Bentuk-Bentuk Adzab Di Alam Kubur dan Sebab-sebabnya
1. Diperlihatkan
Neraka Jahannam
Dari Ibnu Umar
radhiallahu anhuma, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا مَاتَ عُرِضَ عَلَيْهِ مَقْعَدَهُ بِالْغَدَاةِ
وَالْعَشِيِّ، إِنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَمِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ،
وَإِنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَمِنْ أَهْلِ النَّارِ فَيُقَالُ: هَذَا
مَقْعَدُكَ حَتَّى يَبْعَثَكَ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Sesungguhnya, apabila
salah seorang di antara kalian mati, akan ditampakkan kepadanya calon tempat
tinggalnya pada waktu pagi dan sore. Apabila dia termasuk calon penghuni surga,
ditampakkan kepadanya surga. Apabila dia termasuk calon penghuni neraka,
ditampakkan kepadanya neraka. Dikatakan kepadanya, ‘Ini calon tempat tinggalmu
hingga Allah subhanahu wa ta’ala membangkitkanmu pada hari kiamat’.”
(Muttafaqun ‘alaih)
Contoh real dari Al
Qur’an: Fir’aun dan Pengikutnya dan yang semisal dengan mereka.
Allah Subhanahu wa ta’ala
berfirman:
اَلنَّارُ يُعۡرَضُوۡنَ عَلَيۡهَا غُدُوًّا وَّعَشِيًّا ۚ وَيَوۡمَ تَقُوۡمُ
السَّاعَةُ اَدۡخِلُوۡۤا اٰلَ فِرۡعَوۡنَ اَشَدَّ الۡعَذَابِ
”Kepada mereka
diperlihatkan neraka, pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat.
(Lalu kepada malaikat diperintahkan), "Masukkanlah Fir‘aun dan kaumnya ke
dalam azab yang sangat keras!" (Ghafir: 46)
2. Dipukul dengan palu dari besi
Dari Anas radhiallahu
anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam:
فَأَمَّا الْكَافِرُ وَالْمُنَافِقُ فَيَقُولَانِ لَهُ: مَا كُنْتَ تَقُولُ
فِي هَذَا الرَّجُلِ؟ فَيَقُولُ: لَا أَدْرِي، كُنْتُ أَقُولُ مَا يَقُولُ
النَّاسُ. فَيَقُولَانِ: لَا دَرَيْتَ وَلَا تَلَيْتَ. ثُمَّ يُضْرَبُ بِمِطْرَاقٍ
مِنْ حَدِيدٍ بَيْنَ أُذُنَيْهِ فَيَصِيحُ فَيَسْمَعُهَا مَنْ عَلَيْهَا غَيْرُ
الثَّقَلَيْنِ
Adapun orang kafir atau
munafik, kedua malaikat tersebut bertanya kepadanya, “Apa jawabanmu tentang
orang ini (Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam)?”
Dia mengatakan, “Aku
tidak tahu. Aku mengatakan apa yang dikatakan oleh orang-orang.”
Kedua malaikat itu
mengatakan, “Engkau tidak tahu?! Engkau tidak membaca?!”
Kemudian dia dipukul
dengan palu dari besi, tepat di wajahnya. Dia lalu menjerit dengan sangat keras
yang didengar oleh seluruh penduduk bumi, kecuali dua golongan: jin dan
manusia.” (Muttafaqun ‘alaih)
Di antara hikmah hal ini
adalah sebagaimana yang dijelaskan oleh para ulama berikut ini:
Pertama, hal ini untuk menutupi
aib si mayit dan juga keluarga si mayit. Jika semasa hidupnya si mayit tersebut
memiliki kedudukan atau secara lahiriyah (yang tampak) adalah orang shalih,
namun ternyata manusia mengetahui bahwa dia diadzab dalam kuburnya, tentu ini
akan membuka aib si mayit tersebut di dunia. Demikian juga keluarga si mayit
akan dipermalukan dan dihinakan di hadapan masyarakat karena ternyata salah
satu anggota keluarganya diadzab di dalam kuburnya. (Lihat Al-Imaan bimaa
Ba’dal Maut, hal. 87)
Ke dua, jika adzab kubur
tersebut dinampakkan, maka tidak ada yang berani untuk memakamkan saudaranya
yang meninggal dunia. Hal ini sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam,
لَوْلَا أَنْ لَا تَدَافَنُوا لَدَعَوْتُ اللهَ أَنْ يُسْمِعَكُمْ مِنْ
عَذَابِ الْقَبْرِ
“Seandainya kalau bukan
karena kalian saling memakamkan, maka aku ingin berdoa kepada Allah untuk
memperdengarkan kepada kalian adzab kubur yang aku dengar.” [HR. Muslim no.
