Definisi dan Keutamaan Aqidah, Pokok-pokok Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah, Biografi Singkat Penulis Kitab Aqidah, Resensi kitab serta Taqdim dari Syaikh bin Baaz rahimahullah - Kitab Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah
Kabeldakwah.com |
Definisi dan Keutamaan Aqidah, Pokok-pokok Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah, Biografi Singkat Penulis Kitab Aqidah, Resensi kitab serta Taqdim dari Syaikh bin Baaz rahimahullah
Kitab: Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah
Oleh: Ustadz DR. Abdullah Roy M.A حفظه الله تعالى
بسم اللّه الرحمن
الرحيم
RESENSI KITAB & BIOGRAFI PENULIS
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ
وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُه،
الحمد لله والصلاة
والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومنْ وَالَاه،
Alhamdulillah kita bersyukur kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan nikmat dan masih terus memberikan
nikmat kepada kita semuanya baik yang dhohir maupun yang bathin.
Dan tentunya nikmat yang
paling besar, yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada kita adalah nikmat
Islam. Islam yang merupakan Agama satu-satunya yang diridhoi oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menerima agama apapun,
selain agama Islam ini.
Allah Subhanahu wa Ta’ala
mengatakan:
إِنَّ الدِّينَ عِندَ
اللَّهِ الْإِسْلَامُ [a]
“Sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah
adalah Al Islam” (QS Ali Imran: 19)
Dan Allah Subhanahu wa
Ta’ala mengatakan:
وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ
الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ
الْخَاسِرِينَ[b]
“Dan barangsiapa yang
mencari agama selain agama Islam maka tidak akan diterima darinya, dan dia di
akhirat termasuk orang-orang yang merugi.” (QS Ali Imran: 85)
Maka di antara bentuk
syukur kita atas nikmat hidayah kepada Islam ini adalah bersungguh- sungguh di
dalam mempelajari agama Islam dan juga bersungguh-sungguh di dalam mengamalkan
apa yang ada di dalamnya berupa syariat, menjalankan perintah Allah dan juga
Rasul-Nya, meninggalkan larangan Allah dan juga Rasul-Nya.
Kemudian, in sya Allah
kita pada kesempatan kali ini dan pada edisi-edisi selanjutnya akan membahas
tentang masalah aqidah.
Definisi Aqidah
Dan aqidah kalau
diterjemahkan ke dalam bahasa kita adalah 'keyakinan'. Diambil dari kata عقد[c] ، يعقد yang artinya adalah mengikat.
Dan arti dari aqidah
adalah segala sesuatu yang kita gunakan untuk mengikat hati kita.
Aqidah terbagi menjadi 2,
yaitu:
(1) Aqidah yang benar
(2) Aqidah yang tidak
benar
Tentunya aqidah yang
benar yang shahihah adalah aqidah yang diambil dari wahyu berdasarkan Al Quran
dan juga hadits yang shahih. Dan di sana ada aqidah yang bathilah. Yang tidak
diambil dari wahyu, diambil dari mimpi, diambil dari رأي[d] yang hanya sekedar pendapat yang tidak berdasarkan wahyu
maka ini adalah aqidah-aqidah yang bathilah.
In sya Allah kita akan
mempelajari aqidah yang benar, aqidah yang shahihah yang berdasarkan Al Quran
dan Al Hadits dengan pemahaman para salaf, para sahabat radhiyallahu ta’ala
anhum.
Ilmu Aqidah dan padanan
nama-namanya
Dan ilmu aqidah ini
memiliki beberapa nama dipakai oleh para ulama. Terkadang mereka menggunakan
istilah ushuluddin, pokok pokok agama karena di dalam aqidah ini mengandung
perkara-perkara yang merupakan pondasi, merupakan pokok yang harus diyakini
oleh seorang muslim.
Ada di antara mereka yang
menamakan ilmu aqidah ini dengan Al Fiqh Al Akbar, Al Fiqh artinya pemahaman,
Al Akbar artinya adalah yang paling besar. Dinamakan demikian karena ilmu
aqidah ini adalah perkara yang harus dipahami oleh seorang muslim dan juga muslimah,
sehingga dinamakan Al Fiqh Al Akbar. Sebagaimana Al Imam Abu Hanifah
Rahimahullah menamakan kitab beliau Al Fiqh Al Akbar, dan di situ beliau
menyebutkan tentang aqidah para salaf.
Dan terkadang dinamakan
ilmu tauhid karena tauhid ini adalah pondasinya pondasi, dia adalah pokok dari
Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah.
Dan juga nama-nama yang
lain, dinamakan Asy-Syariah sebagaimana Al-Imam Al-Ajurri mengarang kitab
tentang masalah aqidah dan menamakannya dengan Asy-Syariah.
