Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Memilih Pemimpin Negeri Yang Baik

Kabeldakwah.com

Memilih Pemimpin Yang Baik .PDF

إِنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،

أَمّا بَعْدُ

فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ

Ma’asyiral Muslimin, jamaah jum’at yang dirahmati Allah

Alhamdulillah kita bersyukur kepada Allah azza wa jalla atas segala nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Dan kita juga bersyukur kepada Allah azz awa jalla telah mengumpulkan kita dalam komunitas muslim ahlussunnah wal jamaa'ah. Kita berharap kepada Allah, sebagaimana Dia telah mengumpulkan kita di masjid ini, Semoga kelak di akhirat, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga mengumpulkan kita di surga-Nya yang penuh dengan kenikmatan-kenikmatan yang abadi.

Sholawat serta salam, semoga senantiasa terlimpahkan untuk Nabi kita Muhammad shollallahu 'alaihi wa sallam. Limpahan kebaikan untuk keluarganya, untuk para sahabatnya dan untuk para pengikut setianya sampai datangnya hari kiamat kelak.

Kaum Muslimin, Jamaah Jumat Yang Kami Muliakan

Kita semua hari-hari belakangan ini tentu merasakan, terutama yang juga berselancar dimedia sosial. Diantara salah satu topik yang banyak dibicarakan oleh masyarakat saat ini adalah siapakah yang akan menjadi pemimpin kita selama lima tahun mendatang? Siapakah nantinya yang akan menjadi presiden bagi bangsa dan negara kita Negara kesatuan Republik Indonesia untuk 5 tahun mendatang.

Tentu Sebagai orang yang beriman, kita senantiasa berharap, manusia yang akan memimpin kita nanti adalah seorang muslim wa mukmin, manusia yang baik, mampu untuk menjaga amanah, berkompeten, selalu menegakkan keadilan dan selalu berpihak kepada rakyatnya serta peduli terhadap kondisi kaum muslimin.

Jama’ah Jumah, semoga Allah merahmati kita semua

Didalam al-Quranul kariim, Allah azza wa jalla telah menjelaskan di beberapa ayat-Nya tentang ”Siapakah sosok pemimpin yang ideal yang memang layak untuk dijadikan sebagai pemimpin?”.

Perlu kita ketahui bahwa Ketika Allah menceritakan proses pengangkatan Nabi Yusuf Alaihissalam untuk menjadi bendahara kerajaan di Mesir ketika itu, maka sang Raja Mesir memuji Nabi Yusuf, dan pujian sang raja ini kepada nabi yusuf diabadikan oleh Allah:

إِنَّكَ الْيَوْمَ لَدَيْنَا مَكِينٌ أَمِينٌ

“Sesungguhnya engkau (wahai nabi yusuf) (mulai) hari ini adalah seorang yang berkedudukan tinggi (berwibawa) lagi orang yang amanah pada sisi kami.”

Kemudian dilanjutan ayat, Nabi Yusuf alaihis salam mengatakan:

قَالَ اجْعَلْنِي عَلَى خَزَائِنِ الْأَرْضِ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ

Berkata Yusuf: “Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan”. (QS. Yusuf: 54 – 55)

Di sinilah kesempurnaan karakter atau sifat yang ada dalam diri Nabi Yusuf ‘alaihis salam, beliau memiliki 4 kriteria yang mencerminkan sosok pemimpin yang ideal,

مَكِينٌ – أَمِينٌ – حَفِيظٌ – عَلِيمٌ

مَكِينٌ: beliau memiliki kedudukan atau berwibawa, sehingga dapat dihormati dan bisa melaksanakan tugasnya tanpa ada yang menghalangi.

أَمِينٌ: beliau orang yang memiliki sifat Amanah (bertanggung jawab), yang memiliki rasa takut kepada Allah subhanahu wa ta’ala, sehingga dengan sifat Amanah inilah ia tidak mungkin mengkhianati rakyatnya.

حَفِيظٌ: beliau orang yang mampu menjaga, artinya beliau adalah orang yang teliti, bukan orang yang teledor, dan bukan orang yang menggampangkan sebuah masalah. Benar-benar Ikhlas untuk memecahkan permasalahan yang ada pada rakyatnya. hafiidzun disini juga termasuk dalam mampu menjaga dirinya dari kemaksiatan dan dosa.

عَلِيمٌ: beliau orang yang berilmu, orang yang berpendidikan, dapat berkomunikasi pada kancah nasional maupun internasional. Sehingga dengan ilmu yang dimilikinya, ia paham bagaimana cara mengatur pemerintahan dengan benar dan dapat mengetahui skala prioritas bagi negara dan bagi kemakmuran rakyatnya.

