Agama Adalah Nasihat - Khutbah Jum'at
Kabeldakwah.com |
Oleh: Ust. Dr. Abu Zakariya Sutrisno
Khutbah Pertama:
الْحَمْدُ لِلهِ
الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَبِفَضْلِهِ تَتَنَزَّلُ
الْخَيْرَاتُ وَالْبَرَكَاتُ، وَبِتَوْفِيْقِهِ تَتَحَقَّقُ الْمَقَاصِدُ
وَالْغَايَاتُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ
عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى
يَوْمِ الدّيْن
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا ﷲ حَقَّ تُقَاتِه وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (
ال عمران : ١۰٢)
أَمَّا بَعْدُ :
Jama’ah ibadah Jum’ah yang dirahmati oleh
Allah,
Yang pertama dan paling utama mari kita selalu
besyukur pada Allah. Kita bersyukur atas seluruh nikmat yang telah Allah berikan kepada kita.
Kemudian, sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah pada panutan kita, nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Tidak lupa melalui mimbar Jum’at yang
mulia ini khatib mengingatkan diri khatib sendiri dan jama’ah sekalian untuk
senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah subhanahu wa
ta’ala.
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ
خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik
bekal adalah takwa.” (QS. Al-Baqarah: 197)
Kaum muslimin
rahimakumullah,
🔖 Diantara bentuk indahnya
Islam adalah adanya syariat saling menasihati diantara kaum muslimin. Nasihat
termasuk syiar Islam yang sangat agung. Coba kita renungi Firman Allah ta’ala
dalam surat Ali Imran ayat 100 berikut, Allah berfirman
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ
أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ
وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan
untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah.” (QS Ali Imran: 110).
Dalam ayat ini Allah
menyatakan bahwa umat ini, umat Islam adalah sebaik-baik umat. Yang mana sifat
utama mereka adalah adalah iman pada Allah dan mereka melakukan amar ma’ruf
nahi munkar. Mereka beramar ma’ruf, yaitu memerintahkan pada hal-hal yang baik
serta mereka juga nahyi anil munkar atau melarang dari hal-hal yang Munkar. Ini
adalah keistimewaan umat Islam, mereka saling menasehati dengan amar ma’ruf
nahyi munkar. Dalam sebuah haditsnya Rasulullah
bersabda,
الدِّيْنُ
النَّصِيْحَةُ قُلْنَا: لِمَنْ؟ قَالَ للهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ
وَلِأَئِمَّةِ المُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ
“Agama adalah nasihat.”
Kami (para sahabat) bertanya, “Untuk siapa?” Beliau menjawab, “Bagi Allah, bagi
kitab-Nya, bagi rasul-Nya, bagi pemimpin-pemimpin kaum muslimin, serta bagi
umat Islam umumnya.” (HR. Muslim 55)
Hadist ini menjunjukkan
seolah-olah bahwa agama ini sebenarnya hanyalah nasehat. Inti agama ini
sejatinya adalah nasehat. Makna kata nasihat secara bahasa adalah khalish atau
jernih. Dikatakan نصحت
العسل, artinya: aku menjernihkan madu. Maka nasihat hakekatnya adalah
usaha untuk menjernihkan atau membersihkan orang yang dinasihati dari kesalahan
yang ada padanya.
Jama’ah rahimakumullah,
📝 Nasehat memiliki
kedudukan yang sangat agung. Namun banyak manusia menyepelekan dan bahkan
meninggalkannya. Banyak orang tidak mau saling memberi nasehat dan masa bodoh
dengan yang dilakukan orang lain. Kira-kira kenapa orang meningalkan nasehat??
Sebagian meninggalkan nasihat karena menganggap nasihat sebagai bentuk
mencampuri urusan orang lain. Keburukan dan penyimpangan pun didiamkan dengan
alasan kebebasan. Sebagian lagi meninggalkan nasihat karena merasa tidak pantas
memberi nasihat. Merasa dirinya masih banyak kekurangan dan kesalahan. Syaitan
memberi was-was dalam dirinya “Aku yang lebih utama dinasihati kenapa Aku
menasihati orang lain?” Dia juga takut nanti kalau menasihati kemudian yang
diberi nasihat malah membalikkan ucapannya.