2868]
Abu Abdillah Al-Qurthubi
rahimahullah mengatakan,”Para ulama kita menjelaskan bahwa sesungguhnya jin dan
manusia tidak mendengar adzab kubur adalah (karena) sabda Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam,’Seandainya kalau bukan karena kalian saling memakamkan’
(al-hadits). Allah Ta’ala menyembunyikan (adzab kubur) dari kita -sehingga kita
bisa saling memakamkan- adalah karena hikmah dan kelembutan-Nya. Hal ini
disebabkan rasa takut yang meliputi manusia jika mendengarnya, sehingga mereka
tidak akan berani untuk mendekat ke pemakaman untuk menguburkan (orang yang
meninggal dunia). Manusia bisa jadi binasa jika mendengarnya, karena mereka
tidak memiliki kekuatan untuk mendengar adzab Allah di alam dunia ini, karena
lemahnya kekuatan mereka.” [At-Tadzkirah bi Ahwalil Mauta wa Umuuril Akhiroh,
1/408. Dikutip dari Al-Imaan bimaa Ba’dal Maut, hal. 87]
Ke tiga, sebagai ujian keimanan
bagi manusia untuk beriman terhadap hal yang ghaib. [Al-Irsyad ila Shahihil
I’tiqod, hal. 230]
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata,
فاذا شَاءَ الله سُبْحَانَهُ أَن يطلع على ذَلِك بعض عبيده اطلعه وغيبه عَن
غَيره إِذْ لَو طلع الْعباد كلهم لزالت كلمة التَّكْلِيف وَالْإِيمَان بِالْغَيْبِ
وَلما تدافن النَّاس كَمَا فِي الصَّحِيحَيْنِ عَنهُ لَوْلَا أَن لَا تدافنوا
لَدَعَوْت الله أَن يسمعكم من عَذَاب الْقَبْر مَا أسمع. وَلما كَانَت هَذِه
الْحِكْمَة منفية فِي حق الْبَهَائِم سَمِعت ذَلِك وادركته كَمَا حادت برَسُول
الله بغلته وكادت تلقيه لما مر بِمن يعذب فِي قَبره
“Jika Allah menghendaki
untuk menampakkan adzab kubur kepada sebagian manusia (seperti kepada Nabi kita
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, pen.) tentu Allah nampakkan dan Allah
sembunyikan dari hamba-hambaNya yang lain. Akan tetapi, jika Allah tampakkan
kepada seluruh manusia, maka hilanglah beban syariat (taklif) dan (hilang pula
kewajiban untuk) beriman kepada perkara yang ghaib. Demikian pula, manusia
tidak akan berani memakamkan sebagaimana yang terdapat dalam shahih Muslim dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (bersabda), ‘Seandainya kalau bukan karena
kalian saling memakamkan, maka aku ingin berdoa kepada Allah untuk
memperdengarkan kepada kalian adzab kubur yang aku dengar.’ Oleh karena itu,
ketika hikmah seperti ini tidak terdapat dalam diri binatang ternak, maka
binatang ternak pun mendengar adzab kubur dan mengetahuinya. Sebagaimana bagal
(peranakan kuda dengan keledai, pen.) milik Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang berjalan miring dan hampir-hampir melemparkan barang-barang bawaannya
ketika melewati orang yang sedang diadzab di kuburnya.” [Ar-Ruuh, 1/66
(Maktabah Syamilah)]
3. Dicabik-cabik oleh
ular-ular yang besar dan ganas
Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda:
فَإِذَا أَنَا بِنِسَاءٍ تَنْهَشُ ثَدْيَهُنَّ الْحَيَّاتُ، فَقُلْتُ: مَا
بَالُ هَؤُلَاءِ؟ فَقَالَ: اللَّوَاتِي يَمْنَعْنَ أَوْلَادَهُنَّ أَلْبَانَهُنَّ
Tiba-tiba, aku melihat
para wanita yang payudara-payudara mereka dicabik-cabik oleh ular yang ganas.
Aku bertanya, “Ada apa dengan mereka?”
