Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Qawaid Qur’aniyyah Kaidah Ke 24 – Allah Akan Memberikan Solusi Bagi Hamba yang Mencari Ridho Allah

Allah berfirman:

وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُوا۟ فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami” (QS. Al Ankabut: 69)

Kaidah ini disebutkan pada bagian penutup surah Al-’Ankabūt, yang dibuka dengan firman Allah Ta’ālā:

"Alif Lām Mīm. Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, ‘Kami telah beriman,’ sedangkan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-’Ankabūt: 1-3, Lihat: https://kalam.sindonews.com/surah/29/al-ankabut)

Seolah-olah penutupan surah Al-’Ankabūt dengan kaidah Qur`āniy ini: “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami” menjadi jawaban bagi pertanyaan yang diajukan oleh seorang mukmin, ketika dia membaca bagian awal surah Al-’Ankabūt yang menetapkan hakikat syariat dan sunatullah terkait dakwah kepada Allah Ta’ālā. Pertanyaan tersebut adalah, “Apa solusi dari ujian-ujian (fitnah) yang diceritakan oleh pembukaan surah Al-’Ankabūt?” Maka datang jawabannya di akhir surah ini tepatnya dalam kaidah Qur`āniy yang baku ini:

وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُوا۟ فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا

"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami." (QS. Al Ankabut: 69)

Oleh karena itu, sangat perlu adanya jihad dalam makna yang umum dan harus ada keikhlasan. Ketika itulah akan datang hidayah dan akan terwujud taufik dengan izin Allah.

Orang yang akan menempuh sebuah jalan harus mendapatkan gambaran kesulitan yang akan dihadapinya, sehingga dia mendapatkan kejelasan terkait urusannya. Demikian juga dengan jalan dakwah kepada Allah. Jalan tersebut selamanya tidak akan pernah dihiasi dengan bunga dan wewangian, tetapi jalan itu dipenuhi dengan kesulitan.

Karena iman bukan hanya sekadar kata-kata yang diucapkan, tetapi itu merupakan sebuah hakikat yang penuh taklif (beban tugas), amanat yang penuh kesulitan, jihad yang butuh kesabaran, dan usaha yang butuh pengorbanan. Jadi, manusia tidak cukup hanya mengucapakan, “Kami telah beriman!” Mereka tidak akan dibiarkan begitu saja dengan klaim tersebut sehingga diuji dahulu dengan berbagai fitnah agar mereka bisa tegar dan keluar dari ujian tersebut dalam keadaan bersih dan hati mereka ikhlas, sebagaimana api menguji emas untuk memisahkan antara unsur-unsur murahan yang menempal di kepingannya.

Jika sudah jelas korelasi kaidah Qur`āniy yang disebutkan di akhir surah Al’Ankabūt: “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami” dengan awal surah, maka sesungguhnya dalalah kaidah ini di medan dakwah sangat besar dan luas sekali. Kaidah ini menunjukkan dengan jelas bahwa orang yang ingin mendapatkan hidayah dan taufik, ketika dia menempuh jalan dakwah, maka hendaklah dia merealisasikan dua pondasi agung yang ditunjukkan oleh kaidah ini, yaitu:

1. Pondasi pertama, mencurahkan usaha dan tenaga untuk sampai pada tujuan yang diinginkan seseorang dalam jalan dakwah kepada Allah Ta›ālā.

2. Pondasi kedua, ikhlas kepada Allah, berdasarkan firman-Nya, "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami". Jadi, jihad mereka bukan untuk kepentingan diri sendiri, bukan pula untuk kepentingan sebuah jemaah dengan mengorbankan jemaah lain, bukan untuk mencapai tujuan dunia, atau untuk mendapatkan kursi dan jabatan, tetapi itu merupakan jihad untuk Allah Ta’ālā.

Perlunya diingatkan tentang pondasi ini, yaitu ikhlas, padahal dia merupakan syarat untuk setiap amalan, karena ada di antara para dai itu yang melakukan dakwah, atau amalan yang bermanfaat lainnya, karena didorong oleh keinginan untuk terkenal seperti yang dicapai oleh dai tertentu, atau dia didorong oleh keinginan untuk mendapatkan kekayaan sebagaimana didapatkan oleh pembicara tertentu. Maka peringatan terkait pondasi yang fundamental ini penting untuk setiap amal saleh. Juga ada rahasia lainnya terkait peringatan terhadap pondasi ini, yaitu, karena kadang-kadang seseorang memulai amalnya dengan ikhlas, namun tidak lama kemudian kehangatan ikhlas tersebut padam dalam dirinya setiap kali terlintas di depan matanya kepentingan dirinya sendiri, egoisme, atau keinginan untuk mendapatkan kedudukan, pangkat, kebanggaan, atau kemenangan.

Jadi, tidak aneh jika penegasan terhadap pondasi yang fundamental ini disebutkan lagi dalam kesempatan ini, yaitu kesempatan untuk berjihad dan berjuang.

Dalam realitas kaum muslimin terdapat kondisi-kondisi yang membutuhkan kehadiran makna kaidah Qur`āniy ini: “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.”

Orang yang memiliki kedua orang tua yang sudah berusia lanjut dan sakitsakitan, sangat perlu untuk merasakan dan merenungi makna kaidah ini.

Orang yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, namun mengalami keterlambatan dan hambatan, sangat perlu untuk merenungkan makna-makna kaidah ini.

Orang yang mengorbankan sebagian waktunya untuk mendidik remaja dan kawula muda, atau mengajarkan Kitabullah kepada anak-anak kaum muslimin, sedangkan dia lagi mengalami kemalasan, maka dia sangat perlu untuk merenungkan kaidah ini.

Secara umum, setiap orang yang menyiapkan dirinya untuk amal saleh, baik manfaatnya untuk diri sendiri ataupun untuk orang lain, maka dia harus banyak merenungkan kaidah ini. Karena kaidah ini merupakan obat penenang dalam perjalanan orang-orang menuju Tuhannya dan hampir menjadikan seorang mukmin melupakan semua kelelahan dan kesulitan yang dihadapinya jika dia sudah meletakkan kakinya di awal pintu surga. Semoga Allah menjadikan saya dan Anda, beserta kedua orang tua dan keturunan kita, termasuk penghuni surga, dan termasuk menjadi orang yang mengajak untuk masuk ke dalamnya.

(Qawaid Qur’aniyyah 50 Qa’idah Qur’aniyyah fi Nafsi wal Hayat, Syeikh DR. Umar Abdullah bin Abdullah Al Muqbil)

KabeL DakwaH
KabeL DakwaH Owner Gudang Software Al-Amanah

Posting Komentar untuk "Qawaid Qur’aniyyah Kaidah Ke 24 – Allah Akan Memberikan Solusi Bagi Hamba yang Mencari Ridho Allah"