Jangan Ada Hasad Diantara Kita - Abu Fairuz Ahmad Ridwan My
![]() |
Kabeldakwah.com |
Bismillah.
Maraknya lembaga
pendidikan salaf dan sunnah di indonesia adalah fenomena yang menggembirakan,
menunjukkan adanya semangat kaum muslimin untuk kembali kepada Alquran dan
Assunnah dan kembali rujuk pada pemahaman salaf.
Dimanapun ada lembaga
pendidikan salafi, maka dia tumbuh dengan cepat bak tumbuhnya jamur di musim
hujan.
Demikian pula dengan dakwah salaf, menjadi trend dan laris manis ditengah dakwah dan pendakwah yang berafiliasi pada ormas tertentu dan individu tertentu.
Fenomena Berebut Murid
Dan Jamaah
Melihat maraknya
perkembangan dakwah salaf, membuat tergiurnya banyak pemodal dan orang-orang
berduit ikut nimbrung buat sekolah, pesantren, yayasan, masjid dan lainnya
karena ternyata cepat mendatangkan keuntungan dan balik modal.
Peluang bisnis ini tak di
sia-siakan mereka untuk turut berpartisipasi untuk bersaing meramaikan dunia
pendidikan.
Apapun ceritanya, tentu
untuk bersaing dan mencapai target konsumen sebanyak-banyaknya membutuhkan
marketing dan daya tarik yang kuat. Daya tarik itu ada pada nama “branded” para
asatizah yang terkenal dan tersohor, apalagi bila ada embel-embel DR, MA, Lc
dan sejenisnya.
Dengan sebab itu setiap
ust yang menyandang gelar dan tersohor itu akan menjadi magnet penyedot jamaah
dan komunitas salafiyyin maupun yang dliuar mereka untuk meramaikan lembaga
pendidikan maupun lembaga dakwah baru.
Iklan itu butuh
operasional, sayangnya sebagaian ustadz tidak faham mereka dimafaatin jadi
produk iklan untuk melariskan dagangan belaka. Bilamana lembaga sudah mapan
merekapun akan di ”tendang” keluar bilamana tidak mau ikut apa keinginan
pemilik lembaga pendidikan tersebut.
Ibarat kata orang sebatas
“pendorong mobil mogok” bilamana mobil mesinnya dah hidup ia akan ditinggal
pergi hanya sekedar menghirup asap knalpot yang tertinggal.
Hal ini juga akan terjadi
bukan hanya di lembaga pendidikan belaka tetapi semacam ini juga terjadi dalam
dunia travel, media dakwah dan lain-lain.
Persaingan Tidak Sehat
Semakin banyaknya lembaga
pendidikan, media dakwah, travel-travel dan masjid-masjid berbasis sunnah
bagus-bagus saja, selama dapat bersinergi dengan baik dan tidak saling
“cakar-cakaran”.
Bilamana tujuan semuanya
akhirat, pasti tidak akan terjadi persinggungan dan perselisihan yang
membuahkan perpecahan
Hal yang layak jadi
perenungan adalah bilamana sebagian lembaga punya hasad dengan lembaga lainnya.
Mencari murid dan jamaah dengan cara-cara yang tidak elegan , tidak berakhlak
dan menyeisihi etika berbisnis.
Misalnya, dengan membujuk
sebagian guru yang bisa dia pengaruhi untuk pindah ke lembaganya dengan
iming-iming gaji dan jabatan yg lebih tinggi. Atau mempengaruhi murid-murid dan
jamaah untuk pindah ke lembaga yang bersangkutan dengan cara menjatuhkan harga
biaya masuk semurah-murahnya-bukan niatnya untuk membantu memudahkan kaum
muslimin- tetapi untuk menjatuhkan lembaga lain yang ingin dia saingi.
Biasanya cara seperti ini
hanya indah di awal, setelah berjalan baik, dan murid telah banyak lembaga
tersebut akan menaruh tarif setinggi tingginya.
Dalam dunia travel pun
tak kalah semrautnya, perang iklan dan perang harga antara sesama travel begitu
menyolok, meski tak jarang harga hanya indah di awal, murah meriah dan
fasilitas serba wah. Namun dalam dunia nyata mulai bermunculan harga-harga
diluar prediksi, harga inilah, harga itulah, ujung-ujungnya harga naik berlipat
ganda.
Belum lagi hotel yang
dijanjikan sering tak sesuai dengan kenyataan. Janjinya hotel bertaraf bintang
lima, ternyata hotel biasa-biasa saja bahkan sebagian hotel jauh dari masjidil
haram tak sesuai dengan harga yang dipatok di awal.
Keberkahan Itu Dengan
Ikhlas
Keberkahan suatu lembaga
dakwah berbanding lurus dengan standar keikhlasan dan mengharapkan wajah Allah
serta negeri akhirat.
Semakin tipis nilai-nilai
keikhlasan kan semakin rentan muncul perselisihan dan persaingan tak sehat,
perebutan jabatan dan kekuasaan maupun pengikut.
Bila sudah seperti itu
kondisinya maka tunggulah kehancuran kan segera datang menjelang.
Semua Terpulang Pada Hati
Segala sepak terjang
sesorang, upaya dan usaha untuk meraih pundi dunia dengan topeng agama, takkan
lama bertahan meski didukung infrastruktur yang canggih, SDM yang hebat dan
finansial yang melimpah ruah.
Sudah banyak lembaga yang
tergelincir jatuh pamor dan reputasinya disebabkan niat yang tidak baik,
tinggalah gedung mewah tidak lagi dilirik manusia, ditinggalkan orang-orang
karena tak berkah, culas, dan hasad yang bersemyam di hati pemilik lembaga dan
pengurus.
Betapa butuhnya setiap
orang untuk selalu mengevaluasi niat untuk apa dia membangun lembaga
pendidikan, untuk apa ia.membangun media dakwah, untuk apa ia membangun bisinis
travel haji dan umrah.
Bekerja untuk amalan
akhirat dengan memprioritaskan target dunia dan akhiratnya sambilan, bagaikan
perumpaan buih meluap dikala banjir, yang lambat laun buih kan sirna dan air
jualah yang menetap dan bermanfaat.
فَأَمَّا الزَّبَدُ
فَيَذْهَبُ جُفَاءً ۖ وَأَمَّا مَا يَنفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِي الْأَرْضِ
Adapun buih ia kan sirna
mengering, adapun yang bermanfaat bagia manusia ia akan menetap berkekalan di
bumi. (QS: Ar-Ra’du: 17)
Berkata Imam Malik Bin
Anas-rahimahullah- / “apapun yang untuk Allah itu akan berkekalan dan apapun
yang untuk selain Allah itu akan musnah”. Jangan ada hasad diantara kita.
Ditulis oleh: Abu
Fairuz Ahmad Ridwan My
(Batam, 26 Rajab 1446/ 26
Jan 2025)
Posting Komentar untuk "Jangan Ada Hasad Diantara Kita - Abu Fairuz Ahmad Ridwan My"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.