Kebenaran Mimpi Seorang Mukmin di Akhir Zaman - Tanda-Tanda Hari Kiamat Yang Sudah Terjadi Dan Sedang Terjadi Ke - 15
Kita lanjutkan kembali
pembahasan kita berkaitan dengan Tanda-tanda hari kiamat yang sudah terjadi dan
sedang terjadi.
Pada pembahasan yang
sebelumnya telah kita sebutkan ada beberapa tanda:
1. Munculnya Nabi-Nabi
Palsu (Al Mutanabbiuun)
2. Dicabutnya Sifat
Amanah pada Hati Manusia (Dhiya'ul Amaanah)
3. Banyaknya wanita yang
berpakaian akan tetapi Telanjang (Al 'Aariyaat)
4. Banyaknya terjadi
gempa bumi. (KasrotuZzalazil)
5. Banyaknya Manusia yang
berlomba-lomba mendirikan Bangunan yang Tinggi (secara umum) adapun secara
khusus adalah mereka orang-orang Arab.
6. Merebak dan Maraknya
Khomr serta banyaknya manusia yang sudah menyepelekan Pengharaman Khamr.
7. Merebaknya Perzinahan
8. Kaum Muslimin
Mengikuti Jejak Orang-orang Non Muslim / Orang Kafir
9. Merebaknya Praktek
Ribawi
10. Di Angkatnya Ilmu dan
Merajalelanya Kebodohan
11. Bermegah-megahan
dengan Masjidnya Namun tidak Pernah Memakmurkannya.
12. Mengucapkan Salam
Hanya Kepada Orang yang dikenal Saja.
13. Waktu Terasa Berlalu
Begitu Cepat
14. Pemutusan Hubungan
Silaturahim (قطيعة
الرحم) Terhadap Karib Kerabat dan Buruknya Muamalah Kepada Tetangga
Kemudian in sya Allah
kita akan lanjutkan tanda-tanda hari kiamat yang sudah terjadi dan sedang
terjadi selanjutnya yakni;
15. Kebenaran Mimpi Seorang
Mukmin di Akhir Zaman
Para Pembaca Yang Budiman…
DALAM sebuah hadits,
Rasulullah Shollallahu 'alaihi wa
sallam telah mengingatkan
kepada kita bahwa seiring dengan semakin dekat datangnya hari kiamat kubro
(kiamat besar), maka seorang mukmin yang imannya kepada Allah dan hari akhir
benar benar kuat / kokoh, kemudian ia bermimpi dengan suatu mimpi, hampir2 saja
mimpinya itu selalu menjadi kenyataan.
Didalam sebuah hadits
disebutkan Dari [Abu Hurairah] dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Apabila
hari kiamat telah dekat, maka jarang sekali mimpi seorang Muslim yang tidak
benar. Dan mimpi yang paling paling benar adalah mimpi seorang yang selalu
bicara benar (jujur). Mimpi seorang muslim adalah sebagian dari empat puluh
lima macam Nubuwwah (wahyu)."
Dalam riwayat lain disebutkan:
«إذا اقترب الزمان
لم تَكَدْ رؤيا المؤمن تكذب، ورؤيا المؤمن جزء من ستة وأربعين جزءا من النبوة»
"Apabila telah dekat waktunya (kiamat), hampir tidak ada mimpi seorang mukmin yang dusta. Mimpi seorang mukmin itu satu dari empat puluh enam bagian kenabian. (Muttafaqun 'Alaihi)
Berkaitan dengan hadits-hadits ini, ada beberapa prinsip yang penting untuk kita perhatikan, terutama yang
berkaitan dengan mimpi seorang mukmin di akhir zaman (sebagaimana disebutkan
dalam hadits).
Prinsip Pertama yang harus kita ketahui adalah
Bahwa kenabian itu murni hibah (pemberian) dan anugrah
dari Allah. sehingga tidak bisa diupayakan oleh manusia. Sehebat apapun
kesolehan seseorang, sesoleh atau sealim apapun orang tersebut tetap tidak bisa
menjadi sebab dia terangkat predikatnya menjadi seorang Nabi. Karena Allah lah
yang memilih siapa diantara hamba2-Nya yang dipilih menjadi nabi dan rasul.
