Sifat Qana'ah Dapat Membuat Engkau Dan Raja Dunia Sama - Khutbah Jum'at
Khutbah
Pertama
اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا
وَيَرْضَاهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
فِي الآخِرَةِ وَالأُوْلَى، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللَّهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.
عِبَادَ اللهِ،
أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ
وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ
اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا
زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ
الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ
رَقِيبًا
أَمَّا بَعْدُ:
فَأِنّ أَصْدَقَ
الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىِ مُحَمّدٍ صَلّى الله
عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ مُخَالَفَةٌ
لِلسُّنَّةِ، وَكُلَّ مُخَالَفَةٍ لِلسُّنَّةِ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةٍ فِي
النّارِ.
Ma’asyirol Muslimin Jamaah Sholat Jum’ah Rahimani wa
rahimakumullah…
Alhamdulillah, segala puji syukur hanyalah milik Allah
Rabb semesta alam.
Berkat nikmat-Nya, rahmat-Nya, dan kuasa-Nya, serta
pertolongan dari-Nya, pada siang hari ini kita dimudahkan dan dianugerahi
kemampuan untuk melaksanakan salah satu kewajiban kita sebagai seorang muslim
wal mu’min yaitu menunaikan sholat jum’at secara berjama’ah.
Shalawat beriring salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada suri teladan kita, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, begitu
pula untuk keluarga beliau, para sahabat beliau radhiyallahu anhum, para
tabi’in, tabi’ut tabi’in, dan orang-orang yang selalu menjaga kemurnian Islam
dan Imannya hingga yaumil qiyaamah.
Ma’asyirol Muslimin Jamaah Sholat Jum’ah Rahimani wa
rahimakumullah…
Setiap insan didunia
ini semuanya pasti menginginkan kebahagiaan, baik itu kebahagiaan hidup didunia
maupun kebahagiaan setelah kematiannya. Banyak yang mengira bahwa kebahagiaan
itu didapatkan dari banyaknya harta, ada juga yang mengira kebahagiaan
didapatkan dari rumah yang megah, kendaraan yang mewah, perhiasan yang banyak,
bahkan ada juga yang mengira bahwa kebahagiaan ketika memiliki istri yang
banyak dan anak keturunan yang banyak. Semua itu memang merupakan salah satu
sebab kebahagaiaan. Namun kebahagiaan yang sebenarnya adalah terletak pada hati
seorang hamba yang memiliki sifat Qanaah. Apa yang dimaksud dengan qanaah,
Qanaah yaitu seseorang menerima dengan lapang dada dan hati yang bersih atas
apa yang telah Allah berikan dan anugerahkan kepada dirinya. Tanpa memandang
rezeki dan kemewahan orang lain. Seorang yang memiliki hati dengan sifat qanaah
maka dirinya akan merasa puas dengan apa yang Allah anugerahkan kepadanya. Maka barangsiapa yang
memiliki sifat qanaah, maka dia adalah orang yang paling berbahagia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
مَنْ عَمِلَ
صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَوٰةً
طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal sholeh,
baik itu laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya
akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri
balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.” (Quran An-Nahl: 97)
Banyak ahli tafsir mengartikan hayatan
thayyibah (kehidupan yang baik) adalah Ketika seorang hamba memiliki sifat
qanaah. Sebagaimana diriwayatkan dari pendapat Ali bin Abu Thalib, Abdullah bin
Abbas, radhiallahu ‘anhum. Kemudian pendapat para tabi’in semisal Hasan
al-Bashri, Muhammad bin Ka’ab al-Qurazhi, Wahb bin al-Munabbih. Mereka mengatakan hayatan
thayyibah yang Allah janjikan bagi orang-orang yang beriman adalah sifat
qanaah. Imam Hasan al-Bashri Rahimahullah menafsirkan
ayat tersebut:
لَنَرْزُقَنَّهُ
قَنَاعَةً يَجِدُ لَذَّتَهَا فِي قَلْبِهِ
“(Siapa yang beriman) akan Allah anugerahkan kepadanya Sifat qanaah. Dia merasakan kelezatan nikmat di dalam hatinya.”
Ma’asyirol Muslimin Jamaah Sholat Jum’ah Rahimani wa
rahimakumullah…
Inilah sifat qanaah.
Menerima dengan apa yang Allah anugerahkan. Jika sifat qanaah meresap dalam
hati seseorang, maka otomatis dia Bahagia. Dan ketika sifat qanaah ini dicabut,
ia akan menjadi seorang yang sengsara. Karena dia tidak akan pernah merasa
puas, meskipun Allah telah memberikan kepadanya anugerah yang begitu banyak.