Sebab lain diremehkannya
nasihat adalah karena adanya sebagian orang yang menyampaikan nasihat dengan
cara yang salah. Seperti nasihat yang disertai kata-kata kotor atau secara
terang-terangan padahal bisa dengan cara tersembunyi. Hal ini yang menyebabkan
yang dinasihati berpaling dari kebenaran karena merasa direndahkan dan disebar
kejelekannya.
Jama’ah Jum’at
rahimakumullah,
🔗 Saling menasehati adalah
hak dan kewajiban sesama muslim. Saling menasehati harus dijalankan dan
ditegakkan di tengah kaum muslimin agar mereka semakin baik. Oleh karena itu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda terkait hak Muslim atas
muslim lain maka beliau menyebut diantaranya “Jika dia meminta nasihat, maka
nasihatilah” (HR Muslim 2162). Diriwayatkan dari sahabat Jarir bin Abdillah
saat beliau berkata “Aku membaiat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk
menegakkan sholat, membayar zakat dan menasihati setiap muslim” (HR Bukhari 57,
Muslim 56)
Jama’ah Jum’at
rahimakumullah,
✅ Nasehat harus
disampaikan dengan cara-cara dan adab yang baik. Hendaknya menjauhi sikap
merasa tinggi dan cara-cara yang seolah merendahkan yang dinasehati. Karena
sikap-sikap seperti ini akan menyebabkan yang dinasihati lari dan tidak
menerima kebenaran. Seorang pemberi nasihat hendaknya selalu berhias adab-adab
Islami.
Lihatlah yang dicontohkan
Rasulullah saat beliau menegur Muawwiyah bin Hakam radhiyallahu ‘anhu yang
bicara dalam sholatnya, “Sesungguhnya sholat ini tidak diperkenankan sedikitpun
di dalamnya perkataan manusia, sesunggunya ia adalah tasbih, takbir dan bacaan
al Qur’an.” Muawwiyah berkata, “Demi Allah beliau tidak menghardik, tidak
memukul dan tidak mencela saya.” (HR Muslim 537). Lihat juga sikap beliau
terhadap seorang badui yang kencing di masjid. Beliau menghindari terjadinya
keburukan yang lebih besar.
Seorang pemberi nasihat
hendaknya mengedepankan sikap lemah lembut. Allah berfirman kepada Nabi Musa
dan Harun ‘alaihimassalam saat ingin mendakwahi Fir’aun, “Maka berbicaralah
kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat
atau takut" (QS Thaha: 44). Disini Allah perintahkan untuk nasehati
Fir’aun dengan cara yang lebut padahal dia orang yang paling begis dan
kelewatan kufurnya! Apalagi menasehati orang yang tidak separah Fir’aun maka
perlu lebih lembut lagi.
Jama’ah rahimakumullah,
✅ Bisa jadi kadang kita
menjadi orang yang menasehati atau sebaliknya kita menjadi orang yang
dinasehati. Kalau diri kita pada posisi orang yang dinasihati maka hendaknya
berusaha menerima nasihat jika memang nasihat itu benar. Meskipun nasihat itu
berat untuk kita dan mungkin juga disampaikan dengan cara yang kurang baik.
Jangan sampai kita termasuk menjadi orang-orang yang kibr atau sombong dengan
menolak kebenaran. Sebagaimana disabdakan Rasulullah bahwa kesombongan adalah
menolak kebenaran dan merendahkan orang lain (Lihat HR Muslim 91). Jika nasehat
itu benar maka kita harus terima dengan lapang dada.
Demikian yang bisa kita
sampaikan pada khutbah yang pertama ini, semoga bermanfaat. Semoga kita
termasuk orang-orang yang bersemangat untuk saling menasehati. Amien.
بَارَكَ اللهُ لِيْ
وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ
مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ
اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
Khutbah Kedua:
إِنَّ الْحَمْدَ
لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ
شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ
مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ
Jama’ah ibadah Jum’ah yang semoga dirahmati
oleh Allah Subhanahu wa ta’ala
Agama kita intinya adalah
nasehat, ad dinnu an nashihah. Maka mari kita hidupkan budaya saling menasehati
diantara kita sesama muslim. Jangan sampai kita membiarkan dan tidak peduli
dengan muslim yang lainnya. Mari kita nasehati mereka dengan amar ma’ruf yaitu
mengajak untuk menjalankan kebaikan. Ajak mereka untuk ibadah. Ajak mereka
untuk sedekah. Misal ada yang belum sholat mari kita ajak. Tugas kita hanya
mengajak adapun hidayah disisi Allah. Jika masih ada dari tetangga, kerabat,
teman, atau orang-orang dekat kita belum sholat maka kewajiban kita untuk
menasehati mereka. Jika kita diam saja maka itu adalah sebuah kesalahan dan
kita akan dimintai pertanggung jawaban disisi Allah. Kenapa kita biarkan
orang-orang dekat kita. Kenapa tidak ada kemauan yang kuat dari diri kita untuk
menasehati mereka.