Dan ada yang menamakan
As-Sunnah seperti Ibnu Abi Ashyim Al Kholal dan juga yang lainnya, mereka
menamakan kitab mereka yang berisi tentang masalah aqidah dengan As-Sunnah.
Hukum & keutamaan
mempelajari Aqidah
Mempelajari aqidah ini
adalah perkara yang sangat penting dan hukum mempelajarinya adalah wajib.
Yang disebutkan di sini
adalah sebagian saja, yang berkaitan dengan keutamaan mempelajari aqidah,
1. Bahwasanya aqidah ini
apabila dipelajari dengan benar berdasarkan Alqur'an dan Hadits dengan
pemahaman yang benar, yaitu pemahaman para salaf, maka ini bisa menjadi
pendorong bagi seseorang untuk melakukan ketaatan kepada Allah, apabila
aqidahnya adalah aqidah yang kuat, keimanannya adalah keimanan yang benar,
keimanan yang kuat, maka ini akan berpengaruh terhadap ketaatannya kepada Allah
Subhanahu wa Ta'ala, dia akan semakin semangat dan ikhlas di dalam menjalankan
perintah Allah dan juga Rasul-Nya dan dia akan menjadi orang yang sangat takut
kepada Allah untuk berbuat maksiat sekecil apapun kemaksiatan, baik dilihat oleh
manusia maupun tidak dilihat oleh manusia.
Ini bisa muncul apabila
seseorang tertanam di dalam hatinya aqidah yang benar, makanya orang yang
belajar aqidah dengan baik, diharapkan ini akan terlihat pada ketaatan dia
kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
2. Demikian pula di
antara pentingnya mempelajari aqidah bahwasanya orang yang memiliki aqidah yang
benar dijanjikan oleh Allah Subhanahu wa Ta'aala dengan keamanan di akhirat dan
juga dijanjikan dengan hidayah.
Allah Subhanahu wa Ta'ala
mengatakan:
الَّذِينَ آمَنُوا
وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ
مُهْتَدُونَ [e]
"Orang-orang yang
beriman dan dia tidak mencampuri keimanannya dengan kezaliman maka merekalah
orang-orang yang mendapatkan keamanan dan merekalah orang-orang mendapatkan
petunjuk." [QS Al-An’am: 82]
Orang-orang yang beriman,
beriman dengan Allah, beriman kepada Rasul, beriman kepada malaikat, beriman
kepada hari akhir, beriman kepada takdir. Artinya ini adalah pokok dari Aqidah
Islamiyah itu sendiri, bersumber pada aqidah ahlussunnah. Dan dia tidak mencampuri
keimanannya dengan kezaliman, kesyirikan, pendustaan atau keraguan.
Tidak mencampuri imannya
kepada Allah dengan kesyirikan. Tidak mencampuri keimanan tersebut dengan
pendustaan atau keraguan,. Maka merekalah orang-orang yang mendapatkan
keamanan, di saat manusia di hari kiamat dalam keadaan mereka takut, maka Allah
Subhanahu wa Ta'ala akan memberikan kepada orang orang yang memiliki aqidah
yang shahihah, aqidah yang benar, yang ia tidak mencampuri aqidah tersebut
dengan kotoran, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan memberikan kepada mereka
ketenangan, keamanan pada hari tersebut.
وَهُمْ مُهْتَدُونَ[f]
"Dan merekalah
orang-orang yang mendapatkan petunjuk.”
Di dunia ini dia termasuk
orang yang diberikan petunjuk oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, dikeluarkan dari
tempat yang gelap, kegelapan kesyirikan, kegelapan kebid'ahan, kegelapan
kemaksiatan, kegelapan kejahilan (sesuatu musibah seseorang berada di tempat
yang gelap). apabila seseorang berada di tempat yang gelap maka itu adalah
musibah. Tidak tahu apa yang harus dilakukan. Tidak tahu mana yang benar mana
yang salah.
Tapi ketika ada cahaya
dikeluarkan oleh Allah dari tempat yang gelap tersebut ke tempat yang terang
benderang di situ jelas baginya mana yang benar, mana yang tidak benar. Maka
ini adalah sebuah kenikmatan yang besar dan ini hanya di dapatkan bagi orang-orang
yang memiliki aqidah yang shahih. Dan barangsiapa diantara kita yang ingin
mendapatkan hidayah maka belajarlah aqidah. Mempelajari aqidah adalah perkara
yang sangat penting dan hukum mempelajarinya adalah wajib.