Inilah 4 karakter minimal yang harus diperhatikan oleh kaum muslimin dalam menentukan siapakah yang layak untuk menjadi pemimpin bagi dirinya, bagi bangsa dan negaranya.

Hadhirin yang kami hormati,

Sebelum kita berharap memiliki pemimpin yang baik, amanah, berpendidikan dan berpengetahuan luas, serta mampu mengemban tugas kepemimpinannya dengan adil dan bijaksana. Namun di sini, ada satu hal yang bisa kita jadikan renungan bersama. Ada sebuah pertanyaan mendasar yang layak untuk kita kembalikan kepada pribadi kita masing-masing.

Pertanyaannya adalah:

Jika kita berharap untuk memiliki sosok pemimpin muslim yang baik dan taat kepada Allah, sudahkah kita menjadi rakyat yang baik? Sudahkah kita menjadi rakyat yang taat kepada Allah?

Jika kita berharap nantinya akan dipimpin oleh seorang muslim yang peduli dengan agama islam, sudahkah kita menjadi masyarakat yang perhatian dengan agamanya?

Kaum muslimin yang kami hormati,

Perlu kita ketahui bahwa salah satu bagian dari sunatullah, adalah Allah menunjuk dan mengangkat seorang pemimpin, sesuai dengan karakter rakyatnya. Lihatlah bagaimana Allah berfirman dalam QS. Al-An’am ayat 129:

وَكَذَلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

”Demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang yang zalim itu menjadi pemimpin bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka (rakyatnya) usahakan.”

Terkadang sebagai rakyat, kita sering menuntut para pejabat pemerintah, agar menjadi pemimpin yang amanah, harus jujur, bijak, adil, membela kepentingan rakyat, bertaqwa, dan berbagai tuntutan lainnya.

Namun pernahkah kita berfirkir sebaliknya, menuntut diri kita sendiri sebagai rakyat untuk menjadi seorang yang baik pula.

Dahulu, Ada orang khawarij yang datang menemui Ali bin Abi Thalib, lalu ia bertanya:

“Wahai khalifah Ali, mengapa pemerintahanmu banyak dikritik rakyat, tidak sebagaimana pemerintahannya Abu Bakar dan Umar?!”

Maka Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu menjawab:

إن رجال أبي بكر وعمر ـ رضي الله عنهما ـ أنا وأمثالي، أما أنا فكان رجالي أنت وأمثالك

“Karena pada zaman Abu Bakar dan Umar yang menjadi rakyat adalah aku dan orang-orang yang semisalku (orang-orang soleh yang jadi rakyatnya), sedangkan rakyatku adalah kamu dan orang-orang yang semisalmu (orang-orang yang membangkang)!!” (Syarh Riyadhus Shalihin, Ibnu Utsaimin, 4/87).

Kaum muslimin, Mari kita perhatikan surat al-An’am ayat 129.

Ayat tersebut menjelaskan kepada kita bahwa,

Ketika masyarakat banyak melakukan kezaliman, kerusakan, tidak menunaikan kewajibannya, maka Allah akan tunjuk pemimpin yang zalim di tengah mereka. Allah akan tunjuk sosok pemimpin yang tidak memihak terhadap kebaikan rakyatnya. Bahkan bisa jadi Allah akan tunjuk pemimpin yang akan menindas mereka dan mementingkan kesejahteraan pribadinya dibanding mementingkan kesejahteraan rakyatnya. Sebagai hukuman atas kezaliman yang dilakukan oleh masyarakatnya.

Sebaliknya, Ketika masyarakat berusaha memperbaiki dirinya, istiqamah dalam menjalankan kebaikan, Allah akan perbaiki mereka dengan Allah tunjuk para pemimpin yang memperhatikan kepentingan mereka. Sebagai ganjaran atas kebaikan yang telah mereka lakukan. (Taisir al-Karim ar-Rahman, hlm. 273)

Para ulama mengatakan dalam sebuah ungkapan,

أعمالُكم عُمَّالُكم كما تكونوا يُوَلَّى عليكم

”Amal perbuatan kalian, sejenis dengan pemimpin kalian. Sebagaimana karakter kalian, seperti itu pula bentuk kepemimpinan yang akan mengendalikan kalian.”

Karena sesungguhnya, pemimpin adalah cermin bagi rakyatnya. Pemimpin yang berkuasa di tengah masyarakat, maka tidak jauh berbeda dengan karakter mayoritas rakyatnya.

