Ibnu Utsaimin: Semua Amal Shalih Boleh Dihadiahkan Kepada Mayit - Ust. Aris Munandar
![]() |
Kabeldakwah.com |
Ibnu Utsaimin: Semua Amal
Shalih Boleh Dihadiahkan Kepada Mayit
Banyak anak-anak
pengajian beranggapan bahwa semua ulama salafy kontemporer itu tidak
membolehkan kirim bacaan al-Qur’an untuk mayit, tidak boleh kirim Alfatihah,
kirim pahala baca surat Yasin untuk yang sudah meninggal dunia. Ini adalah
salah sangka yang memalukan.
Syaikh Muhammad bin
Shalih al-Utsaimin membolehkan dan tidak melarang kirim pahala al-Qur’an untuk
mayit. Beliau menegaskan bahwa kiriman pahala tersebut dirasakan manfaatnya
oleh muslim yang sudah meninggal dunia.
Lebih dari itu, bahkan Ibnu Utsaimin membolehkan mengirimkan pahala semua amal shalih dan amal ibadah untuk mayit.
Artinya boleh dan
bermanfaat kirim pahala shalat Dhuha untuk orang yang sudah meninggal dunia.
Boleh dan bermanfaat kirim pahala puasa sunnah Senin dan Kamis untuk ortu yang
sudah meninggal dunia.
فتاوى أركان الإسلام
(ص506):
س 457: هل يجوز
الاعتمار عن الميت؟
Pertanyaan, “Apakah diperbolehkan berumrah dan
pahalanya diniatkan untuk orang yang sudah meninggal dunia?”
الجواب: يجوز الاعتمار
عن الميت كما يجوز الحج عنه، وكذلك الطواف عنه يجوز، وكذلك جميع الأعمال الصالحة
تجوز عن الميت، قال الإمام أحمد رحمه الله: كل قربة فعلها وجعل ثوابها لحي أو ميت
مسلم نفعه،
Jawaban Syaikh Muhammad bin Shalih
al-Utsaimin, “Boleh berumrah dan pahala umrahnya diniatkan untuk orang yang
sudah meninggal dunia sebagaimana diperbolehkan berhaji dan pahalanya diniatkan
untuk mayit.
Demikian pula dibolehkan thawaf sunnah dan
diniatkan pahalanya untuk yang sudah meninggal dunia.
Bahkan semua amal shalih/amal ibadah boleh
diniatkan pahalanya untuk orang yang sudah meninggal dunia.
Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan, semua amal
ibadah yang dikerjakan dan diniatkan pahalanya untuk seorang muslim baik masih
hidup atau pun sudah meninggal dunia itu sampai dan bermanfaat.
ولكن الدعاء للميت أفضل
من ثوابها لحي أو ميت مسلم نفعه، ولكن الدعاء للميت أفضل من إهداء الثواب له،
والدليل على هذا قول الرسول صلى الله عليه وسلم: ((إذا مات إنسان أنقطع عمله إلا
من ثلاث: صدقة جارية، أو علم ينتفع به، أو ولد صالح يدعو له)) ،
“Akan tetapi mendoakan kebaikan untuk orang
yang sudah meninggal dunia itu lebih afdhal dibandingkan kirim pahala yang
bermanfaat untuk orang lain seorang muslim baik yang masih hidup atau pun yang
sudah meninggal dunia.
Sekali lagi, mendoakan kebaikan untuk mayit
itu lebih afdhal dibandingkan kirim pahala untuk mayit.
Dalilnya pendapat ini adalah sabda sang Rasul
SAW, ‘Jika manusia meninggal dunia kesempatan untuk menambah pahala amal
baginya itu sudah terputus kecuali dari tiga hal. Tiga hal tersebut adalah
sedekah yang mengalir pahalanya, ilmu yang diambil manfaatnya dan anak shalih
yang mendoakan kebaikan kepadanya’.”
ووجه الدلالة من الحديث
أن النبي صلى الله عليه وسلم لم يقل: ((أو ولد صالح يتعبد له، أو يقرأ، أو يصلي،
أو يعتمر، أو يصوم)) أو ما أشبه ذلك، مع أن الحديث في سياق العمل، فهو يتحدث عن
العمل الذي ينقطع بالموت، فلو كان المطلوب من الإنسان أن يعمل لأبيه وأمه لقال
النبي صلى الله عليه وسلم: ((وولد صالح يعمل له)) ،
Sisi pendalilan dari hadis ini adalah Nabi SAW
tidak mengatakan ‘atau anak shalih yang beribadah dan meniatkan pahalanya
untuknya, anak shalih yang membaca al-Qur’an, mengerjakan shalat sunnah,
berumrah dan puasa sunnah untuk mayit’ atau kalimat semisal itu.
Padahal konteks hadis
tersebut terkait amalan untuk orang yang sudah meninggal dunia. Hadis tersebut
membahas amal yang pahalanya tidak terputus dengan sebab kematian.
Seandainya anak itu
diperintahkan untuk melakukan amal dan pahalanya diniatkan untuk ayah dan
ibunya tentu redaksi hadis Nabi SAW di atas berbunyi, ‘dan anak shalih yang
beramal dan pahalanya diniatkan untuknya’.
ولكن لو عمل الإنسان
عملاً صالحاً وأهدى ثوابه لأحد من المسلمين فإن ذلك جائز.
“Akan Tetapi Jika Seorang Muslim Melakukan
Amal Shalih Apapun Dan Dia Niatkan Pahalanya Untuk Seorang Muslim Baik Orang
Tuanya Ataupun Selainnya Hukumnya Boleh”.
(Fatawa Arkan al-Islam
karya Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin hlm 506)
Refleksi:
Buku Fatawa Arkan
al-Islam karya Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin adalah buku level dasar
yang sangat dikenal oleh para juru dakwah salafy. Tidaklah berlebihan jika
dipastikan semua juru dakwah salafy pasti mengenal, membaca dan mengkhatamkan
buku ini.
Ibnu Utsaimin menegaskan
bahwa kirim pahala amal ibadah kepada mayit itu boleh, sampai dan bermanfaat.
Meski beliau berpandangan bahwa yang lebih afdhal adalah mencukupkan diri
dengan mendoakan kebaikan untuk orang yang sudah meninggal dunia.
Sesuatu yang boleh meski
tidak afdhal semestinya tidak dijadikan sebagai sasaran celaan dan pengharaman.
Apa salah orang yang melakukan hal yang diperbolehkan?
Bahkan Imam Ahmad yang
memiliki gelar ‘imam ahli sunnah’ berpandangan bahwa kirim pahala semua amal
shalih dan amal ibadah itu boleh dan bermanfaat baik ditujukan untuk orang yang
masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia.
Jika demikian sungguh
aneh jika ada yang merasa lebih ‘kokoh’ dalam sunnah dibandingkan imam ahli
sunnah, Imam Ahmad bin Hanbal dengan mengharam-haramkan dan mencela secara
brutal amalan kirim pahala baca Alfatihah atau pahala baca Yasin untuk mayit.
Untuk mendapatkan
kebijaksanaan dalam bersikap tidak harus membaca dan mentelaah buku-buku level
atas. Kejujuran dan kecermatan dalam membaca buku-buku level dasar pun sudah
bisa membuahkan sikap bijaksana sehingga tidak perlu buang-buang energi
meributkan hal-hal yang sangat tidak perlu diributkan.
Ditulis Oleh: Dr. Aris Munandar, S.S., M.P.I.
Posting Komentar untuk "Ibnu Utsaimin: Semua Amal Shalih Boleh Dihadiahkan Kepada Mayit - Ust. Aris Munandar"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.