Inilah pendapat yang juga
dipilih oleh Imam ath-Thabari dalam tafsirnya. Hayatan thayyibah adalah qanaah.
Mengapa? Ketika kita melihat orang-orang yang beriman, di antara mereka ada
yang diberikan harta yang banyak. Ada yang mendapat harta yang sedikit. Ada
yang sedang dan ada yang susah. Namun ada satu hal yang mereka sepakat di
dalamnya, yaitu sama-sama qanaah. Baik dia kaya, sedang, atau miskin, mereka
semua qanaah.
Karena itu, jangan
menyangka bahwa kehidupan yang baik itu artinya banyaknya harta. Banyak harta
tidak menjamin seseorang menjadi Bahagia. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
ﻟَﻴْﺲَ اﻟﻐﻨﻰ
ﻋَﻦْ ﻛَﺜْﺮَﺓِ اﻟﻌَﺮَﺽِ، ﻭَﻟَﻜِﻦَّ اﻟﻐِﻨَﻰ ﻏِﻨَﻰ اﻟﻨَّﻔْﺲِ
“Hakikat kaya bukan dari
banyaknya harta. Namun kekayaan hati.” (HR. al-Bukhari)
Ketika seseorang qanaah,
apapun kondisinya dia akan bahagia. Seandainya seseorang memiliki harta yang
banyak tidak memiliki sifat qanaah, maka dia tidak akan bahagia. Lihatlah
orang-orang kaya yang tidak dianugerahi dengan qanaah, mereka hidup dalam
kesengsaraan. Terkadang di hadapan mereka ada makanan yang terlezat, ada tempat
tidur yang paling nyaman, namun mereka sulit untuk makan dan sulit untuk tidur.
Pikiran mereka selalu mengikuti perkembangan dunia. Apa yang tengah terjadi. Si
fulan sudah sampai tahap apa. Selalu tidak pernah puas.
Terkadang kita bertemu
dengan orang kaya, lalu dia bercerita. Dia akan menyampaikan tentang kesulitan
kehidupan dunia. Berbicara tentang kondisi perusahaannya yang repot.
Keuangannya yang sulit. Tentang masalah ini dan itu. Banyak dia ceritakan.
Karena dia orang kaya. Seakan dia sedang sengsara, padahal dia kaya raya. Kita
akan melihat bagaimana kesulitan yang terkumpul di dalam kepalanya.
Sebaliknya, terkadang
kita bertemu dengan seorang yang miskin. Rumahnya sederhana. Motornya butut.
Tapi kalau kita bertanya dia senantiasa mengatakan, “Alhamdulillah..
alhamdulillah.. alhamdulillah..” Mulai dia menceritakan baru punya ini. Baru
pergi dari sana. Padahal dia miskin. Kalau kita mendengar ceritanya seakan-akan
dia memiliki segalanya. Dia Raja yang tinggal di istana. Imam asy-Syafi’i
rahimahullah mengatakan,
إذَا مَا كُنْتَ
ذَا قَلْبٍ قَنُوْعٍ ** فَأَنْتَ وَمَالِكُ الدُّنْيَا سَوَاءُ
“Manakala sifat Qanâ’ah
senantiasa ada pada dirimu ** Maka antara engkau dan raja dunia, sama saja.”
Mengapa? Karena kalau
seseorang qanaah, dia sudah puas. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam
Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قَدْ أَفْلَحَ
مَن أَسْلَمَ، وَرُزِقَ كَفَافًا، وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بما آتَاهُ.
“Sungguh beruntung
seseorang yang memeluk Islam. Lalu ia diberi rezeki yang tidak berlebihan. Dan
dia menerima dengan apa yang Allah anugerahkan kepadanya.” (HR. Muslim)
Barangsiapa yang telah
meraih sifat qanaah. Ia akan merasakan banyak kelezatana. Di antaranya:
Pertama: dia akan
Bahagia. Hatinya menjadi tentram. Apa yang Allah berikan kepadanya dia syukuri.
Kedua: dia tidak akan
hasad. Dia lihat orang lain punya kekayaan, dia santai tidak terpengaruh.
Ketika ada seseorang yang cerita kepadanya, “Si Fulan, sudah punya ini dan
itu.” Dia komentari, “Alhamdulillah, semoga dia menjadi seorang yang
bersyukur.” Dia doakan. Tidak ada hasad. Tidk ada jengkel. Mengapa? Dia qanaah.