3. kemudian diantara yang
menunjukkan tentang pentingnya mempelajari aqidah ini adalah ibadah seseorang
tidak akan sah kecuali apabila dia bertauhid pada Allah (mengesakan Allah di
dalam ibadah) dan tauhid ini adalah Ashlul Ushul, dan dia adalah pokoknya,
pokok inti dari Aqidah Islamiyyah ada pada tauhid.
Allah Subhanahu wa
Ta'aala mengatakan:
وَمَآ أُمِرُوٓاْ
إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ
وَيُؤۡتُواْ ٱلزَّكَوٰةَۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلۡقَيِّمَةِ[g]
"Tidaklah mereka diperintahkan kecuali
supaya beribadah kepada Allah dalam keadaan mengikhlaskan, meng-Esa-kan bagi
Allah Subhanahu wa Ta'ala agama ini. Dalam keadaan حُنَفَآءَ
yaitu dalam keadaan lurus hanya menghadap kepada Allah berpaling dari
kesyirikan dan mereka mendirikan shalat, membayar zakat yang demikian adalah
agama yang lurus."
(QS Al-Bayyinah: 5)
Dan masih banyak lagi
keutamaan-keutamaan yang lain. Secara ringkas saya sebutkan di sini di
antaranya,
4. Bahwasanya orang yang
memiliki aqidah yang shahihah maka ini adalah modal utama untuk masuk ke dalam
Surga.
Nabi shallallahu 'alayhi
wa sallam mengatakan:
مَنْ مَاتَ وَهُوَ
يَعْلَمُ أَنَّهُ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ الله دَخَلَ الْجَنَّةَ[h]
"Barangsiapa yang meninggal dunia dan dia
mengetahui (menyadari) dan mengamalkan bahwasanya tidak ada sesembahan yang
berhak disembah kecuali Allah, maka dia akan masuk ke dalam Surga."
(Hadits shahih riwayat Muslim)
5. Orang yang memiliki
aqidah yang benar maka dia akan mendapatkan syafaat dari Nabi shallallahu
'alayhi wa sallam.
Inilah orang yang berhak untuk mendapatkan
syafaat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di hari kiamat. Sebagaimana di dalam
sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah.
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa salam ditanya, "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang
bergembira dengan syafaatmu di hari kiamat?"
Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
mengatakan,
لَقَدْ ظَنَنْتُ يَا
أَبَا هُرَيْرَةَ أَنْ لاَ يَسْأَلَنِي عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ أَحَدٌ أَوَّلُ
مِنْكَ، لِمَا رَأَيْتُ مِنْ حِرْصِكَ عَلَى الْحَدِيثِ، أَسْعَدُ النَّاسِ
بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ. خَالِصًا
مِنْ قِبَلِ نَفْسِهِ [i]
"Saya sudah menyangka wahai Abu Hurairah
tidak akan ada orang yang bertanya kepadaku tentang hadits ini, orang yang
lebih terdahulu daripada dirimu. Karena aku melihat engkau semangat untuk mengetahui
hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.”
Kemudian beliau
shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan:
أَسْعَدُ النَّاسِ
بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ. خَالِصًا
مِنْ قِبَلِ نَفْسِهِ[j]
"Orang yang paling bahagia dengan syafaat
pada hari kiamat adalah orang yang mengucapkan laa Ilaaha Illallaah (tiada Ilah
yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah) secara ikhlas dari dalam
hatinya." (Hadits shahih riwayat Imam Al-Bukhari nomor 6570)
Jelas ini menunjukkan kepada kita, di antara
keutamaan mempelajari aqidah adalah cara kita untuk bisa mendapatkan syafaat
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam.
Judul kitab
Supaya kita bisa memahami aqidah ini dengan
baik in sya Allah kita akan mempelajari, sebuah kitab yang berbicara tentang
masalah aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang berjudul:
عقيدة أهل السنة
والجماعة[k]
Aqidatu Ahli Sunnah Wal Jama'ah.
Kitab ini dikarang oleh seorang ulama yang in
sya Allah tidak asing lagi, beliau adalah Syaikh Muhammad bin Shalih
Al-Utsaimin rahimahullah ta'ala.
Biografi Penulis kitab “Aqidah Ahlus Sunnah
wal Jamaah”
Sebelum kita masuk pada pembahasan kitab, in
sya Allah kita kami akan membaca kitab ini, kemudian memberikan penjelasan
secara ringkas.
Kami ingin mengenalkan
terlebih dahulu pada pendengar sekalian tentang siapa pengarang kitab ini.
Supaya kita mengetahui kedudukan beliau dan mengetahui keutamaan atau kedudukan
kitab ini. Kami sebutan secara ringkas biografi dari pengarang.