Allah berfirman,
اللَّهُ يَصْطَفِي مِنَ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا وَمِنَ النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ
سَمِيعٌ بَصِيرٌ
"Allah yang memilih para utusan dari kalangan
malaikat dan dari kalangan manusia. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat." (QS. al-Hajj: 75)
Kedua, kenabian
itu merupakan satu kesatuan, dan tidak bisa dibagi. Karena itu, tidak ada
istilah mendapat setengah kenabian, atau sepertiga kenabian, termasuk tidak ada
1/46 kenabian.
Karena itu, ketika ada orang yang mengalami mimpi benar,
bukan berarti itu tanda bahwa dia memiliki seper-empat puluh enam kenabian.
Atau 1/46 bagian dia menjadi nabi.
Sama halnya seperti ada seorang hamba yang sholeh
misalnya, dia berakhlak mulia mencontoh seperti akhlaknya Nabi, atau ia
beribadah mencontoh seperti ibadahnya nabi. Meskipun ia berakhlak mulia dan
beribadah seperti akhlak dan ibadahnya seorang nabi, namun tetap ia tidak bisa
langsung menjadi seorang Nabi.
Begitu pula, orang yang mengalami mimpi benar, maka tidak
serta-merta memiliki seper-sekian kenabian. Kemudian mendeklarasikan dirinya
sebagai Nabi.
Ibnul Atsir menjelaskan hadis di atas dengan mengatakan,
وليس المعنى أن النبوة تتجزأ ولا أن من جمع هذه الخلال كان فيه جزء من النبوة
فإن النبوة غير مكتسبة . ولا مجتلبة بالأسباب وإنما هي كرامة من الله تعالى
Hadis ini tidak bermakna bahwa kenabian itu bisa terbagi.
Tidak juga berarti bahwa orang yang mengalami mimpi semacam ini berarti
memiliki satu bagian kenabian. Karena kenabian itu tidak bisa diupayakan. Dan
tidak bisa dicari dengan melakukan berbagai sebab. Kenabian adalah anugrah dari
Allah ta’ala. (an-Nihayah fi Gharib al-Atsar, 1/741).
Ketiga, bahwa
mimpi manusia biasa bukan wahyu. Mimpi yang berstatus wahyu hanya mimpi para
nabi dan rasul. Selain nabi dan rasul, tidak mendapat wahyu melalui mimpi.
Kalaupun manusia biasa kemudian bermimpi dan mimpinya itu
benar, maka mimpi tersebut sifatnya adalah hanya kabar gembira dari Allah, dan
bukan wahyu. Fungsinya sebagai isti’nas, informasi agar tidak membuat kaget.
Itulah yang dimaksud bahwa mimpi yang baik merupakan salah satu kabar gembira
dari Allah.
Selaras dengan apa yang telah disebutkan dalam sebuah
hadits yang sohih,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ
اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – يَقُوْلُ: «لَمْ يَبْقَ مِنَ
النُّبُوَّةِ إِلاَّ المُبَشِّرَاتِ» قَالُوْا: وَمَا المُبَشِّرَاتُ؟ قَالَ:
«الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ». رَوَاهُ البُخَارِيُّ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Tidak tersisa
dari kenabian kecuali kabar-kabar (yang sifatnya sebagai) penggembira.’ Para
sahabat bertanya, ‘Apa kabar penggembira tersebut?’ Beliau menjawab, ‘Mimpi
yang baik.’” (HR. Bukhari) (HR. Bukhari, no. 6990)
Jamaah sekalian yang semoga dirahmati Allah…
Kembali pada hadits yang pertama kita sebutkan bahwa:
إِذَا اقْتَرَبَ الزَّمَانُ لَمْ تَكَدْ رُؤْيَا الْمُسْلِمِ تَكْذِبُ
وَأَصْدَقُكُمْ رُؤْيَا أَصْدَقُكُمْ حَدِيثًا وَرُؤْيَا الْمُسْلِمِ جُزْءٌ مِنْ
خَمْسٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنْ النُّبُوَّةِ
"Apabila hari kiamat telah dekat, maka jarang sekali
mimpi seorang Muslim yang tidak benar. Dan mimpi yang paling paling benar
adalah mimpi seorang yang selalu bicara benar (jujur). Mimpi seorang muslim
adalah sebagian dari empat puluh lima macam Nubuwwah (wahyu)."