Dia tidak sibuk
memperhatikan kondisi orang lain sudah sampai tahap mana. Dia santai. Focus
dengan dirinya. Dia Bahagia. Dia qanaah. Dia memperoleh kebahagiaan yang di
harapkan.
Ketiga: dia ridha dengan
apa yang Allah berikan kepadanya. Apa yang Allah berikan kepadanya dia ridha.
Dan dengan apa yang Allah berikan kepada orang lain pun dia ridha dengan
pembagian tersebut. Inilah qanaah.
Syarat untuk mendapatkan
qanaah ini, seseorang harus beriman dan beramal shaleh. Barulah Allah akan memberikan sifat qanaah ke
dalam dirinya.
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا،
وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ؛ فَإِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ
الرَّحِيمُ.
Khutbah Kedua:
الْحَمْدُ للهِ عَلَى
إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيقِهِ وَامْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ
أَلاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ تَعْظِيمًا لِشَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إِلَى رِضْوانِهِ، صَلَّى اللهُ
عَليْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأَعْوَانِهِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا
كَثِيرًا..
أَمَّا بَعْدُ:
أَيُّهَا الْمُسْلِمُونَ اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى:
Ma’asyiral muslimin sidang shalat Jumat yang
dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,
Setelah kita mengetahui
keutamaan qanaah dan terpujinya sifat tersebut. Lantas bagaimana cara meraih
sifat qanaah?
Pertama: Qanaah diraih dengan
beriman dan beramal shaleh.
Sebagaiman firman Allah
yang mempersyaratkan demikian,
مَنْ عَمِلَ
صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً
طَيِّبَةً
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik
laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya qanaah.” (Quran An-Nahl: 97)
Kedua:
Dia berusaha menghitung-hitung nikmat Allah yang ada pada dirinya meskipun itu
mustahil dihitung dengan jumlah.
Nikmat Allah yang dia
kecap sangatlah banyak. Nikmat kesehatan, nikmat keluarga, nikmat anak-anak,
nikmat keluarga, nikmat pergi ke masjid, nikmat bisa beribadah, dll. banyak
kenikmatan yang dia rasakan. Sebagaimana
yang Allah sampaikan,
وَإِن
تَعُدُّوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ لَا تُحْصُوهَآ إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
“Dan jika kamu menghitung
nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu,
sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (Quran Ibrahim: 34)
Bahkan bisa kita katakan,
seandainya penduduk dunia semuanya berkumpul untuk menghitung nikmat Allah yang
ada pada diri kita, mereka tidak akan mampu. Karena nikmat Allah tidak ada
penghujungnya. Kalian tidak akan mampu menghitung-hitungnya.
Jangan kita menjadi
seseorang yang hanya ingat dengan musibah namun lupa dengan nikmat-nikmat
Allah.
إِنَّ
ٱلْإِنسَٰنَ لِرَبِّهِۦ لَكَنُودٌ
“Sesungguhnya manusia itu
sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya.” (QS. Al-’Aadiyat: 6)
Imam Hasan al-Bashri
tatkala menafsirkan ayat ini beliau berkata,
يَذْكُرُ
المَصَائِبَ وَيَنْسَى النِعَمَ
“Manusia banyak
mengingat-ingat musibah dan melupakan nikmat-nikmat.”
Ketiga: Selalu melihat ke bawah
dalam urusan dunia.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
انْظُرُوا إِلَى
مَنْ هُوَ أسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ؛ فَهُوَ
أجْدَرُ أنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ الله عَلَيْكُمْ
“Lihatlah siapa yang
berada di bawah kalian, dan jangan melihat orang yang berada di atas kalian.
Sebab yang demikian lebih patut agar kalian tidak memandang remeh nikmat Allah
atas kalian.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Betapapun kondisi kita,
pasti ada yang lebih para dari kita. seandainya seseorang hanya bisa melihat
dengan satu mata, ketahuilah ada orang yang buta. Seandainya ada seseorang yang
masih ngontrak rumah, maka ada orang yang tidak jelas tinggal dimana. Bahkan
ada orang tinggal di pengungsian. Kalau kita hanya berjalan kaki karena tidak
memiliki kendaraan, maka ada orang yang tidak mampu untuk berjalan. Karena tak
memiliki kaki. Dan masih banyak lagi ketika kita melihat ke bawah.
Kalau seandainya
seseorang yang penghasilannya kecil, masih banyak orang yang penghasilannya
lebih kecil bahkan tidak memiliki penghasilan. Dengan senantiasa melihat ke
bawah, kita akan memiliki sifat qanaah dan senantiasa bersyukur kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
Keempat: hal lainnya yang membantu
kita untuk qanaah adalah meyadari bahwa dunia ini hanyalah sementara. Bukan
tempat tinggal selama-lamanya.