Disisi lain, diantara
bentuk nasihat adalah dengan nahyi ‘anil munkar yaitu melarang dari
kemungkaran. Jika kita melihat atau mengetahui kemungkaran maka wajib untuk
mengingkari. Rasulullah bersabda:
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ
مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ
لَمْ يَستَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ
“Barangsiapa dari kalian
melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan
lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan
selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim 49)
Melarang dari kemungkaran
ini macamnya banyak, bisa melarang dari kesyirikan, dari kekufuran, dari
kemaksiatan, dari bid’ah dan hal-hal lainnya yang menyelisihi syariat. Nahyi
munkar ini berat. Bahkan mungkin lebih berat dari amar makruf atau mengajak pada
kebaikan. Ketika orang dicegah atau dilarang bisa jadi dia tersinggung bahkan
marah. Bahkan ada yang malah membalas dengan cara-cara yang tidak baik. Namun,
bagaimana pun ini adalah kewajiban sebagai seorang muslim. Allah dan rasulNya
telah peritahkan kita untuk mencegah dari kemungkaran maka tidak ada pilihan
kecuali kita harus melaksanakannya. Tentu kita laksanakan sesuai kemampuan
kita. Minimal kita ingkari dengan hati kita, dan ini adalah selemah-lemah iman
sebagaimana disebutkan dalam hadits diatas.
Demikian yang bisa saya
sampaikan dalam khutbah Jum’at ini. Semoga bermanfaat untuk kita, Amien. Mari kita tutup khutbah ini dengan sholawat
dan doa.
إِنَّ اللهَ
وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ
ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ
عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدّعَوَاتِ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا
وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي
قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا
أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ
الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي
الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ
وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى
نَبِيِّهِ مُحَمَّدٍ وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
اَلْعَالَمِينَ
Agama Adalah Nasehat
Oleh: Ust. Dr. Abu Zakariya Sutrisno
Khutbah Pertama:
الْحَمْدُ لِلهِ
الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَبِفَضْلِهِ تَتَنَزَّلُ
الْخَيْرَاتُ وَالْبَرَكَاتُ، وَبِتَوْفِيْقِهِ تَتَحَقَّقُ الْمَقَاصِدُ
وَالْغَايَاتُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ
عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى
يَوْمِ الدّيْن
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا ﷲ حَقَّ تُقَاتِه وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (
ال عمران : ١۰٢)
أَمَّا بَعْدُ :
Jama’ah ibadah Jum’ah yang dirahmati oleh
Allah,
Yang pertama dan paling utama mari kita selalu
besyukur pada Allah. Kita bersyukur atas seluruh nikmat yang telah Allah berikan kepada kita.
Kemudian, sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah pada panutan kita, nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Tidak lupa melalui mimbar Jum’at yang
mulia ini khatib mengingatkan diri khatib sendiri dan jama’ah sekalian untuk
senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah subhanahu wa
ta’ala.
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ
خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik
bekal adalah takwa.” (QS. Al-Baqarah: 197)
Kaum muslimin
rahimakumullah,
🔖 Diantara bentuk indahnya
Islam adalah adanya syariat saling menasihati diantara kaum muslimin. Nasihat
termasuk syiar Islam yang sangat agung. Coba kita renungi Firman Allah ta’ala
dalam surat Ali Imran ayat 100 berikut, Allah berfirman
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ
أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ
وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan
untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah.” (QS Ali Imran: 110).
Dalam ayat ini Allah
menyatakan bahwa umat ini, umat Islam adalah sebaik-baik umat. Yang mana sifat
utama mereka adalah adalah iman pada Allah dan mereka melakukan amar ma’ruf
nahi munkar. Mereka beramar ma’ruf, yaitu memerintahkan pada hal-hal yang baik
serta mereka juga nahyi anil munkar atau melarang dari hal-hal yang Munkar. Ini
adalah keistimewaan umat Islam, mereka saling menasehati dengan amar ma’ruf
nahyi munkar. Dalam sebuah haditsnya Rasulullah
bersabda,
الدِّيْنُ
النَّصِيْحَةُ قُلْنَا: لِمَنْ؟ قَالَ للهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ
وَلِأَئِمَّةِ المُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ
“Agama adalah nasihat.”