Ternyata rasulullah shollallahu 'alaihi wa sallam
bersabda tidak hanya berhenti sampai di sini, Rasulullah shollallahu 'alaihi wa
sallam melanjutkan:
وَالرُّؤْيَا
ثَلَاثَةٌ فَرُؤْيَا الصَّالِحَةِ بُشْرَى مِنْ اللَّهِ وَرُؤْيَا تَحْزِينٌ مِنْ
الشَّيْطَانِ وَرُؤْيَا مِمَّا يُحَدِّثُ الْمَرْءُ نَفْسَهُ
Mimpi itu ada 3 macam:
1. Mimpi dari Allah
2. Mimpi dari Syetan
3. Mimpi dari Endapan Akal
Pertama, Mimpi dari Allah
Ini adalah mimpi yang baik, dan ini merupakan salah satu
kabar gembira yang Allah berikan kepada seorang hamba. Mimpi dari Allah ini bisa
diberikan kepada Para Nabi atau juga kepada orang biasa. Diantara contohnya mimpi yang datang dari Allah:
- Mimpinya Nabi Yusuf
اِذۡ قَالَ
يُوۡسُفُ لِاَبِيۡهِ يٰۤاَبَتِ اِنِّىۡ رَاَيۡتُ اَحَدَ عَشَرَ كَوۡكَبًا وَّالشَّمۡسَ
وَالۡقَمَرَ رَاَيۡتُهُمۡ لِىۡ سٰجِدِيۡنَ
(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada
ayahnya, "Wahai ayahku! Sungguh, aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari
dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku." (QS. Yusuf: 4)
Ketika ia (yusuf yang
masih kecil) bangun, maka ia langsung mendatangi ayahnya, Nabi Ya’qub
‘alaihissalam menceritakan mimpinya itu. Ayahnya pun langsung memahami
takwilnya, dan bahwa akan terjadi pada anaknya suatu urusan yang besar. Maka
ayahnya segera mengingatkan Yusuf agar tidak menceritakan mimpinya itu kepada
saudara-saudaranya yang nantinya setan akan merusak hubungan mereka dan
berhasad kepadanya atas pemberian Allah itu.
Diabadikan oleh Allah
dalam Al Qur'an:
قَالَ يٰبُنَىَّ
لَا تَقۡصُصۡ رُءۡيَاكَ عَلٰٓى اِخۡوَتِكَ فَيَكِيۡدُوۡا لَـكَ كَيۡدًا ؕ
اِنَّ الشَّيۡطٰنَ لِلۡاِنۡسَانِ عَدُوٌّ مُّبِيۡنٌ
Dia (ayahnya) berkata,
"Wahai anakku! Janganlah engkau ceritakan mimpimu kepada
saudara-saudaramu, mereka akan membuat tipu daya (untuk membinasakan) mu.
Sungguh, setan itu musuh yang jelas bagi manusia." (QS. Yusuf: 5)
- Mimpinya Nabi Ibrahim
menyembelih anaknya
- Mimpi Nabi Muhamamd
yang memasuki Masjidil Haram dalam keadaan aman dan dihormati, lalu bersa'I dan
tahalul (fathu mekkah)
Kedua, Mimpi dari syetan
Ini adalah mimpi yang
buruk,
Adab saat mimpi buruk:
Dan disyariatkan bagi setiap muslim dan muslimah jika ia
bermimpi dengan mimpi yang tidak ia sukai hendaknya ia (setelah terbangun)
meniup ke sebelah kirinya tiga kali dan membaca ta’awwudz sebanyak tiga kali.
Kemudian setelah itu hendaknya ia membalik tubuhnya ke sisi yang lain, dengan
demikian tidak ada lagi yang membahayakan dan mengganggunya.
