Tiupan Sangkakala Yang Membinasakan
![]() |
Kabeldakwah.com |
Tiupan Sangkakala Yang
Membinasakan
Termasuk keimanan
terhadap hari akhir adalah beriman dengan tiupan sangkakala pada hari kiamat. Ini adalah suatu
peristiwa yang sangat mengerikan, yaitu peristiwa yang menandai awal mula
kehancuran Alam semesta ini pada hari kiamat kelak.
Dimana Allah perintahkan Malaikat
Israfil untuk meniup sangkakala pada hari kiamat sesuai perintah Allah Ta’ala.
Secara bahasa as-Shur berarti tanduk. Sedangkan menurut
istilah syariat, yang dimaksud as-Shur adalah sangkakala yang sangat besar yang
akan ditiup malaikat yang bertugas untuk meniupnya. (Syarh Lum’atul I’tiqad,
Imam Ibnu Utsaimin, hlm. 114)
Ada beberapa dalil yang menunjukkan bahwa sangkakala yang
ditiupkan bentuknya seperti terompet. Diantaranya,
Tiupan sangkakala yang ditiup oleh malaikat yang telah bersiap-siap sebelumnya.
عَنْ أبِي هُرَيْرَةَ قالَ: قالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: إنَّ طَرْفَ صاحِبِ
الصُّورِ مُذْ وُكِّلَ بِهِ مُسْتَعِدٌّ، يَنْظُرُ نَحْوَ العَرْشِ، مَخَافَةَ أنْ
يُؤْمَرَ قَبْلَ أنْ يَرْتَدَّ إلَيْهِ طَرْفُهُ، كَأنَّ عَيْنَيْهِ كَوْكَبانِ
دُرِّيّانِ
”Sesungguhnya pandangan
malaikat peniup sangkakala telah bersiap sejak dia (malaikat ini) ditugaskan,
dia selalu memandang ke arah arsy, (malaikat ini tidak pernah berkedip) karena
khawatir dia diperintahkan ketika matanya berkedip. Kedua matanya seperti
bintang berkilau.” (HR. Hakim 8676 dan dishahihkan al-Albani dalam Silsilah
as-Shahihah, 1078)
Hadis dari Abdullah bin Amr Radhiyallahu ‘anhu, beliau
menceritakan,
قَالَ أَعْرَابِيٌّ: يَا رَسُولَ اللهِ، مَا الصُّورُ؟ قَالَ: قَرْنٌ يُنْفَخُ
فِيهِ
Ada orang arab badui
bertanya, “Ya Rasulullah, apa itu as-Shur (sangkakala)?” Beliau menjawab, “(Seperti)
Sebuah Tanduk yang akan ditiup.” (HR. Ahmad 6507, Abu Daud 4744, dan
dishahihkan Syuaib al-Arnauth).
Tidaklah orang yang
mendengar tiupan sangkakala kecuali Matanya terbelalak, lehernya dijulurkan, dan hatinya
merasakan ketakutan yang luar biasa.
Sebagaimana hadits dari
Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhu,
فَلَا يَسْمَعُهُ أَحَدٌ إِلَّا أَصْغَى لِيتًا وَرَفَعَ لِيتًا، قَالَ رسول
الله صلى الله عليه وسلم: وَأَوَّلُ مَنْ يَسْمَعُهُ رَجُلٌ يَلُوطُ حَوْضَ إِبِلِهِ،
”…Tidak ada seorang pun
yang mendengarnya kecuali dia memasang pendengarannya dan menjulurkan lehernya.
Beliau bersabda,’Maka orang yang pertama kali mendengarnya adalah seseorang
yang memperbaiki telaga untuk untanya.’ (HR. Muslim no. 2940)
Perbedaan Pendapat Berapa
Kali Sangkakala akan Ditiup
- Pendapat Pertama:
Sangkakala Di Tiup 3 Kali
Di antara ulama yang
berpendapat demikian adalah Ibnul ‘Arabi, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Asy-Syaukani,
dan al Hafizh al-Hakami rahimahumullah. Pendapat yang mengatakan 3 kali ini
juga disebutkan oleh Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya.
Tiupan pertama, disebut
dengan nafkhotul faza’, yaitu tiupan yang menyebabkan kaget, kepanikan, atau
terkejutnya seluruh makhluk. Tiupan ini juga menyebabkan perubahan dan rusaknya
keteraturan alam dunia. Tiupan pertama ini ditunjukkan oleh firman Allah
Ta’ala,
وَيَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ فَفَزِعَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي
الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ وَكُلٌّ أَتَوْهُ دَاخِرِينَ
“Dan (ingatlah) hari
(ketika) ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang di langit dan segala
yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Dan mereka semua datang
menghadap-Nya dengan merendahkan diri.” (QS. An-Naml [27]: 87)
Tiupan ke dua, disebut
dengan nafkhotu ash-sha’qi, yaitu tiupan yang menyebabkan kematian seluruh makhluk.