Malaikat menjawab,
“Mereka adalah para wanita yang tidak mau menyusui anak-anaknya (tanpa alasan
dibenarkan oleh syariat).” (HR. al-Hakim; Syaikh Muqbil rahimahullah dalam
al-Jami’ush Shahih berkata bahwa ini adalah hadits sahih dari Abu Umamah
al-Bahili radhiallahu anhu)
4. Disiksa Di Sungai
Darah; Apabila Dia Hendak Keluar Dari Sungai Itu, Dilempari Batu Pada Mulutnya.
Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam berkata kepada Jibril dan Mikail alaihimas salam,
فَأَخْبِرَانِي عَمَّا رَأَيْتُ. قَالَا: نَعَمْ، أَمَّا الَّذِي رَأَيْتَهُ
يُشَقُّ شِدْقُهُ فَكَذَّابٌ يُحَدِّثُ بِالْكَذْبَةِ فَتُحْمَلُ عَنْهُ حَتَّى
تَبْلُغَ الْآفَاقَ فَيُصْنَعُ بِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَالَّذِي
رَأَيْتَهُ يُشْدَخُ رَأْسُهُ فَرَجُلٌ عَلَّمَهُ اللهُ الْقُرْآنَ فَنَامَ عَنْهُ
بِاللَّيْلِ وَلَمْ يَعْمَلْ فِيهِ بِالنَّهَارِ يُفْعَلُ بِهِ إِلَى يَوْمِ
الْقِيَامَةِ، وَالَّذِي رَأَيْتَهُ فِي الثَّقْبِ فَهُمُ الزُّنَاةُ، وَالَّذِي
رَأَيْتَهُ فِي النَّهْرِ آكِلُوا الرِّبَا
“Beritahukanlah kepadaku
tentang apa yang aku lihat.”
JIbril dan Mikail
menjawab, “Ya. Adapun orang yang engkau lihat dirobek mulutnya, dia adalah
pendusta. Dia berbicara dengan kedustaan lalu kedustaan itu dinukil darinya
sampai tersebar luas. Dia pun disiksa dengan siksaan tersebut hingga hari
kiamat.
Adapun orang yang engkau
lihat dipecah kepalanya, dia adalah orang yang telah Allah ajari Al-Qur’an,
tetapi dia tidur malam (dan tidak bangun untuk shalat malam). Pada siang hari
pun dia tidak mengamalkannya. Dia pun disiksa dengan siksaan tersebut hingga
hari kiamat.
Adapun orang yang engkau
lihat disiksa dalam tanur (Suatu tempat yang digunakan untuk memanaskan atau
membakar - Oven) mereka adalah pezina.
Adapun orang yang engkau
lihat di sungai darah, dia adalah orang yang memakan harta dari hasil riba.”
(HR. al-Bukhari no. 1386 dari Jundub bin Samurah radhiallahu anhu).
5. Adzab Kubur bagi orang
yang suka namimah dan Tidak menjaga kebersihan air kencingnya
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ – رضى الله
عنهما – عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – أَنَّهُ مَرَّ بِقَبْرَيْنِ
يُعَذَّبَانِ فَقَالَ إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِى كَبِيرٍ
أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنَ الْبَوْلِ، وَأَمَّا الآخَرُ
فَكَانَ يَمْشِى بِالنَّمِيمَةِ. ثُمَّ أَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا
بِنِصْفَيْنِ، ثُمَّ غَرَزَ فِى كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً. فَقَالُوا يَا رَسُولَ
اللَّهِ، لِمَ صَنَعْتَ هَذَا فَقَالَ لَعَلَّهُ أَنْ يُخَفَّفَ عَنْهُمَا مَا
لَمْ يَيْبَسَا
Dari Ibnu Abbas dari Nabi Saw bahwasanya
beliau melewati dua buah kubur yang penghuninya sedang diadzab. Beliau
bersabda: “Kedua penghuni kubur ini sungguh sedang diadzab dalam kuburnya. Dan mereka tidak di adzab
melainkan karena perkara yang besar. Adapun seorang / salahsatu di antara
mereka berdua tidaklah menjaga diri dari percikan atau tidak bersuci dari air kencingnya.
Sedang yang satunya, adalah seorang yang suka mengadu domba (menebar
permusuhan) di kalangan manusia. (HR.
Bukhari dan Muslim)
6. Disempitkan alam
kuburnya, sampai tulang-tulang rusuknya saling bersilangan, dan didatangi teman
yang buruk wajahnya dan busuk baunya.