Berdasarkan hadits yang shahih dari rasulullah
shallallahu’alaihi Wasallam:
الرؤيا الصالحة من الله، والحِلم من الشيطان، فإذا رأى أحدكم ما يكره فلينفث
عن يساره ثلاثا، وليتعوذ بالله من الشيطان ومن شر ما رأى ثلاثاً، ثم ينقلب على
جنبه الآخر، فإنها لا تضره ولا يخبر بها أحداً
“Mimpi yang baik itu dari
Allah. Sedangkan mimpi yang buruk itu dari setan. Jika salah seorang dari
kalian bermimpi yang tidak ia sukai, maka hendaknya ia meniup ke sebelah
kirinya tiga kali dan membaca ta’awwudz sebanyak tiga kali. Kemudian setelah
itu hendaknya ia membalik tubuhnya ke sisi yang lain, dengan demikian tidak ada
lagi yang membahayakan dan jangan ceritakan kepada seorang pun mimpi tersebut”
(HR. Bukhari no. 6995, Muslim no. 2261).
Dalam Riwayat lain:
فَإِنْ رَأَى
أَحَدُكُمْ مَا يَكْرَهُ فَلْيَقُمْ فَلْيُصَلِّ وَلَا يُحَدِّثْ بِهَا النَّاسَ
Karena itu, jika kamu
bermimpi yang tidak kamu senangi, bangunlah, kemudian Shalatlah, dan jangan
menceritakannya kepada orang lain. (Hadits Muslim Nomor 4200)
Doa ketika mimpi buruk:
أعوذُ بكلماتِ اللهِ التامةِ من غضبِه و عقابِه ، و شرِّ عبادِه ، و من همزاتِ
الشياطينِ ، و أن يحضُرونِ ، فإنها لن تَضُرَّه – صحيح الجامع
Ketiga, Mimpi dari
endapan Akal
Tambahan:
Adapun ketika ia mendapati mimpi yang baik dan
membahagiakan, maka ia dibolehkan untuk menceritakannya dan mencari takwilnya.
Hal ini sejalan dengan sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassallam,
إذا رأى أحدُكم الرؤيا الحسنةَ فلْيُفسرْها ، و لْيُخبرْ بها ، و إذا رأى
الرؤيا القبيحةَ ، فلا يُفَسِرْها و لا يُخبرُ بها
“Jika kalian mengalami mimpi yang baik, maka carilah
artinya dan ceritakanlah mimpi indah itu. Dan jika kalian mengalami mimpi
buruk, maka janganlah ia mencari-cari takwil dan artinya, dan jangan pula
menceritakannya kepada orang lain” (HR. As-Suyuti dalam Al-jami’ As-Shaghir).
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika hendak
mencari takwil ataupun arti mimpi:
Pertama, hendaklah kita bertanya kepada orang yang memang
ahli di bidang takwil mimpi, cerdas, bertakwa, suci dari perbuatan keji,
menguasai Al-Quran, memahami hadis nabi, menguasai bahasa Arab, dan permisalan
yang biasa diucapkan oleh orang-orang Arab.
Kedua, hendaklah orang yang menafsirkan dan menerjemahkan
mimpi tersebut melihat dan menafsirkan mimpi sesuai dengan kondisi si penanya,
baik itu kedudukan, mazhab, dan agamanya. Bahkan disesuaikan dengan zaman,
tempat tinggal, dan iklim negara si penanya.
Ketiga, wajib bagi orang yang menafsirkan mimpi tersebut
untuk menutupi aib dan hal-hal yang tidak perlu ditampakkan dari setiap manusia
serta tidak terburu-buru di dalam menafsirkan.
Keempat, hendaknya seorang penafsir mimpi mengatakan
kepada orang yang menceritakan mimpinya, “Khairan ra’aita wa khairan talqaahu
wa syarran tatawaqqaahu wa khairan lanaa wa syarran ala a’daaina,
walhamdullillahi Rabbil aalamiin (Kamu telah melihat kebaikan, dan kamu telah
mendapati kebaikan. Kamu telah terhindar dari keburukan. Kebaikan untuk kita
semua dan kejelekan untuk musuh-musuh kita. Segala puji hanyalah milik Allah
Rabb seluruh alam).”
Posting Komentar untuk "Kebenaran Mimpi Seorang Mukmin di Akhir Zaman - Tanda-Tanda Hari Kiamat Yang Sudah Terjadi Dan Sedang Terjadi Ke - 15"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.