Beliau adalah Muhammad
bin Shalih bin Muhammad bin Sulaiman bin Abdurrahman bin Utsman bin Abdullah
At-Tamimi. Dikenal dengan Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Kalimat Al-Utsaimin
diambil dari nama kakek beliau yang ke-4 yang bernama Utsman.
Beliau rahimahullah lahir
pada tanggal 27 (malam tanggal 27) Ramadhan pada tahun 1347 Hijriyah di kota
Unaizah di kerajaan Saudi Arabia.
Beliau rahimahullah sejak
kecil sudah berkeinginan untuk mempelajari ilmu, sehingga dari kecil beliau
sudah belajar menulis, belajar adab dan mendaftar ke sebagian sekolah.
Di dalam biografi beliau
disebutkan, bahwasanya beliau sudah menghafal Al-Qur'an sejak kecil, demikian
pula menghafal kitab-kitab mutun yang ringkas baik masalah hadits maupun
masalah fiqih.
Beliau mempelajari ilmu
dari sebagian ulama, di antaranya adalah Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di
rahimahullah. Dan saat itu Syaikh As-Sa'di melihat pada diri Muhammad bin
Shalih Al-Utsaimin ada kecerdasan dan cepatnya beliau di dalam memahami apa yang
disampaikan.
Kemudian beliau mendaftar
ke sebagian sekolah di antaranya di Mahad 'Ilmi yang ada di Riyadh dan lulus
dari sana.
Di antara guru beliau
yang dikenal, adalah:
(1) Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di
Syaikh As-Sa'di termasuk guru beliau yang
pertama. Beliau mengambil ilmu dan faidah dari Syaikh As-Sa'di, terutama di
dalam masalah manhaj, masalah mengikuti dalil, beliau juga sangat mengikuti
gurunya di dalam (bagaimana) cara mengajar kepada murid-muridnya.
(2) Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz
(mufti kerajaan Saudi Arabia sebelum yang sekarang).
Beliau belajar dari Syaikh bin Baz dan membaca
shahih Al-Bukhari dan beberapa karangan dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan
beliau banyak mengambil faidah dari Syaikh bin Baz dalam ilmu hadits dan
masalah fiqih.
(3) Syaikh Abdurrazaq Afifi rahimahullah.
Beliau membaca kepada Syaikh Abdurrazaq
beberapa kitab dan belajar masalah Nahwu, Al-Balaghah.
(4) Syaikh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi
rahimahullah dan beberapa ulama yang lain.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
rahimahullah termasuk ulama yang mengajar di Masjid Al-Haram, di Masjid Nabawi,
khususnya di musim-musim haji di bulan Ramadhan dan pada saat liburan musim
panas.
Beliau memiliki banyak kegiatan yang bersifat
ilmiyyah. Beliau menyampaikan ceramah di dalam negara Saudi Arabia maupun di
luar Saudi Arabia dan banyak jabatan-jabatan yang beliau terima.
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memberikan
banyak kelebihan kepada beliau rahimahullah, dilihat dari ceramah-ceramah
beliau dan juga pertemuan-pertemuan beliau dengan kaum muslimin. Beliau bisa
mendatangkan ayat dan hadits dengan cepat dan beliau dikenal sebagai orang yang
kuat di dalam mengambil faidah, mengambil sebuah hukum dari sebuah ayat ataupun
hadits.
Beliau rahimahullah telah menghabiskan
waktunya (umurnya) untuk mengajar dan memberikan fatwa, menulis dan membahas
sesuatu. Hampir-hampir beliau tidak memberikan waktu untuk dirinya
beristirahat.
Ketika beliau berjalan menuju masjid atau
berjalan pulang menuju rumahnya dari masjid, beliau gunakan waktu tersebut
untuk kegiatan ilmiyyah. Beliau gunakan waktunya untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan dari jama'ah atau murid-muridnya.
Bagi orang yang sering mendengar
ceramah-ceramah dan kajian-kajian beliau, mereka akan melihat bagaimana Syaikh
Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin memiliki metode yang sangat bagus di dalam
mengajar. Beliau banyak bertanya kepada muridnya kemudian juga bermunaqosyah dengan
muridnya.
Ada yang mengatakan hal
tersebut beliau lakukan untuk menanamkan rasa percaya diri kepada
murid-muridnya. Ketika beliau bertanya kepada muridnya dan muridnya bisa
menjawab dengan benar dan mereka terbiasa menjawab, diharapkan dengan cara
seperti ini murid-murid tersebut akan memiliki rasa percaya diri.
Beliau rahimahullah
sangat perhatian kepada murid-muridnya dan memberikan pengarahan kepada mereka
dan bersabar di dalam memberikan pengajaran kepada mereķa. Beliau mendengar
pertanyaan-pertanyaan dari mereka dan memperhatikan urusan-urusan mereka.