Apa yang akan kita kejar
di dunia ini? Itu semua akan kita tinggalkan selama-lamanya. Lihatlah sebagian
orang, tatkala mereka sudah berhasil mengumpulkan harta yang sangat banyak
kemudian dia tinggalkan. Dia letih mengumpulkan harta. Namun perhatikan, kita
tidak dilarang mencari harta, tapi yang jadi pembahasan kita adalah kita
qanaah. Berapapun kita dapatkan kita merasa puas dengan pembagian Allah. Dialah
yang lebih mengetahui apa yang terbaik untuk kemaslahatan kita.
Bisa jadi tatkala kita
diberikan harta yang banyak kita akan lupa diri, kita akan sombong. Dan itu
menyebabkan kita masuk ke dalam neraka. Bisa jadi kita bermaksiat, karena
memiliki harta yang banyak. Kita terima apa yang takdirkan dan anugerahkan
kepada kita.
Kelima: menyadari bahwasanya
balasan yang sesungguhnya adalah di surga bukan di dunia.
Balasan yang sesungguhnya
diberikan Allah kepada orang-orang yang beriman adalah nanti di surga di
akhirat kelak. Itulah balasan yang sesungguhnya. Bergaullah dengan orang-orang
yang qanaah. Jangan bergaul dengan orang-orang yang selalu bercerita tentang
dunia. Tentang tas brandit. Jam brandit. Tentang mobil mewah. Pembicaraan
selalu tentang dunia.
Hati kita lemah, tatkala
kita selalu berbicara dengan orang yang selalu membahas dunia, hati kita akan
terpengaruh. Akhirnya kita tidak pernah bahagia dengan apa yang Allah
anugerahkan kepada kita.
Sebagian orang kaya,
mungkin kita lihat dia kaya raya, tapi betapa banyak bagian yang Allah ambil
dari dirinya. Sebagian orang bisa jadi dia kaya raya, tapi bisa jadi istrinya
tidak taat. Istri kita taat pada kita, misalnya. Bisa jadi anak-anaknya tidak
berbakti sementara anak-anak kita berbakti. Orang hanya melihat dari sisi
dunia. Karena itu, jangan hanya melihat dari sisi apa yang Allah berikan
padanya, tapi juga perhatikan apa yang Allah ambil darinya. Bisa jadi yang
Allah ambil darinya lebih banyak dari apa yang Allah berikan kepadanya.
Seseorang tidak perlu
melirik sana-sini, tapi jadilah orang yang menerima dengan apa yang Allah
berikan kepadanya.
Semoga Allah karuniakan
kepada kita semua dan anak cucu kita hati yang memiliki sifat qanaah.
﴿إِنَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ
عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا
تَسْلِيمًا﴾ (الأحزاب: 56)، وَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ
صَلَّى عَلَيَّ صَلاةً وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا» (رَوَاهُ
مُسْلِم).
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ
حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ
الأَئِمَّةِ المَهْدِيِيْنَ أَبِيْ بَكْرِ الصِّدِّيْقِ، وَعُمَرَ الفَارُوْقِ،
وَعُثْمَانَ ذِيْ النُوْرَيْنِ، وَأَبِي الحَسَنَيْنِ عَلِي، وَارْضَ اللَّهُمَّ
عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ
وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ
وَالْمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ،
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِرْكَ
وَالمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ، وَاحْمِ حَوْزَةَ الدِّيْنِ يَا
رَبَّ العَالَمِيْنَ، اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ
أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ
وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْ
وَلِيَ أَمْرِنَا لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى وَأَعِنْهُ عَلَى البِرِّ وَالتَقْوَى
وَسَدِدْهُ فِي أَقْوَالِهِ وَأَعْمَالِهِ يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ،
اَللَّهُمَّ وَفِّقْ جَمِيْعَ وُلَاةَ أَمْرِ المُسْلِمِيْنَ لِلْعَمَلِ
بِكِتَابِكَ وَاتِّبَاعِ سُنَّةَ نَبِيِّكَ صلى الله عليه وسلم، وَاجْعَلْهُمْ
رَأْفَةً عَلَى عِبَادِكَ المُؤْمِنِيْنَ
عِبَادَ اللهِ: اُذْكُرُوْا اللهَ
يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ
أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
Posting Komentar untuk "Sifat Qana'ah Dapat Membuat Engkau Dan Raja Dunia Sama - Khutbah Jum'at"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.