Dalam hadits al-Bara bin
Azib radhiallahu anhu yang panjang, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
menceritakan tentang orang kafir setelah mati,
فَأَفْرِشُوهُ مِنَ النَّارِ وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا مِنَ النَّارِ؛
فَيَأْتِيهِ مِنْ حَرِّهَا وَسُمُومِهَا وَيَضِيقُ عَلَيْهِ قَبْرُهُ حَتَّى
تَخْتَلِفَ فِيهِ أَضْلاَعُهُ وَيَأْتِيهِ رَجُلٌ قَبِيحُ الْوَجْهِ قَبِيحُ
الثِّيَابِ مُنْتِنُ الرِّيحِ فَيَقُولُ: أَبْشِرْ بِالَّذِي يَسُوؤُكَ، هَذَا
يَوْمُكَ الَّذِي كُنْتَ تُوعَدُ. فَيَقُولُ: مَنْ أَنْتَ، فَوَجْهُكَ الْوَجْهُ
الَّذِي يَجِيءُ بِالشَّرِّ. فَيَقُولُ: أَنَا عَمَلُكَ الْخَبِيثُ. فَيَقُولُ:
رَبِّ لَا تُقِمِ السَّاعَةَ
“Gelarkanlah untuknya
alas tidur dari api neraka. Bukakanlah untuknya sebuah pintu ke neraka.”
Panas dan uap panas
neraka pun mengenainya. Lalu disempitkan kuburnya sampai tulang-tulang rusuknya
berimpitan. Kemudian datanglah kepadanya seseorang yang jelek wajahnya, jelek
pakaiannya, dan busuk baunya. Orang itu berkata, “Bergembiralah engkau dengan
perkara yang akan menyiksamu. Inilah hari yang dahulu engkau dijanjikan
dengannya (di dunia).”
Dia bertanya, “Siapakah
engkau? Wajahmu adalah wajah yang datang dengan kejelekan.”
Orang itu menjawab, “Aku
adalah amalanmu yang jelek.”
Dia pun berkata, “Wahai
Rabbku, jangan Engkau datangkan hari kiamat.” (HR. Ahmad, an-Nasai, Ibnu Majah,
dan al-Hakim; Syaikh al-Albani menilainya sahih dalam Shahih al-Jami’
ash-Shaghir no. 1676)
Diantara Sebab terbesar
Seorang Hamba Mendapat Adzab di Alam Kuburnya:
a. Kekafiran dan
Kesyirikan
Allah ta’ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ
جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُوْلَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ
“Sesungguhnya orang-orang
yang kafir dari kalangan ahli kitab dan orang-orang musyrik berada di dalam
neraka Jahannam dan kekal di dalamnya, mereka itulah sejelek-jelek ciptaan.” (QS. Al Bayyinah: 6)
Allah
ta’ala berfirman:
إِنَّهُ مَن
يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّهُ عَلَيهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ
وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ
“Sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukan
Allah maka sesungguhnya Allah telah mengharamkan surga baginya dan tempat
kembalinya adalah neraka, dan tiada seorang penolongpun bagi orang-orang zhalim
tersebut.” (QS. Al Maa’idah: 72)
Ayat tersebut membicarakan tentang suatu
perbuatan yang dapat menyebabkan seseorang ke dalam neraka. Namun perlu kita ketahui
bahwa ada suatu kaidah yang tersirat dalam sebuah hadist:
إِنَّ الْقَبْرَ
أَوَّلُ مَنْزِلٍ مِنْ مَنَازِلِ الْآخِرَةِ
Sesungguhnya Alam Kubur
merupakan tempat pertama yang menentukan bagaimana tempat berikutnya di alam
akhirat.
Sehingga setiap suatu
perbuatan yang dapat menyebabkan seseorang terjerumus kedalam Siksa Neraka maka
perbuatan tersebut juga menjadi sebab seseorang mendapatkan siksa atau Adzab di
Alam Kuburnya.
b. Kemunafikan
Perlu diketahui Munafik
yang dimaksud disini adalah Nifaq Akbar atau munafik I’tiqodi. Sehingga munafik
yang dimaksud disini adalah tatkala seseorang idzhaarul iiman wa ikhfaaul Kufr.
