Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Apakah Begini Standar Ahlussunnah Menurut Anda?

Kabeldakwah.com

Standar Ahlussunnah

Ketika Rasullulah bersabda bahwa akhir zaman orang-orang tidak malu berzina sehingga orang terbaik ketika itu hanya bisa mengatakan "mengapa tidak kamu lakukan di balik tembok ini saja"

Ketika orang di akhir zaman tidak mengenal Islam kecuali hanya ucapan "Laa ilaaha illallah".

Tidakkah itu semua menunjukkan bahwa kesempurnaan Islam dan Iman atau bahkan standar minimal Islam dan Iman itu bisa berbeda antar satu zaman dengan zaman lainnya, atau bahkan antar satu tempat dan tempat lainnya??

Berkata 'Aalim Salafi Atsari Syaikhu Ilslaaminaa; Ibnu Taimiyyah thayyaballah tsaraah:

وكثير من الناس قد ينشأ في الأمكنة والأزمنة التي يندرس فيها كثير من علوم النبوات ، حتى لا يبقى من يبلغ ما بعث الله به رسوله من الكتاب والحكمة ، فلا يعلم كثيرا مما يبعث الله به رسوله ، ولا يكون هناك من يبلغه ذلك ، ومثل هذا لا يكفر.

ولهذا اتفق الأئمة على أن من نشأ ببادية بعيدة عن أهل العلم والإيمان، وكان حديث العهد بالإسلام، فأنكر شيئا من هذه الأحكام الظاهرة المتواترة = فإنه لا يُحكم بكفره حتى يُعَرَّف ما جاء به الرسول. ولهذا جاء في الحديث: «يأتي على الناس زمان لا يعرفون فيه صلاة ولا زكاة ولا صوما ولا حجا، إلا الشيخ الكبير والعجوز الكبيرة يقول: أدركنا آباءنا وهم يقولون: لا إله إلا الله...) " انتهى من "مجموع الفتاوى" 11/407

"Banyak diantara manusia yang tumbuh dan berkembang di tempat dan zaman yang telah punah di dalamnya banyak dari ilmu kenabian sampai-sampai tak tersisa manusia yang menyampaikan ajaran yang dengannya Allah utus Rasul-Nya berupa kitab dan hikmah (sunnah) dan tidak ada seorang pun di sana yang sampai kepadanya hal itu, dan orang seperti ini tidaklah kafir.

Oleh karenanya, para Imam telah sepakat bahwa siapa saja yang hidup di desa yang terpencil jauh dari ahli ilmu dan iman, dan baru masuk Islam lalu ia mengingkari sesuatu yang merupakan bagian dari hukum-hukum yang jelas dan mutawatir maka orang seperti ini tidak divonis kafir, sampai dikenalkan kepadanya ajaran yang di bawa Rasul.

Untuk itu, terdapat dalam sebuah hadits: "Akan datang suatu zaman orang-orang tidak lagi mengenal shalat, zakat, puasa, haji, kecuali seorang lelaki tua dan wanita tua yang berkata: "kami mengalami masa nenek moyang kami sedang mereka mengatakan 'laa ilaaha illallah'. (Majmu'ul Fataawaa: 11/407).

Karena itu, Ibnu Taimiyah rahimahullah tidak mengafirkan orang-orang yang berpemahaman jahmiyyah di zamannya, beliau berkata:

«ولهذا كنت أقول لأكابرهم: لو وافقتكم على ما تقولونه ‌لكنت ‌كافرًا مريدًا -لعلمي بأن هذا كفر مبين- وأنتم لا تكفرون لأنكم من أهل الجهل بحقائق الدين، ولهذا كان السلف والأئمة يكفرون الجهمية في الإطلاق والتعميم، وأما المعين منهم فقد يدعون له ويستغفرون له لكونه غير عالم بالصراط المستقيم، وقد يكون العلم والإيمان ظاهرًا لقوم دون آخرين، وفي بعض الأمكنة والأزمنة دون بعض بحسب ظهور دين المرسلين»

بيان تلبيس الجهمية في تأسيس بدعهم الكلامية(1/ 10)

"Oleh karena itu, dahulu aku berkata kepada para pembesar mereka: 'seandainya aku menyepakati kalian pada apa yang kalian katakan niscaya aku kafir dan durhaka karena pengetahuanku bahwa ini adalah kekufuran yang nyata, sedangkan kalian tidaklah kafir karena kalian termasuk golongan yang tidak mengetahui hakikat agama. Karena itu, dahulu generasi salaf dan para Imam mereka mengafirkan Jahmiyyah secara umum, adapun persona tertentu barangkali malah mereka doakan kebaikan dan mereka mintakan ampunan karena persona tersebut tidak mengetahui jalan yang lurus. Boleh jadi ILMU DAN IMAN ITU NAMPAK BAGI SEBAGIAN KAUM NAMUN TIDAK BAGI YANG LAIN, DAN NAMPAK DI SEBAGIAN TEMPAT DAN ZAMAN namun tidak nampak di tempat dan zaman lainnya sesuai dengan nampak tidaknya agama para utusan Allah." (Bayan Talbiisil Jahmiyyah, 1/10).