Firman Allah:
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ
إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ
“Dan ditiuplah
sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang
dikehendaki Allah. (QS. Az-Zumar [39]: 68)
Tiupan ke tiga, disebut
dengan nafkhotul ba’tsi wan nusyuur, yaitu tiupan dibangkitkannya seluruh makhluk.
Tiupan sangkakala ke tiga ini ditunjukkan oleh firman
Allah Ta’ala,
ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ
Kemudian ditiup
sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya
masing-masing).” (QS. Az-Zumar [39]: 68)
juga ditunjukkan oleh firman Allah Ta’ala,
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَإِذَا هُمْ مِنَ الْأَجْدَاثِ إِلَى رَبِّهِمْ
يَنْسِلُونَ
“Dan ditiuplah
sangkalala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju)
kepada Tuhan mereka.” (QS. Yasin [36]: 51)
- Pendapat kedua: Sangkakala
Ditiup sebanyak Dua Kali
Di antara ulama yang
berpendapat demikian adalah Ibnu ‘Abbas, Al-Hasan Al-Bashri, Qatadah,
Al-Qurthubi dan Ibnu Hajar rahimahumullah.
Tiupan sangkakala yang
pertama disebut dengan nafkhotul faza’ wa ash-sha’qi, yaitu tiupan yang
menyebabkan terkejutnya seluruh makhluk sehingga menyebabkan kematian mereka.
Artinya, mereka terkejut, alam semesta hancur dan kemudian mati karenanya. dua
hal yang terjadi dalam satu waktu (satu tiupan), bukan dua tiupan yang
terpisah.
فَإِذَا نُفِخَ
فِي الصُّورِ نَفْخَةٌ وَاحِدَةٌ .وَحُمِلَتِ الْأَرْضُ وَالْجِبَالُ فَدُكَّتَا
دَكَّةً وَاحِدَةً
Apabila sangkakala ditiup sekali tiup, dan
diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur
(QS. al-Haqqah: 13 – 14)
Tiupan
Kedua disebut Tiupan al-Ba’ats
Tiupan yang menyebabkan manusia dibangkitkan
kembali oleh Allah dari Alam kubur mereka.
firman Allah Ta’ala,
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَإِذَا هُمْ مِنَ الْأَجْدَاثِ إِلَى رَبِّهِمْ يَنْسِلُونَ
“Dan ditiuplah
sangkalala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju)
kepada Tuhan mereka.” (QS. Yasin [36]: 51)
Pendapat yang Lebih Kuat Tentang Tiupan Sangkakala
Sebagian ulama termasuk di antaranya imam al qurthubi,
menyatakan bahwa Di antara dua pendapat tersebut, yang lebih tepat adalah
pendapat yang ke dua, bahwa sangkakala ditiup sebanyak dua kali pada hari
kiamat.
Hal ini berdasarkan hadits dari Abdullah bin ‘Amr
radhiyallahu ‘anhu, dalam sebuah hadits yang panjang di dalamnya diceritakan,
… ثُمَّ
يُنْفَخُ فِي الصُّورِ، فَلَا يَسْمَعُهُ أَحَدٌ إِلَّا أَصْغَى لِيتًا وَرَفَعَ
لِيتًا، قَالَ: وَأَوَّلُ مَنْ يَسْمَعُهُ رَجُلٌ يَلُوطُ حَوْضَ إِبِلِهِ، قَالَ:
فَيَصْعَقُ، وَيَصْعَقُ النَّاسُ، ثُمَّ يُرْسِلُ اللهُ – أَوْ قَالَ يُنْزِلُ
اللهُ – مَطَرًا كَأَنَّهُ الطَّلُّ أَوِ الظِّلُّ – نُعْمَانُ الشَّاكُّ –
فَتَنْبُتُ مِنْهُ أَجْسَادُ النَّاسِ، ثُمَّ يُنْفَخُ فِيهِ أُخْرَى، فَإِذَا
هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ …
“ … Kemudian ditiuplah
sangkakala. Tidak ada seorang pun yang mendengarnya kecuali dia memasang
pendengarannya dan menjulurkan lehernya. Beliau bersabda,’Maka orang yang
pertama kali mendengarnya adalah seseorang yang memperbaiki telaga untuk
untanya.’ Beliau berkata,’Dia pun mati, dan orang-orang pun mati.’ Kemudian
Allah mengirim –atau beliau berkata,’Menurunkan’- hujan gerimis atau naungan
–Nu’man (salah seorang perawi) ragu-ragu- yang darinya Allah menumbuhkan
(membangkitkan) jasad-jasad manusia. Kemudian ditiuplah sangkakala yang ke dua,
maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing) …” (HR.