Allah berfirman:
وَمِمَّنۡ
حَوۡلَــكُمۡ مِّنَ الۡاَعۡرَابِ مُنٰفِقُوۡنَ وَمِنۡ اَهۡلِ الۡمَدِيۡنَةِ مَرَدُوۡا
عَلَى النِّفَاقِ لَا تَعۡلَمُهُمۡ ؕ
نَحۡنُ نَـعۡلَمُهُمۡ سَنُعَذِّبُهُمۡ مَّرَّتَيۡنِ ثُمَّ يُرَدُّوۡنَ اِلٰى
عَذَابٍ عَظِيۡمٍ
Dan di antara orang-orang
Arab Badui yang (tinggal) di sekitarmu, ada orang-orang munafik. Dan di antara
penduduk Madinah (ada juga orang-orang munafik), mereka keterlaluan dalam
kemunafikannya. Engkau (Muhammad) tidak mengetahui mereka, tetapi Kami
mengetahuinya. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali, kemudian mereka akan
dikembalikan kepada azab yang besar. (QS. Attaubah: 101)
c. Tidak Menjaga diri
Dari Percikan atau Tidak membersihkan diri dari Air kencingnya
Hadist telah disebutkan
sebelumnya.
Oleh sebab itu Rasulullah
memerintahkan untuk membersihkan diri dari Air kencing
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ –
صلى الله عليه وسلم – – اِسْتَنْزِهُوا مِنْ اَلْبَوْلِ, فَإِنَّ عَامَّةَ عَذَابِ اَلْقَبْرِ مِنْهُ – رَوَاهُ
اَلدَّارَقُطْنِيّ
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Bersihkanlah diri dari kencing. Karena kebanyakan siksa kubur
berasal dari bekas kencing tersebut.” Diriwayatkan oleh Ad Daruquthni.
d. Ghibah
Dari Anas bin Malik
radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لمَّا عُرِجَ بي مَرَرْتُ بِقومٍ لهُمْ أَظْفَارٌ من نُحاسٍ، يَخْمُشُونَ
وُجُوهَهُمْ وصُدُورَهُمْ،
“Ketika aku dinaikkan ke
langit (mi’raj), aku melewati suatu kaum yang memiliki kuku-kuku dari tembaga.
Mereka mencakar wajah dan dada mereka.
فقُلْتُ: مَنْ هؤلاءِ يا جبريلُ؟
Lalu aku (Muhammad) bertanya, ‘Siapakah mereka wahai
Jibril?’
قال: هؤلاءِ الذينَ يأكلونَ لُحُومَ الناسِ،
Kemudian Jibril berkata,
‘Mereka adalah orang-orang yang memakan daging-daging manusia (yaitu suka
mengghibah orang lain)
ويَقَعُونَ في أَعْرَاضِهِمْ
Dan mereka mencela
kehormatan-kehormatan manusia’.” (Shahih at-Targhib No. 2839)
e. Niyahah
Abu Malik
Al-Asy’ari Radhiyallahu anhu. berkata, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
«النَّائِحَةُ
إِذَا لَمْ تَتُبْ قَبْلَ مَوْتِهَا، تُقَامُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَعَلَيْهَا
سِرْبَالٌ مِنْ قَطِرَانٍ، وَدِرْعٌ مِنْ جَرَبٍ»
“Wanita yang melakukan
niyâhah apabila tidak bertaubat sebelum meninggalnya, maka kelak di hari kiamat
dia akan dibangkitkan dengan memakai pakaian dari tembaga dan pakaian dari
kudis.” (HR. Muslim no. 934)
Dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma, dari Nabi shallallahu
alaihi wa sallam, beliau bersabda:
إِنَّ الْمَيِّتَ يُعَذَّبُ بِبُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ
“Sesungguhnya, mayit itu
akan diazab karena ratapan keluarganya.” (Muttafaqun ‘alaih)
Dalam riwayat lain dalam Shahih Muslim:
الْمَيِّتُ يُعَذَّبُ فِي قَبْرِهِ بِمَا نِيحَ عَلَيْهِ
“Mayit itu akan diazab di
kuburnya dengan sebab ratapan atasnya.”
Jumhur ulama berpendapat,
hadits ini dipahami bahwa mayit yang ditimpa azab karena ratapan keluarganya
adalah orang yang berwasiat supaya diratapi, atau dia tidak berwasiat untuk
tidak diratapi padahal dia tahu bahwa kebiasaan mereka adalah meratapi orang
mati. Oleh karena itu, Abdullah ibnul Mubarak rahimahullah berkata, “Apabila
dia telah melarang mereka (keluarganya) meratapi ketika dia hidup, tetapi
mereka tetap melakukannya setelah kematiannya, dia tidak akan ditimpa azab
sedikit pun.” (‘Umdatul Qari, 4/78)
Azab di sini menurut
mereka maknanya adalah hukuman. (Ahkamul Jana’iz, hlm. 41)
Posting Komentar untuk "Bentuk-Bentuk Adzab Di Alam Kubur dan Sebab-sebabnya"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.