Kami (para sahabat) bertanya, “Untuk siapa?” Beliau menjawab, “Bagi Allah, bagi
kitab-Nya, bagi rasul-Nya, bagi pemimpin-pemimpin kaum muslimin, serta bagi
umat Islam umumnya.” (HR. Muslim 55)
Hadist ini menjunjukkan
seolah-olah bahwa agama ini sebenarnya hanyalah nasehat. Inti agama ini
sejatinya adalah nasehat. Makna kata nasihat secara bahasa adalah khalish atau
jernih. Dikatakan نصحت
العسل, artinya: aku menjernihkan madu. Maka nasihat hakekatnya adalah
usaha untuk menjernihkan atau membersihkan orang yang dinasihati dari kesalahan
yang ada padanya.
Jama’ah rahimakumullah,
📝 Nasehat memiliki
kedudukan yang sangat agung. Namun banyak manusia menyepelekan dan bahkan
meninggalkannya. Banyak orang tidak mau saling memberi nasehat dan masa bodoh
dengan yang dilakukan orang lain. Kira-kira kenapa orang meningalkan nasehat??
Sebagian meninggalkan nasihat karena menganggap nasihat sebagai bentuk
mencampuri urusan orang lain. Keburukan dan penyimpangan pun didiamkan dengan
alasan kebebasan. Sebagian lagi meninggalkan nasihat karena merasa tidak pantas
memberi nasihat. Merasa dirinya masih banyak kekurangan dan kesalahan. Syaitan
memberi was-was dalam dirinya “Aku yang lebih utama dinasihati kenapa Aku
menasihati orang lain?” Dia juga takut nanti kalau menasihati kemudian yang
diberi nasihat malah membalikkan ucapannya.
Sebab lain diremehkannya
nasihat adalah karena adanya sebagian orang yang menyampaikan nasihat dengan
cara yang salah. Seperti nasihat yang disertai kata-kata kotor atau secara
terang-terangan padahal bisa dengan cara tersembunyi. Hal ini yang menyebabkan
yang dinasihati berpaling dari kebenaran karena merasa direndahkan dan disebar
kejelekannya.
Jama’ah Jum’at
rahimakumullah,
🔗 Saling menasehati adalah
hak dan kewajiban sesama muslim. Saling menasehati harus dijalankan dan
ditegakkan di tengah kaum muslimin agar mereka semakin baik. Oleh karena itu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda terkait hak Muslim atas
muslim lain maka beliau menyebut diantaranya “Jika dia meminta nasihat, maka
nasihatilah” (HR Muslim 2162). Diriwayatkan dari sahabat Jarir bin Abdillah
saat beliau berkata “Aku membaiat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk
menegakkan sholat, membayar zakat dan menasihati setiap muslim” (HR Bukhari 57,
Muslim 56)
Jama’ah Jum’at
rahimakumullah,
✅ Nasehat harus
disampaikan dengan cara-cara dan adab yang baik. Hendaknya menjauhi sikap
merasa tinggi dan cara-cara yang seolah merendahkan yang dinasehati. Karena
sikap-sikap seperti ini akan menyebabkan yang dinasihati lari dan tidak
menerima kebenaran. Seorang pemberi nasihat hendaknya selalu berhias adab-adab
Islami.
Lihatlah yang dicontohkan
Rasulullah saat beliau menegur Muawwiyah bin Hakam radhiyallahu ‘anhu yang
bicara dalam sholatnya, “Sesungguhnya sholat ini tidak diperkenankan sedikitpun
di dalamnya perkataan manusia, sesunggunya ia adalah tasbih, takbir dan bacaan
al Qur’an.” Muawwiyah berkata, “Demi Allah beliau tidak menghardik, tidak
memukul dan tidak mencela saya.” (HR Muslim 537). Lihat juga sikap beliau
terhadap seorang badui yang kencing di masjid. Beliau menghindari terjadinya
keburukan yang lebih besar.
