Siapakah yang paling berhak untuk memandikan Jenazah Wanita?
Pertanyaan: Siapakah yang paling
berhak untuk memandikan jenazah wanita?
Jawab:
Jika wanita tersebut
telah menikah, maka suaminyalah yang paling berhak memandikannya berdasar dalil:
رَجَعَ إِلَيَّ
رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْم مِنْ جَنَازَةِ
بِاْلبَقِيْع، وَأَنَا أَجِدُ صُدَاعا فِيْ رَأْسِيْ، وَأَنَا أَقُوْلُ:
وَارَأْسَاهُ فَقَالَ: بَل اَنَا وَارَأْسَاهُ مَا ضَرَّكِ لَوْمِتَّ قَبْلِيْ
فَغَسَلْتُكِ، وَكَفَّنْتُكِ، ثمَّ صَلَّيْتُ عَلَيْكِ وَدَفَنْتُكِ
Dari ‘Aisyah radliyallaahu ‘anhaa ia berkata, “Pada
suatu hari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pulang ke rumahku setelah
mengantar jenazah ke pekuburan Baqi’. Saat itu aku merasa kepalaku sakit sekali sehingga aku
berkata: ‘Oh, betapa sakitnya kepala ini !’. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam berkata,‘Tidak masalah, karena seandainya engkau meninggal lebih
dahulu dariku, maka aku sendiri yang akan memandikanmu, mengkafanimu,
menshalatimu, dan mengkuburkanmu” (HR. Ahmad
no. 25950, Ad-Daarimi no. 80, Ibnu Majah no. 1465, dan yang lainnya; shahih
lighairihi).
Jika ia belum bersuami,
maka hendaknya ia dimandikan oleh sesama wanita. Seorang wanita dewasa/baligh
tidaklah dimandikan oleh laki-laki, termasuk bapaknya (atau saudara
laki-lakinya). Bapak tidaklah memandikan putrinya jikalau keluarga wanita atau
wanita-wanita lainnya masih ada. Dalilnya adalah ketika Zainab puteri
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meninggal, beliau tidak memandikannya.
Namun beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan Ummu ‘Athiyyah
radliyallaahu ‘anha untuk memandikannya (HR. Al-Bukhari no. 167, Muslim no.
939, dan yang lainnya).
Seorang ayah hanya boleh
memandikan jenazah puterinya jika ia masih kecil berdasarkan perbuatan Abu
Qilabah (Mushannaf Ibni Abi Syaibah 3/251; shahih). Inilah pendapat yang
dikuatkan oleh Al-Imam Malik dan Al-Imam Asy-Syafi’i.
Orang yang memandikan
jenazah hendaknya adalah seorang yang shaalih/shaalihah lagi dapat menyimpan
amanah untuk menutupi aib si mayit ketika ia memandikannya. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam telah
bersabda:
مَنْ غَسَّلَ
مَيِّتًا فَكَتَمَ عَلَيْهِ غُفِرَ لَهُ أَرْبَعِيْنَ مَرَّة
“Barangsiapa yang
memandikan mayat lalu menyembunyikan aibnya, maka Allah akan mengampuninya
sebanyak empat puluh kali” (HR. Al-Hakim no. 1307 dan Al-Baihaqi 3/395 Bab: Man
Ra-aa syaian minal-mayyiti fakatamahu walam yatahaddats bihi ; dengan sanad
hasan).
Semua penjelasan di atas
ditambah syarat: Mampu untuk memandikannya (sesuai dengan tuntunan agama). Wallaahu
a’lam.
Posting Komentar untuk "Siapakah yang paling berhak untuk memandikan Jenazah Wanita?"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.