Di antara peninggalan
beliau dari sisi ilmiyyah adalah banyaknya karangan-karangan beliau yang sudah
dicetak. kaum muslimin, para penuntut ilmu agama dan para ulama yang sudah
mengambil faidah dari karangan-karangan beliau.
Di antara
karangan-karangan beliau, adalah:
(1) Al Qawaidhul Mutsla
(kaidah nama dan sifat Allah Azza wa Jalla)
(2) Al Qaulul Mufid ala
Kitabut Tauhid (keterangan dan penjelasan beliau terhadap kitab Tauhid yang
dikarang oleh Syaikh Muhammad ibnu Abdul Wahab At-Tamimi rahimahullah)
(3) Fathu Dzil Jalali wal
Ikram (kitab yang berisi tentang penjelasan hadits-hadits yang ada di dalam
Bulughul Mahram)
(4) Syarh Al-Aqidah
Wasithiyyah yang dikarang oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
(5) Syarh Riyadhus
Shalihin
Dan masih banyak lagi
karangan-karangan beliau rahimahullah.
Beliau rahimahullah
meninggal dunia sebelum Maghrib pada hari Rabu tanggal 15 Syawal pada tahun
1421 Hijriyah. Dan dishalatkan di Masjid Al-Haram kemudian dimakamkan di kota
Mekkah.
Kita berdo'a kepada Allah
Subhanahu wa Ta'ala, semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan rahmat kepada
beliau dan mengampuni dosa-dosa beliau dan menjadikan apa yang sudah beliau
lakukan berupa dakwah, fatwa dan karangan-karangan kitab beliau, menjadi sesuatu
yang bermanfaat bagi kaum muslimin.
Resensi kitab “Aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah”
Setelah kita mengetahui secara singkat tentang
biografi pengarang, maka poin yang selanjutnya adalah mengetahui tentang secara
global kitab beliau yang akan kita pelajari.
Kitab beliau ini berjudul عقيدة أهل السنة والجماعة[l] - yang artinya adalah Aqidah Ahlus
Sunnah Wal Jama'ah yaitu aqidah yang dimiliki oleh Ahlus Sunnah Wal Jama'ah. Isi dari kitab ini adalah
penjelasan tentang rukun iman yang enam.
Sebagaimana kita tahu
bahwasanya aqidah Ahlus Sunnah wa Jama'ah ini, bersumber pada rukun iman yang
enam. Ini adalah dinamakan oleh para ulama dengan Ushulul Iman (pokok dari
keimanan). Pokok dari keimanan adalah rukun iman yang enam.
Ucapan Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah di dalam kitab beliau العقيدة الواسطيّة[m]-Al Aqidah Al Wasithiyah
beliau Rahimahullah mengatakan di awal kitab,
اعتقاد الفرقة النّاجية
المنصورة إلى قيام السّاعة أهل السنّة والجماعة[n]
Beliau mengatakan, "Aqidah golongan yang
selamat, yang ditolong sampai hari kiamat, Ahlus Sunnah wal Jama'ah”.
Kemudian setelah itu
beliau mengatakan,
الإيمان بالله، وملا
ئكته، وكتبه، ورسله، والبعث بعد الموت، والإمان بالقدر خيره وشره [o]
Setelah mengatakan aqidah Ahlus Sunnah wal
Jama'ah sampai hari kiamat adalah beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, kebangkitan setelah kematian dan beriman
dengan takdir yang baik maupun yang buruk.
Berarti beliau
menyebutkan di sini rukun iman yang enam.
Kemudian setelahnya beliau mengatakan,
من الإيمان بالله[p]
Termasuk beriman kepada Allah, dan seterusnya.
Dan ini menunjukan seperti yang sudah kita
sampaikan tadi, bahwasanya aqidah Ahlus Sunnah itu pokoknya ada pada rukun iman
yang enam ini. Makanya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah,
beliau menjelaskan di dalam kitab ini tentang rukun iman yang enam dan
menamakan kitabnya dengan عقيدة أهل السنة والجماعة[q].
Karena pokok Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah ada di dalam rukun iman yang enam
ini.
Saya sebutkan secara
ringkas tentang apa isi dari kitab ini. Beliau akan menyebutkan tentunya
pertama kali adalah tentang beriman kepada Allah, termasuk di dalamnya beriman
dengan Rububiyah Allah, dengan Uluhiyah Allah dan beriman dengan nama dan sifat
Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Beliau akan sampaikan
bagaimana cara beriman dengan Rububiyah Allah, Uluhiyah Allah dan juga dengan
nama dan sifat-Nya, sesuai dengan Al-Quran dan hadits dengan pemahaman para
salaf, para sahabat Radhiyallahu ta’ala ‘anhum.
