Pejelasan Hadits : Duburush Shalawaatil Maktuubaat (Akhir Shalat-shalat yang diwajibkan)
Beberapa waktu lalu, seorang ikhwan bertanya
di blog ini mengenai makna duburush-shalawaatil-maktuubaat (akhir
shalat-shalat yang diwajibkan) dalam kaitannya dengan waktu-waktu mustajab
untuk berdoa.
Apa yang akan dituliskan
di sini bukan hendak menjawab secara langsung apa yang ditanyakan. Akan tetapi
hendak membahas dan mengoreksi apa yang pernah saya tulis mengenai bahasan
hadits dimaksud. Dalam artikel yang berjudul “Waktu-Waktu
Mustajab untuk Berdoa Kepada Allah”, saya pernah menuliskan:
4. Di akhir shalat-shalat yang diwajibkan.
عن أبي أمامة
قال: قيل: يا رسول الله أي الدعاء أسمع؟ قال جوف الليل الآخر، ودبر الصلوات المكتوبات.
Dari Abu Umaamah radliyallaahu ‘anhu:
Dikatakan: “Wahai Rasulullah, kapankah waktu yang paling baik saat doa
dikabulkan?”. Beliau bersabda: “Akhir waktu malam dan akhir shalat-shalat yang
diwajibkan”.8
Kemudian saya menuliskan
catatan kaki no. 8 sebagai berikut:
Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 3499 dan
dihasankan oleh Al-Albaniy dalam Shahih Sunan At-Tirmidziy 3/441-442.
Saya (Abul-Jauzaa’) berkata:
Hadits di atas diriwayatkan oleh At-Tirmidziy
dalam Sunan-nya no. 3499
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بن يَحْيى الثَّقَفِيُّ الْمَرْوَزِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا حَفْصُ بن
غِيَاثٍ، عن ابن جُرَيْجٍ، عن عَبْدِ الرَّحْمَنِ بن سَابِطٍ، عن أَبِي أُمَامَةَ،
قالَ: قِيلَ يَا رَسُولَ اللهِ: أيُّ الدُّعَاءِ أَسْمعُ ؟ قَالَ: ((جَوْفَ
اللَّيْلِ الآخِرُ وَدُبُرَ الصَّلواتِ الْمَكْتُوبَاتِ)).
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahyaa Ats-Tsaqafiy Al-Marwaziy, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Ghiyaats, dari Ibnu Juraij, dari ‘Abdurrahmaan bin Saabith, dari Abu Umaamah, ia berkata: Dikatakan: ‘Wahai Rasulullah, kapankah waktu yang paling baik saat doa dikabulkan?’. Beliau bersabda: ‘Akhir waktu malam dan akhir shalat-shalat yang diwajibkan”.
Diriwayatkan juga oleh An-Nasaa’iy dalam
‘Amalul-Yaum wal-Lailah no. 108 dengan sanad seperti yang dibawakan
At-Tirmidziy. Diriwayatkan juga oleh ‘Abdurrazzaaq dalam Al-Mushannaf 2/424 no.
3948 dari ‘Abdurrahmaan bin Saabith secara mursal.
Al-Imaam Al-Albaaniy rahimahullah menghasankan
hadits ini dalam Shahiih Sunan At-Tirmidziy 3/441-442. Dalam Shahiih
At-Targhiib wat-Tarhiib no. 1648, beliau berkata: “Shahiih lighairihi”.
Adapun dalam Misykaatul-Mashaabih no. 968,
beliau berkata dengan menukil perkataan At-Tirmidziy dalam Ad-Da’awaat (2/263):
“Hadits hasan, para perawinya tsiqah, namun padanya terdapat ‘an’anah Ibnu
Juraij, sedangkan ia seorang mudallis”.
Pembahasan:
Kualitas hadits ini
adalah dha’iif (lemah) karena munqathi’.
‘Abdurrahmaan bin Saabith
tidak mendengar (hadits) dari Abu Umaamah radliyallaahu ‘anhu, sebagaimana
dikatakan oleh Ibnu Ma’iin dalam At-Taariikh no. 366 (riwayat Ad-Duuriy).
Az-Zaila’iy berkata dalam
Nashbur-Raayah (2/235):
قال الترمذي:
حديث حسن. ورواه عبد الرزاق في مصنفه. أخبرنا ابن جريج، أخبرنا عبد الرحمن بن سابط
به. قال ابن القطان في كتابه: واعلم أن ما يرويه عبد الرحمن بن سابط عن أبي أمامة،
ليس بمتصل، وإنما هو منقطع، لم يسمع منه.
“Telah berkata At-Tirmidziy: ‘Hadits hasan’.
Diriwayatkan pula oleh ‘Abdurrazzaq dalam Mushannaf-nya: Telah mengkhabarkan
kepada kami Ibnu Juraij: Telah mengkhabarkan kepadaku ‘Abdurrahman bin Saabith,
selanjutnya sama dengan sanad At-Tirmidziy.(1) Ibnul-Qaththaan berkata dalam
kitabnya: ‘Ketahuilah, bahwasannya apa yang diriwayatkan ‘Abdurrahmaan bin
Saabith dari Abu Umaamah tidak bersambung sanadnya (muttashil), namun terputus
(munqathi’). Ia tidak mendengar (hadits) dari Abu Umaamah”.
Sedangkan cacat lain dari ‘an’anah Ibnu Juraij
yang didakwakan sebagian ulama, maka dalam riwayat ‘Abdurrazzaaq ia telah
menyebutkan penyimakannya secara jelas dari ‘Abdurrahmaan bin Saabith.
Demikian takhrij ringkas
atas hadits tersebut, sekaligus sebagai koreksian dari apa yang saya tulis
sebelumnya. Semoga ada manfaatnya.(2)
Oleh: Abul Jauzaa' Dony Arif Wibowo
Footnote:
(1) Dalam Al-Mushannaf, ‘Abdurrazzaaq
membawakan hadits dari Ibnu Juraij bukan dengan shighah tahdits, namun dengan
‘an.
(2) Dengan diketahuinya ke-dlaif-an hadits
ini, maka tidak ada dasar khusus penetapan waktu mustajab untuk berdoa di akhir
waktu shalat – dengan segala perbedaan pendapat di dalamnya akan makna
duburush-shalaah. Wallaahu a’lam bish-shawwaab.
Posting Komentar untuk "Pejelasan Hadits : Duburush Shalawaatil Maktuubaat (Akhir Shalat-shalat yang diwajibkan)"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.