Muslim no. 2940)
Jarak antara Dua Tiupan Sangkakala
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«مَا
بَيْنَ النَّفْخَتَيْنِ أَرْبَعُونَ» قَالُوا: يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَرْبَعُونَ
يَوْمًا؟ قَالَ: أَبَيْتُ، قَالُوا: أَرْبَعُونَ شَهْرًا؟ قَالَ: أَبَيْتُ،
قَالُوا: أَرْبَعُونَ سَنَةً؟ قَالَ: أَبَيْتُ
“(Jarak) antara dua
tiupan adalah empat puluh.” Para sahabat bertanya,”Wahai Abu Hurairah, apakah
empat puluh hari?” Abu Hurairah menjawab,”Aku enggan.” Mereka bertanya
lagi,”Empat buluh bulan?” Abu Hurairah menjawab,”Aku enggan.” Mereka bertanya
lagi,”Empat puluh tahun?” Abu Hurairah menjawab,”Aku enggan.” (HR. Bukhari no.
4935)
Maksudnya, Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu enggan untuk menegaskan atau memastikan apakah empat puluh
hari, empat puluh bulan, atau empat puluh tahun. Akan tetapi yang pasti
adalah bahwa jaraknya empat puluh. Dikatakan juga bahwa jarak dua tiupan ini
adalah di antara perkara yang tidak diketahui kecuali Allah Ta’ala.
Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan,
ومعناه امتنعت من تبيينه لأني لا أعلمه فلا أخوض فيه بالرأي
“Maksudnya, aku tidak
bisa menjelaskan, karena aku tidak mengetahuinya. Maka aku tidak berbicara
tentang hal itu hanya berdasarkan pendapat (logika).” (Fathul Baari, 11/370)
Allah berfirman,
وَمَا نُرْسِلُ بِالْآَيَاتِ إِلَّا تَخْوِيفًا
Aku tidak mengirim
tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti. (QS. al-Isra: 59).
Akhirul kalam
Maka cukuplah apa yang
telah diinformasikan oleh Allah Kepada kita menjadi renungan dan menjadi bahan
untuk kita terus meningkatkan dan memperbaiki kualitas keimanan kita dan
kualitas amal-amal ibadah kita.
Allah berfirman:
فَالْيَوْمَ لَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَلَا تُجْزَوْنَ إِلَّا مَا
كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (54) إِنَّ أَصْحَابَ الْجَنَّةِ الْيَوْمَ فِي شُغُلٍ
فَاكِهُونَ (55)
Maka pada hari itu
seseorang tidak akan dirugikan sedikitpun dan kamu tidak dibalasi, kecuali
dengan apa yang telah kamu kerjakan. Sesungguhnya penghuni syurga pada hari itu
bersenang-senang dalam kesibukan (mereka).” (QS. Yasin: 54 - 55)
Maksudnya:
Pada hari kiamat tidak
mungkin ada yang dikurangi kebaikannya dan tidak mungkin lagi ditambah dosanya.
Setiap orang akan dibalas sesuai dengan amal kebaikan dan kejelekan yang ia
perbuat. Karenanya siapa yang mendapat kebaikan, pujilah Allah. Sebaliknya
siapa yang mendapatkan kejelekan, janganlah ia salahkan kecuali dirinya
sendiri. (Tafsir As-Sa’di, hlm. 739)
Yang dimaksud penghuni
surga dalam keadaan sibuk, kata Al-Hasan Al-Bashri, “Mereka sibuk menikmati
kenikmatan yang ada di surga, sedangkan penduduk neraka sibuk dengan azab di
neraka.” Ibnu Kisan mengatakan bahwa yang dimaksud adalah di surga mereka sibuk
berziarah (berkunjung) satu dan lainnya. (Tafsir Al-Baghawi, 23: 644)
حَسْبُنَا اللهُ ونِعْمَ الوَكِيْلُ عَلَى اللّهِ تَوَكَّلْنَا
Posting Komentar untuk "Tiupan Sangkakala Yang Membinasakan"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.