Demikianlah khutbah kami yang pertama, semoga bermanfaat.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ

 

Khutbah Kedua:

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ ذِيْ العَرْشِ المَجِيْدِ، الفَعَّالُ لِمَا يُرِيْدُ، أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ نَاشِرُ أَعْلَامِ التَوْحِيْدِ، وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ. أَمَّا بَعْدُ

Jamaah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah

Berkaitan dengan pemilihan seorang pemimpin dinegara demokrasi.

Nasehat kami, Bagi yang berpendapat bolehnya mencoblos. Maka Pilihlah pemimpin yang terbaik dari sisi kemampuan dan agamanya serta yang paling kecil mudhorotnya atau yang paling kecil dampak keburukannya. Oleh sebab itu sebelum memilih seorang pemimpin, baca-baca dan cari tahu terlebih dahulu bagaimana latarbelakang pemimpin yang akan anda pilih.

Adapun bagi yang berpendapat untuk Golput atau abstain (tidak ikut memilih siapapun dalam pemilu), maka jikalau yang menjadi pemimpin adalah orang yang dzolim, orang yang buruk agamanya, dan membuat sengsara rakyatnya dengan kebijakan-kebijakannya yang nantinya juga akan berdampak pada dakwah dan syiar islam. Maka cukup tangisi dan salahkan diri anda sendiri karena tidak memilih jalan ikhtiar dan karena lebih memilih untuk diam atau golput.

Jamaah Jumat yang kami hormati

Perlu kita ketahui bahwa Golput itu tidak mengubah apa-apa dan tidak memberikan perubahan apa-apa, karena sejatinya perubahan kondisi itu dilakukan dengan jalan ikhtiar atau berusaha.

Allah Ta’ala berfirman:

اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri” (QS. Ar-Ra’d: 11)

Partsipasi dalam Pemilu dinegara demokrasi bagi diri seorang muslim itu adalah ikhtiar, ikhtiar untuk mewujudkan kemaslahatan umum. Memperbanyak pemimpin yang baik dan mempersedikit orang yang buruk dalam menentukan kebijakan-kebijakan bagi rakyat dan negaranya.

Akan tetapi, kalaupun ada yang mau golput, silahkan. Pilihan Itu sangat kami hargai, karena tidak ada pemaksaan dalam hal ini.

Kami sangat menghormati pilihan masing-masing seseorang, apakah ikut memilih ataukah lebih memilih untuk golput.

Yang ikut memilih mempunyai pertanggungjawabannya dihadapan Allah dan yang tidak ikut memilih atau golput pun juga mempunyai pertanggungjawabannya dihadapan Allah. Tentu masing-masing memiliki pertanggungjawabannya.

Jamaah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah

Untuk mengakhiri khutbah jumat kali ini, kami mengingatkan kepada para jamaah, agar tidak pesimis terhadap kondisi bangsa dan negara kita saat ini. Mari kita letakkan harapan besar kita dalam ikhtiar dan doa-doa kita.

Dulu ada seorang ulama yang bernama Fudhail bin ‘Iyadh, beliau memberikan contoh kepada kita tentang pentingnya mendoakan kebaikan bagi pemimpin. Beliau mengatakan,

لَوْ‎ ‎كَانَتْ‎ ‎لِيْ‎ ‎دَعْوَةٌ‎ ‎مُسْتَجَابَةٌ‎ ‎مَا جَعَلْتُهَا إِلاَّ‎ ‎فِي السُّلْطَانِ

“Seandainya saya memiliki satu doa yang mustajab, maka saya tidak akan gunakan doa itu kecuali untuk kebaikan para pemimpin.” (Al-Barbahari dalam Syarhu Sunnah hlm. 116)

Oleh karenanya jangan lupakan dalam doa kita, untuk memohon kepada Allah pemimpin yang baik, adil, amanah, bijaksana, dan tentu saja membela dan menebarkan keadilan ditengah-tengah rakyatnya secara umum serta pada kaum muslimin secara khusus.

Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberikan petunjuk kepada kita semua untuk menjadi masyarakat yang baik, sehingga Allah anugerahkan kepada kita munculnya sosok para pemimpin yang baik pula. Amin ya rabbal alamin.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ

اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِى الأُمُورِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْىِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ

اللَّهُمَّ اجْعَلْ هَٰذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

وأقيم الصلاة…

Ahmadi Assambasy

KabeL DakwaH
KabeL DakwaH Owner Gudang Software Al-Amanah

Posting Komentar untuk "Memilih Pemimpin Negeri Yang Baik"