Dan bagian dari rukun
iman yang pertama ini akan beliau sampaikan secara agak luas, karena memang ini
adalah pokok di antara rukun iman yang enam.
Kemudian beliau akan
berbicara tentang beriman dengan para malaikat Allah Subhanahu wa Ta'ala
sebagai rukun iman yang kedua. Akan beliau bicarakan tentang cara beriman
kepada malaikat termasuk di antaranya adalah beriman dengan tugas-tugas dan
amalan-amalan yang Allah Subhanahu wa Ta'ala tugaskan kepada para malaikat.
Kemudian juga beliau
berbicara tentang beriman dengan kitab, beliau akan menyebutkan bahwasanya,
Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan kepada setiap rasul sebuah kitab. Kemudian
beliau akan sebutkan tentang kitab-kitab yang diketahui dan dikabarkan kepada
kita namanya.
Kemudian juga tentang
keutamaan kitab yang terakhir yaitu Al-Qur'an dan keistimewaannya dibandingkan
kitab-kitab sebelumnya.
Kemudian juga beriman
dengan para Rasul akan beliau sebutkan tentang hikmah diutusnya para Rasul. Dan
siapakah Rasul yang pertama, Rasul yang terakhir, siapakah Rasul yang paling
afdhal, apa perbedaan antara Rasul dengan manusia yang lain.
Kemudian juga di dalam
beriman kepada para Rasul ini, beliau akan menyebutkan tentang keyakinan Ahlus
Sunnah tentang para sahabat Radhiyallahu Ta'ala ‘anhum dan kewajiban untuk
menghormati mereka dan kewajiban menahan diri berbicara tentang fitnah yang terjadi
di antara para sahabat.
Kemudian beliau akan
berbicara tentang beriman dengan hari akhir, secara terperinci, termasuk di
antaranya adalah beriman kepada hari kebangkitan, adanya pembagian kitab,
kemudian beriman dengan timbangan amalan, syafaat yang khusus bagi Nabi
Shallallahu 'alaihi wa Sallam dan juga syafaat yang umum yang dimiliki oleh
Nabi dan juga yang lain.
Berbicara tentang telaga
Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam, berbicara tentang shirath yaitu jembatan
yang akan dipasang di atas neraka dan akan berbicara tentang kewajiban beriman
bahwa surga dan neraka sekarang sudah ada dan tidak akan punah.
Dan bagaimana keyakinan
Ahlus Sunnah tentang orang-orang yang telah dikabarkan oleh Nabi Shallallahu
'alaihi wa Sallam masuk ke dalam surga atau masuk ke dalam neraka.
Beriman dengan fitnah
kubur, adzab kubur, kenikmatan kubur, dan kewajiban untuk beriman dengan
perkara-perkara yang ghaib yang dikabarkan kepada kita.
Kemudian juga, beliau
akan berbicara tentang masalah takdir. Beriman dengan takdir yang merupakan
rukun iman yang keenam, berbicara tentang beberapa tingkatan di dalam masalah
takdir ini, dan bahwasanya seorang hamba memiliki kehendak, memiliki qudrah,
memiliki kemampuan dan tidak bolehnya seorang yang bermaksiat berdalih dengan
takdir untuk membolehkan kemaksiatannya.
Kemudian yang terakhir,
maka beliau akan menyebutkan tentang beberapa buah yang manis, akibat yang
baik, pengaruh yang baik dari mempelajari aqidah ini. Mulai dari buah yang bisa
kita petik dari beriman kepada Allah, beriman dengan malaikat, beriman kepada
kitab, beriman dengan para Rasul, beriman dengan hari akhir dan beriman dengan
takdir. Maka ini adalah kurang lebih secara global yang in sya Allah akan kita
pelajari di dalam kitab ini.
Dan Alhamdulillah kitab
ini sudah diterjemahkan di dalam Bahasa Indonesia maka bisa mendownloadnya in
sya Allah atau bisa mendapatkannya di toko-toko buku, Aqidah Ahlus Sunnah wal
Jama’ah yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah.
Taqdim Syaikh Bin Baz
Di antara yang
menunjukkan tentang bagusnya kitab ini, dan pantasnya kitab ini untuk
dipelajari adalah kitab ini telah diberikan taqdim oleh guru beliau sendiri
yaitu Syaikh Bin Baz rahimahullah.
Syaikh Bin Baz
rahimahullah menulis di awal kitab ini, bahwasanya beliau sudah membaca kitab
ini dari awal sampai akhir, dan beliau rahimahullah memuji kitab ini. Oleh
karena itu kita kami ingin membacakan taqdim atau ucapan yang ditulis oleh
Syaikh Bin Baz rahimahullah di awal kitab ini, yang menunjukkan tentang
bagaimana kedudukan kitab ini dan bagusnya kitab ini untuk dipelajari.