Seorang pemberi nasihat
hendaknya mengedepankan sikap lemah lembut. Allah berfirman kepada Nabi Musa
dan Harun ‘alaihimassalam saat ingin mendakwahi Fir’aun, “Maka berbicaralah
kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat
atau takut" (QS Thaha: 44). Disini Allah perintahkan untuk nasehati
Fir’aun dengan cara yang lebut padahal dia orang yang paling begis dan
kelewatan kufurnya! Apalagi menasehati orang yang tidak separah Fir’aun maka
perlu lebih lembut lagi.
Jama’ah rahimakumullah,
✅ Bisa jadi kadang kita
menjadi orang yang menasehati atau sebaliknya kita menjadi orang yang
dinasehati. Kalau diri kita pada posisi orang yang dinasihati maka hendaknya
berusaha menerima nasihat jika memang nasihat itu benar. Meskipun nasihat itu
berat untuk kita dan mungkin juga disampaikan dengan cara yang kurang baik.
Jangan sampai kita termasuk menjadi orang-orang yang kibr atau sombong dengan
menolak kebenaran. Sebagaimana disabdakan Rasulullah bahwa kesombongan adalah
menolak kebenaran dan merendahkan orang lain (Lihat HR Muslim 91). Jika nasehat
itu benar maka kita harus terima dengan lapang dada.
Demikian yang bisa kita
sampaikan pada khutbah yang pertama ini, semoga bermanfaat. Semoga kita
termasuk orang-orang yang bersemangat untuk saling menasehati. Amien.
بَارَكَ اللهُ لِيْ
وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ
مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ
اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
Khutbah Kedua:
إِنَّ الْحَمْدَ
لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ
شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ
مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ
Jama’ah ibadah Jum’ah yang semoga dirahmati
oleh Allah Subhanahu wa ta’ala
Agama kita intinya adalah
nasehat, ad dinnu an nashihah. Maka mari kita hidupkan budaya saling menasehati
diantara kita sesama muslim. Jangan sampai kita membiarkan dan tidak peduli
dengan muslim yang lainnya. Mari kita nasehati mereka dengan amar ma’ruf yaitu
mengajak untuk menjalankan kebaikan. Ajak mereka untuk ibadah. Ajak mereka
untuk sedekah. Misal ada yang belum sholat mari kita ajak. Tugas kita hanya
mengajak adapun hidayah disisi Allah. Jika masih ada dari tetangga, kerabat,
teman, atau orang-orang dekat kita belum sholat maka kewajiban kita untuk
menasehati mereka. Jika kita diam saja maka itu adalah sebuah kesalahan dan
kita akan dimintai pertanggung jawaban disisi Allah. Kenapa kita biarkan
orang-orang dekat kita. Kenapa tidak ada kemauan yang kuat dari diri kita untuk
menasehati mereka.
Disisi lain, diantara
bentuk nasihat adalah dengan nahyi ‘anil munkar yaitu melarang dari
kemungkaran. Jika kita melihat atau mengetahui kemungkaran maka wajib untuk
mengingkari. Rasulullah bersabda:
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ
مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ
لَمْ يَستَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ
“Barangsiapa dari kalian
melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan
lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan
selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim 49)
Melarang dari kemungkaran
ini macamnya banyak, bisa melarang dari kesyirikan, dari kekufuran, dari
kemaksiatan, dari bid’ah dan hal-hal lainnya yang menyelisihi syariat. Nahyi
munkar ini berat. Bahkan mungkin lebih berat dari amar makruf atau mengajak pada
kebaikan. Ketika orang dicegah atau dilarang bisa jadi dia tersinggung bahkan
marah. Bahkan ada yang malah membalas dengan cara-cara yang tidak baik. Namun,
bagaimana pun ini adalah kewajiban sebagai seorang muslim. Allah dan rasulNya
telah peritahkan kita untuk mencegah dari kemungkaran maka tidak ada pilihan
kecuali kita harus melaksanakannya. Tentu kita laksanakan sesuai kemampuan
kita. Minimal kita ingkari dengan hati kita, dan ini adalah selemah-lemah iman
sebagaimana disebutkan dalam hadits diatas.
Demikian yang bisa saya
sampaikan dalam khutbah Jum’at ini. Semoga bermanfaat untuk kita, Amien. Mari kita tutup khutbah ini dengan sholawat
dan doa.
إِنَّ اللهَ
وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ
ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ
عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدّعَوَاتِ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا
وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي
قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا
أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ
الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي
الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ
وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى
نَبِيِّهِ مُحَمَّدٍ وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
اَلْعَالَمِينَ
Posting Komentar untuk "Agama Adalah Nasihat - Khutbah Jum'at"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.