Jadi aspek perbedaan tempat dan zaman harus kita hadirkan dalam penilaian kita terhadap orang lain.

Negri Arab tentu berbeda dengan kita, zaman salaf tentu sangat berbeda dengan kita, karena itu alim ulama harus menjadi orang yang hadir di zaman ia hidup, tidak hanya bergumul dengan kitab kuning, lalu mengcopy-paste plek! seratus persen seperti apa yang ia baca.

Ibnul Qayyim berkata:

«وَمَنْ أَفْتَى النَّاسَ ‌بِمُجَرَّدِ ‌الْمَنْقُولِ فِي الْكُتُبِ عَلَى اخْتِلَافِ عُرْفِهِمْ وَعَوَائِدِهِمْ وَأَزْمِنَتِهِمْ وَأَمْكِنَتِهِمْ وَأَحْوَالِهِمْ وَقَرَائِنِ أَحْوَالِهِمْ فَقَدْ ضَلَّ وَأَضَلَّ، وَكَانَتْ جِنَايَتُهُ عَلَى الدِّينِ أَعْظَمَ مِنْ جِنَايَةِ مَنْ طَبَّبَ النَّاسَ كُلَّهُمْ عَلَى اخْتِلَافِ بِلَادِهِمْ وَعَوَائِدِهِمْ وَأَزْمِنَتِهِمْ وَطَبَائِعِهِمْ بِمَا فِي كِتَابٍ مِنْ كُتُبِ الطِّبِّ عَلَى أَبْدَانِهِمْ»

إعلام الموقعين عن رب العالمين (3/ 66 ط العلمية)

"Barangsiapa berfatwa untuk manusia dengan hanya yang ternukil dalam kitab-kitab padahal terdapat perbedaan antara budaya, tradisi, zaman, tempat, kondisi, dan indikasi-indikasi lain atas kondisi mereka maka dia tersesat dan menyesatkan. Kejahatannya terhadap agama lebih besar dari pada malpraktik terhadap raga yang dilakukan oleh orang yang mengobati manusia seluruhnya dengan perbedaan negri, kebiasaan, zaman dan tabiat mereka dengan (menukil) apa yang ada dalam sebuah buku kedokteran."

(I'laam al-Muwaqqi'iin, 3/66).

Maka pahamilah bahwa standar yang ideal itu berbeda antar satu zaman dengan zaman lainnya dan antar satu tempat dan tempat lainnya.

Hal itu akan membuat kita semakin berhati-hati dalam menyikapi kesalahan.

Berkata Ibnu Taimiyah:

«فلما ‌طال ‌الزمان خفي على كثير من الناس ما كان ظاهرا لهم ودق على كثير من الناس ما كان جليا لهم فكثر من المتأخرين مخالفة الكتاب والسنة ما لم يكن مثل هذا في السلف. وإن كانوا مع هذا مجتهدين معذورين يغفر الله لهم خطاياهم ويثيبهم على اجتهادهم»

«مجموع الفتاوى» (13/ 65)

"Ketika zaman semakin lama berlalu maka tersamarkanlah bagi banyak orang apa yang dahulu dianggap jelas oleh mereka, dan menjadi kabur apa yang dahulu dianggap nyata. Maka banyak pelanggaran terhadap Al-Quran dan Sunnah yang dilakukan oleh kalangan muta`akhirin yang hal itu belum pernah ada di generasi salaf, walaupun dengan (kesalahan) itu mereka (tergolong) berijtihad dan terudzur, Allah mengampuni kesalah-kesalahan mereka dan memberi ganjaran atas ijtihad mereka." (Majmu'ul Fataawaa, 13/65)

Jika standar keislaman saja bisa berbeda dikarenakan perbedaan zaman dan tempat, apatah lagi dengan standar keahlusunah-waljamaahan seseorang atau sebuah kelompok.

Berkata Ibnu Taimiyah:

فإنهم أقرب طوائف أهل الكلام إلى السنة والجماعة والحديث وهم يعدون من أهل السنة والجماعة عند النظر إلى مثل المعتزلة والرافضة ونحوهم بل هم أهل السنة والجماعة في البلاد التي يكون أهل البدع فيها المعتزلة والرافضة ونحوهم

«بيان تلبيس الجهمية في تأسيس بدعهم الكلامية» (3/ 538)

"Sesungguhnya mereka (asyaa'iroh) adalah kelompok ahli kalam yang paling dekat dengan ahlisunnah waljamaah dan hadist dan mereka tergolong ahlisunnah waljamaah jika dibandingkan dengan muktazilah dan rafidhah dan semacamnya, BAHKAN MEREKA ADALAH AHLUSSUNNAH WALJAMAAH di Negri yang Ahli bid'ah di dalamnya adalah dari kalangan Muktazilah, Rafidhah dan semacamnya." (Majmu'ul fatawa, 3/538).

Salam ukhuwwah… Baarokallahu fiikum…

Ditulis oleh: Abu Syakir Datyadikara

Posting Komentar untuk "Apakah Begini Standar Ahlussunnah Menurut Anda?"