Wajibkah Memenuhi Undangan Walimah Pernikahan?
Tanya: Saya sering diundang
teman atau karib kerabat pada walimah (resepsi) pernikahan. Saya tahu,
bahwasannya menghadiri undangan walimah itu wajib. Akan tetapi saya sering ragu
untuk datang karena di dalam walimah tersebut ada hal-hal yang tidak saya
sukai. Apa nasihat Anda mengenai hal ini?
Jawab: Betul apa yang Saudara
katakan bahwasannya wajib hukumnya untuk menghadiri undangan walimah. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
telah bersabda:
فكوا العاني،
وأجيبوا الداعي، وعودوا المريض
“Bebaskanlah tawanan,
penuhilah undangan, dan jenguklah orang sakit.” (Diriwayatkan
oleh Al-Bukhari no. 5174, Ahmad 4/394 & 406, Abu Dawud no. 3105, Ad-Darimi
no. 2508, dan ‘Abd bin Humaid no. 553; dari hadits Abu Musa Al-Asy’ary
radliyallaahu ‘anhu).
إذا دعا أحدكم
أخاه فليجب، عرسا كان أو نحوه
“Bila salah seorang diantara kalian diundang (untuk menghadiri walimah), maka hendaklah memenuhi undangan tersebut, baik acara pernikahan atau acara lainnya” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 5173, Muslim no. 1429, Ahmad 2/146, Abu Dawud no. 3738, dan Al-Baihaqi 7/262; dari Ibnu ‘Umar radliyallaahu ‘anhuma)
Bahkan, orang yang sedang berpuasa pun tetap
wajib memenuhi undangan walimah tersebut, sebagaimana sabda Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam:
إذا دعي أحدكم
إلى طعام فليجب، فإن كان مفطراً فليطعم، وإن كان صائماً فليصل. يعني: الدعاء
“Bila salah seorang
diantara kalian diundang untuk menghadiri jamuan makan, hendaklah ia memenuhi
undangan tersebut. Jika tidak sedang berpuasa hendaklah ia ikut makan. Dan jika
sedang berpuasa hendaklah ia ikut mendoakan” (Diriwayatkan oleh Muslim no.
1431, Ahmad 2/507, Al-Baghawiy no. 1816, dan Al-Baihaqi 7/263; dari Abu
Hurairah radliyallaahu ‘anhu).
Dan orang yang berpuasa
itu boleh untuk berbuka (jika ia melakukan puasa sunnah), sebagaimana sabda
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam:
إذا دعي أحدكم
إلى طعام فليجب. فإن شاء طعم، وإن شاء ترك
“Bila salah seorang dari
kalian diundang menghadiri jamuan makan, hendaklah memenuhi undangan tersebut.
Bila dia mau, silakan makan. Dan bila tidak mau, biarkan saja (tidak dimakan).”
(Diriwayatkan oleh Muslim no. 1430, Ahmad 3/392, Abu Dawud no. 3740, Ibnu Majah
no. 1751, ’Abd bin Humaid no. 1064, dan Ath-Thahawi dalam Musykilul-Atsar
4/148; dari Jaabir bin ’Abdillah radliyallaahu ’anhu)
Hadits-hadits yang
disebutkan di atas merupakan penekanan tentang wajibnya memenuhi undangan
walimah. Akan tetapi kewajiban itu bisa gugur apabila acara walimah mengandung
kemaksiatan atau diduga kuat mengandung kemaksiatan (kepada Allah ta’ala).
Dari Ali radliyallaahu
’anhu ia berkata:
صنعت طعاماً فدعوت
رسول الله صلى الله عليه وسلم، فجاء فرأى في البيت تصاوير، فرجع (قال: فقلت: يا
رسول الله! ما أرجعك بأبي أنت وأمي؟ قال: إن في البيت ستراً فيه تصاوير، وإن
الملائكة لا تدخل بيتاً فيه تصاوير)
“Suatu ketika saya membuat makanan, kemudian
saya undang Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam. Ketika beliau datang,
beliau melihat gambar-gambar (makhluk hidup) di rumah saya. Beliau pulang. (Saya
bertanya: Wahai Rasulullah, ayah dan ibuku menjadi tebusan, apa yang membuatmu
pulang?”. Beliau menjawab: “Di dalam rumahmu ada tabir yang bergambar. Sesungguhnya malaikat
tidak mau masuk ke dalam rumah yang di dalamnya ada gambar-gambar”). (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah no. 3359,
An-Nasa’iy 8/213, dan Abu Ya’la no. 436 & 521 dengan sanad shahih)
Rasulullah shallallaahu ’alaihi wa sallam
bersabda:
من كان يؤمن
بالله واليوم الآخر؛ فلا يقعدن على مائدة يدار عليها بالخمر
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan
hari akhir, maka janganlah duduk mengitari meja makan yang di situ dihidangkan
khamr/minuman keras” (Diriwayatkan oleh Ahmad 1/20, Abu Ya’laa no. 251,
Al-Baihaqiy 7/266, dan At-Tirmidzi no. 2801; dari ’Umar bin Khaththab
radliyallaahu ’anhu - shahih. Lihat Irwaaul-Ghalil 7/6-8 no. 1949)
عن أبي مسعود -
عقبة بن عمرو- أن رجلاً صنع له طعاماً، فدعاه، فقال: أفي البيت صورة؟ قال: نعم،
فأبى أن يدخل حتى كسر الصورة ثم دخل
Dari Abu Mas’ud, yaitu ’Uqbah bin ’Amir,
diriwayatkan bahwa pernah ada seseorang membuat makanan untuknya. Lalu dia
mengundang Abu Mas’ud untuk makan. Abu Mas’ud bertanya kepadanya, “Apakah di
dalam rumahmu ada gambar-gambar (makhluk hidup)?”. Orang tersebut menjawab, “Ada”.
Abu Mas’ud tidak
mau masuk sebelum gambar tersebut dirobek. Setelah gambar tersebut dirobek
barulah dia mau masuk.” (HR. Al-Baihaqi dengan sanad shahih sebagaimana disebutkan
Al-Hafidh Ibnu Hajar rahimahullah dalam Fathul-Bari 9/204)
Al-Imam Al-Auza’i
rahimahullah berkata:
لا ندخل وليمة
فيها طبل ولا معزاف
“Kami tidak mau mendatangi acara walimah yang
di situ ada tambur dan mi’zaf (semacam gitar)” (Diriwayatkan oleh Abul-Hasan
Al-Harbi dalam Al-Fawaaid Al-Muntaqaah 4/3/1 dengan sanad shahih, sebagaimana
dalam Aadaabuz-Zifaaf oleh Asy-Syaikh Al-Albaniy rahimahullah hal. 165-166;
Daarus-Salaam, Cet. Thn. 1423 H).
Kesimpulan: Menghadiri undangan
walimah pada asalnya adalah wajib. Akan tetapi kewajiban ini gugur bila di
dalam walimah itu terdapat kemunkaran-kemunkaran seperti: dipasang
gambar-gambar makhluk bernyawa, ditabuh alat-alat musik serta nyanyian yang
tidak syar’i, ikhtilath (bercampur-baurnya antara undangan laki-laki dan
wanita), disuguhkan makanan yang haram, dan lain-lain. Allaahu a’lam.
Oleh: Abul Jauzaa’ Dony Arif Wibowo
Posting Komentar untuk "Wajibkah Memenuhi Undangan Walimah Pernikahan?"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.