Syaikh Bin Baz
rahimahullah, mengatakan:
بسم الله الرحمن الرحيم
تقديم
الحمد الله وحده
والصَّلاةُ والسَّلامُ على مَن لا نَبِيَّ بعدَهُ ، وعلى آلهِ وصحبِهِ[r]
Setelah memulai dengan basmalah, kemudian
beliau memuji Allah Subhanahu wa Ta'ala.
"Segala puji bagi
Allah saja dan shalawat dan salam atas Nabi yang tidak ada Nabi setelahnya dan
juga kepada keluarga dan para sahabatnya.”
أما بعد: فقد اطّلعت
على العقيدة القيّمة الموجزة، التي جمعها أخونا العلامة فضيلة الشيخ: محمد بن صالح
العثيمين، وسمعتها كلها، فألفيتها مشتملة على بيان عقيدة أهل السنة والجماعة في
باب: توحيد الله وأسمائه وصفاته[s]
Adapun setelah itu, maka aku telah melihat
aqidah yang lurus (ringkas) yang telah dikumpulkan oleh saudara kami العلامة[t]
⇒
Syaikh Bin Baz rahimahullah adalah guru dari Syaikh Muhammad bin Shalih
Al-Utsaimin, beliau (Syaikh Bin Baz rahimahullah) begitu tawadhu-nya mengatakan
أخونا[u] (saudara kami).
⇒ Ini menunjukkan
tawadhunya para ulama.
Al'alamah (العلامة)[v] gelar ini disampaikan oleh
Syaikh Bin Baz kepada murid beliau (Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin)
⇒ Ini menunjukkan
keutamaan dan kedudukan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, di mata
gurunya.
Syaikh Bin Baz
rahimahullah adalah seorang 'alim, al-'Alamah (العلامة[w]), beliau memberikan gelar
kepada muridnya al-'Alamah (العلامة) menunjukkan
tentang kedudukan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin.
فضيلة الشيخ: محمد بن
صالح العثيمين، وسمعتها كلها[x]
Apa yang dikumpulkan oleh
saudara kami (Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin) dan aku mendengar
semuanya.
⇒ Syaikh Bin Baz
rahimahullah tidak bisa melihat (buta) dan beliau mendengar apa yang dibacakan
kepada beliau dari kitab ini.
فألفيتها مشتملة على
بيان عقيدة أهل السنة والجماعة[y]
Dan aku mendapatkan kitab ini mencakup
penjelasan aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
في باب: توحيد الله
وأسمائه وصفاته[z]
Di dalam masalah tauhid
kepada Allah, nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya.
وفي أبواب: الإِيمان
بالملائكة والكتب والرسل واليوم الآخر، وبالقدَر خيره وشره.[aa]
Dan juga aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah di
dalam keimanan mereka kepada malaikat, keimanan kepada kitab, keimanan kepada
para rasul, keimanan kepada hari akhir dan juga keimanan dengan takdir yang
baik maupun yang buruk.
⇒
Ini adalah isi dari kitab ini. Menunjukkan bahwasanya beliau (Syaikh Bin Baz
rahimahullah) mendengar ketika kitab ini dibacakan kepada beliau dari awal
sampai akhir.
Kemudian beliau (Syaikh Bin Baz rahimahullah)
menyatakan:
وقد أجاد في جمعها
وأفاد[ab]
Dan sungguh beliau sudah bagus di dalam
mengumpulkan permasalahan-permasalahan yang ada di dalam kitab ini dan juga
sudah memberikan faidah.
⇒
Kitab ini bagus dan berfaidah.
وذكر فيها ما يحتاجه
طالب العلم وكل مسلم في إيمانه بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر وبالقدر
خيره وشره[ac]
Dan beliau menyebutkan di dalam kitab ini apa
yang dibutuhkan oleh seorang penuntut ilmu dan setiap muslim di dalam keimanan
dia kepada Allah, malaikat, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya dan juga hari akhir
dan keimanan dia kepada takdir yang baik maupun yang buruk.
Syaikh Bin Baz
rahimahullah mengatakan:
وقد ضمَّ إلى ذلك فوائد
جمة تتعلّق بالعقيدة قد لا توجد في كثير من الكتب المؤلفة في العقائد.[ad]
Bahwasanya Syaikh Muhammad bin Shalih
Al-Utsaimin telah menambah di dalam kitab ini beberapa faidah yang sangat bagus
yang berkaitan dengan masalah aqidah.
