di atas terdapat kata “qallama”. Kata ini boleh diterjemahkan dengan “jarang sekali”. Boleh juga diterjemahkan “tidak pernah”

وتستعمل قلما لمعنيين أحدهما النفي الصرف والثاني إثبات الشيء القليل

Penulis kitab Tuhfah Ahwadzi menjelaskan bahwa kata “qallama” itu dalam bahasa Arab digunakan untuk dua pengertian. Pertama, murni negasi. Kedua, menetapkan sesuatu yang sedikit.

Dari penjelasan di atas bisa disimpulkan bahwa Nabi Shollallahu 'alaihi wa sallam itu selalu mengakhiri majelisnya dengan doa atau Nabi Shollallahu 'alaihi wa sallam itu sering mengakhiri majelisnya dengan doa.

Pendapat yang dipilih oleh Ibnu Utsaimin, menutup majelis dengan doa adalah kebiasaan Nabi Shollallahu 'alaihi wa sallam, bukan hal yang selalu Nabi Shollallahu 'alaihi wa sallam lakukan. Ibnu Utsaimin mengatakan:

فكان الرسول عليه الصلاة والسلام إذا جلس مجلسًا يقول هذا الذكر، لكنه ليس بدائم كما سبق لنا في درس أمس إنما يقول ذلك كثيرًا، والله أعلم.

“Sang Rasul Shollallahu 'alaihi wa sallam jika duduk di suatu kesempatan mengucapkan kalimat-kalimat di atas. Akan tetapi ini tidak selalu beliau lakukan. Beliau hanya sering mengucapkannya. Wallahu a’lam”.

Meski demikian menyimpulkan bahwa hal ini selalu Nabi Shollallahu 'alaihi wa sallam lakukan tidaklah salah karena kesimpulan semisal itu adalah satu hal yang dimungkinkan menurut bahasa Arab sebagaimana penjelasan penulis Tuhfatul Ahwadzi di atas.

يؤخذ منه: مشروعية الدعاء بهذا في المجالس.

Syaikh Khalid as-Sabt mengatakan bahwa dari hadis tersebut bisa disimpulkan disyariatkannya berdoa dengan kalimat-kalimat tersebut di berbagai forum.

Yang dimaksud dengan “disyariatkan” dalam perkataan Syaikh Khalid as-Sabt adalah dianjurkan bukan hanya “kemubahan” karena hal ini terkait doa yang merupakan ibadah yang sangat spesial.

Oleh karena itu bagian dari ittiba’ Nabi Shollallahu 'alaihi wa sallam adalah mengakhiri berbagai majelis semisal majelis pengajian dengan doa terutama doa dengan kalimat-kalimat di atas.

فيحسن بالعبد أن يتعلم معانيها، ويعمل بمقاصدها ويكثر منها، خاصة في المجالس اتباعاً واقتداء بالنبي صلى الله عليه وسلم

“Adalah satu hal yang bagus bagi seorang muslim untuk mempelajari makna kandungan kalimat-kalimat doa di atas, mengamalkan pesannya dalam kehidupan sehari-hari serta sering membaca kalimat-kalimat doa tersebut terutama di berbagai majelis dalam rangka mengikuti dan meneladani Sang Nabi Shollallahu 'alaihi wa sallam”.

وعلى هذا فيستحب للمؤمن إذا قام من مجلسه أن يقول هذه الأذكار: الذكر الأول: سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا أنت، أستغفرك وأتوب إليك

الذكر الثاني: اللهم اقسم لنا من خشيتك ما يحول بيننا وبين معاصيك

Syaikh Ahmad Hathībah dalam penjelasan beliau untuk kitab Riyadhus Shalihin memberikan kesimpulan yang menarik, “Berdasarkan hal ini, seorang mukmin jika hendak mengakhiri majelisnya dianjurkan membaca dua dzikir.

Dzikir pertama adalah kaffarah majelis.

Dzikir kedua adalah doa allahummaqsim lana min khasyyatika …”.

Akhirnya, sebagian ulama dengan tegas menyimpulkan

ختم المجالس بالدعاء للحضور ليس بدعة

“Mengakhiri majelis pengajian dan lainnya dengan DOA untuk hadirin itu BUKAN BID’AH”.

Artinya doa yang dipanjatkan di akhir majelis pengajian tidak ‘harus’ dan tidak terbatas dengan kalimat-kalimat yang ada dalam hadis riwayat at-Tirmidzi di atas.

Hadis riwayat at-Tirmidzi di atas menunjukkan bahwa “jinsud du’a”, berdoa secara umum dianjurkan untuk dipanjatkan pada akhir majelis.

Redaksi doa yang ada dalam riwayat at-Tirmidzi di atas bisa ditambahkan dengan doa-doa kebaikan selainnya sebagaimana praktik salah seorang ulama salafy kontemporer dari Madinah, Syaikh Abdur Razzaq al-Badr.

Silahkan simak mulai menit 45:27 pada link yutube berikut: YOUTUBE

Syaikh Abdur Razzaq al-Badr adalah di antara ulama salafy kontemporer yang konsisten menutup majelis pengajiannya dengan rangkaian doa.

Lain halnya dengan para followers Syaikh Abdurrazzaq al-Badr di negeri ini yang malah beranggapan menutup pengajian dengan doa itu bid’ah.

Mengapa demikian? Silahkan berikan pandangan anda di kolom komentar.

Ditulis Oleh: Ust. Dr. Aris Munandar

KabeL DakwaH
KabeL DakwaH Owner Gudang Software Ryzen Store dan Jasa Pembuatan Barcode BBM Se-Nusantara Indonesia

Posting Komentar untuk "Anjuran Mengakhiri Pengajian Dengan Doa Jama’i - Ustadz Aris Munandar"