Di akhir kitab beliau menyebutkan buah beriman
kepada Allāh, buah beriman kepada malaikat dan seterusnya. Di mana perkara-perkara
ini (kata Syaikh Bin Baz) mungkin tidak ditemukan di dalam sebagian besar
kitab-kitab yang dikarang tentang masalah aqidah.
Jarang kitab-ķitab aqidah
yang menyebutkan tentang ثمرات[ae] - buah
dari beriman Allah, beriman kepada malaikat dan seterusnya.
Kemudian Syaikh Bin Baz
rahimahullah mendoakan muridnya:
فجزاه الله خيرًا [af]
"Semoga Allah
membalas beliau dengan balasan yang lebih baik.”
⇒ Ini adalah doa yang
sangat agung yang diajarkan oleh Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam.
وزاده من العلم والهدى،
ونفع بكتابه هذا وبسائر مؤلفاته[ag]
“Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala, menambahkan
kepada beliau ilmu dan juga petunjuk dan menjadikan seluruh kitab-kitab beliau
bermanfaat.“
Karena Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
tidak hanya memiliki kitab ini saja tetapi beliau memiliki banyak kitab lain sebagaimana
yang pernah kita sebutkan contohnya.
Syaikh Bin Baz rahimahullah sebagai seorang
guru beliau mendoakan kebaikan, "Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala
menjadikan apa yang beliau tulis di dalam kitab ini dan kitab-kitab yang lain
bermanfaat bagi kaum muslimin”.
Kemudian Syaikh Bin Baz
rahimahullah mengatakan:
وجعلنا وإيّاه وسائر
إخواننا من الهداة المهتدين، الدّاعين إلى الله على بصيرة؛ إنه سميع قريب.[ah]
Dan semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala
menjadikan kita dan juga beliau dan seluruh saudara-saudara kami, semoga
menjadi orang-orang yang memberikan petunjuk dan dia pun adalah orang yang
mendapatkan petunjuk. Orang-orang yang mengajak kepada Allah di atas ilmu.
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha
Dekat.
قاله ممليه الفقير إلى
الله ـ تعالى ـ عبدالعزيز بن عبدالله ابن باز سامحه الله[ai]
Telah mengatakan ini semua, orang yang faqir
kepada Allah, Abdul Aziz ibnu Abdillah ibnu Baz samahahullah (Semoga Allah
Subhanahu wa Ta'ala memaafkan dia).
وصلى الله وسلم على
نبينا محمد، وآله وصحبه
Kemudian beliau menutup taqdim dan sambutan
beliau terhadap kitab ini dengan membaca shalawat dan salam untuk Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wa salam, keluarganya dan para sahabatnya.
Itu adalah ucapan dan juga komentar dari guru
dari Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah yaitu Syaikh Bin Baz
rahimahullah. Menunjukkan bagaimana kedudukan kitab ini, dan dia adalah kitab
aqidah yang ringkas.
Dan perlu kita ketahui bahwasanya kitab-kitab
beliau Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, di antara kelebihannya adalah di
dalam kitabnya beliau menggunakan kata-kata dan kalimat-kalimat yang mudah
dipahami bahkan oleh seorang penuntut ilmu yang baru (pemula) sekalipun in sya
Allah bisa memahami apa yang beliau sampaikan. Ini di antara sebab kita memilih
kitab ini.
Di samping itu, kitab ini adalah kitab yang
ringkas, in sya Allah bisa kita selesaikan. Kata-kata yang digunakan
adalah kata-kata yang in sya Allah mudah. Di samping itu kitab ini sudah
diterjemahkan sehingga diharapkan nanti bisa mengikuti kajian ini secara
beruntun.
Demikian yang bisa kami
sampaikan, in sya Allah kita lanjutkan pada edisi-edisi selanjutnya, atau pada
pertemuan-pertemuan selanjutnya.
Kita berdoa kepada Allah
Subhanahu wa ta’ala, semoga Allah Subhanahu wa ta’ala menjadikan kita ikhlas di
dalam menuntut ilmu agama ini dan semoga Allah Subhanahu wa ta’ala menjadikan
apa yang kita pelajari ini menjadi ilmu yang bermanfaat bagi kita, bisa kita
amalkan dalam kehidupan sehari-hari, tambahan hasanah (kebaikan) bagi kita di
hari kiamat kelak.
Wallahu ta’ala a’lam. Wa
billahi taufiq wal hidayah.
والسلام عليكم ورحمة
اللّه وبركاته
════ ❁✿❁ ════
Posting Komentar untuk "Definisi dan Keutamaan Aqidah, Pokok-pokok Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah, Biografi Singkat Penulis Kitab Aqidah, Resensi kitab serta Taqdim dari Syaikh bin Baaz rahimahullah - Kitab Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.