Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mencukur Rambut Bayi dan Larangan Tadmiyyah

Daftar Isi

Mencukur Rambut Bayi 1

Larangan Tadmiyyah. 3

 

Mencukur Rambut Bayi

كل غلام رهينة بعقيقته تذبح عنه يوم سابعه ويحلق ويسمى

“Setiap anak tergadai dengan ’aqiqahnya yang disembelih pada hari ketujuh dari kelahirannya, dicukur (rambutnya), dan diberi nama”.[1]

Hadits ini menunjukkan disyari’atkannya mencukur rambut pada hari ketujuh, tepat pada saat hari pelaksanaan ‘aqiqah.

Ash-Shan’aniy berkata:

وفي قوله في حديث سمرة "ويحلق" دليل على شرعية حلق رأس المولود يوم سابعه، وظاهره عام لحلق رأس الغلام والجارية. وحكى المازري كراهة حلق رأس الجارية، وعن بعض الحنابلة تحلق لإطلاق الحديث. وعن بعض الحنابلة تحلق لإطلاق الحديث

“Dalam sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam pada hadits Samurah: ‘wa yuhlaqu’ ; merupakan bukti disyari’atkan mencukur rambut kepala bayi pada hari ketujuh. Dan dhahirnya, hal itu umum mencakup mencukur rambut kepala bayi laki-laki maupun perempuan. Dihikayatkan bahwa Al-Maziriy membenci mencukur rambut kepala bayi perempuan. Dan dari sebagian ulama Hanabilah, disyari’atkan mencukur rambut bayi laki-laki dan perempuan sesuai dengan kemutlakan hadits”.[2]

Pendapat Al-Maziriy patut untuk disisihkan karena tidak ada dalil yang mendukungnya.

Dalam mencukur rambut, maka dilarang untuk melakukan qaza’, sebagaimana hadits ‘Abdullah bin ’Umar radliyallaahu ’anhuma (ia berkata):

أن رسول الله صلى الله عليه وسلم نهى عن القزع

“Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam melarang qaza’ “.[3]

Dalam riwayat Ahmad disebutkan:

أن النبي صلى الله عليه وسلم رأى صبيا قد حلق بعض شعره وترك بعضه فنهى عن ذلك وقال احلقوا كله أو اتركوا كله

“Bahwasannya Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam melihat seorang anak-anak yang dicukur sebagian rambutnya dan dibiarkan sebagian yang lainnya. Maka beliau melarangnya dengan bersabda: “Cukurlah seluruhnya atau biarkan seluruhnya”.[4]

Para ulama berbeda pendapat tentang makna qaza’. Namun dengan melihat seluruh penjelasan yang ada, maka larangan qaza’ ini ada empat macam:

- Mencukur rambut kepala pada bagian-bagian tertentu secara acak.

- Mencukur bagian tengah kepala dan membiarkan kedua belah sisinya.

- Mencukur kedua belah sisi kepala dan membiarkan bagian tengahnya.

- Mencukur bagian depan dan membiarkan bagian belakang.

Disunnahkan bershadaqah perak seberat rambut yang dicukur.

عن علي بن أبي طالب قال: عق رسول الله صلى الله عليه وسلم عن الحسن بشاة وقال يا فاطمة احلقي رأسه وتصدقي بزنة شعره فضة قال فوزنته فكان وزنه درهما أو بعض درهم

Dari ’Ali bin Abi Thalib ia berkata: Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam meng-’aqiqahi Al-Hasan dengan kambing. Beliau berkata: “Wahai Fathimah, cukurlah rambut kepalanya, dan bershadaqahlah perak seberat timbangan rambutnya”. ’Ali berkata: “Maka aku menimbangnya dimana berat rambut tersebut adalah satu dirham atau setengah dirham”.[5]

Larangan Tadmiyyah

Tadmiyyah adalah tradisi masyarakat jahiliyyah yang melumurkan darah hewan ’aqiqah ke kepala si bayi. Ada beberapa hadits yang menyebutkan perintah tadmiyyah, namun hadits-hadits ini jauh sekali dari kata shahih.[6]

Bahkan ada riwayat shahih yang melarang tradisi jahiliyyah ini.

عن عائشة قالت: كانوا في الجاهلية إذا عقوا عن الصبي خضبوا قطنة بدم العقيقة فإذا حلقوا رأس الصبي وضعوها على رأسه فقال النبي صلى الله عليه وسلم: ( اجعلوا مكان الدم خلوقا )

Dari ’Aisyah ia berkata: “Dulu pada masa Jahiliyyah, jika mereka meng-’aqiqahi seorang anak, mereka mencelupkan kapas dengan darah hewan ‘aqiqah dimana ketika mereka mencukur rambut kepala anak tersebut, mereka oleskan pada kepalanya. Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam berkata: “Gantilah darah (yang dioleskan pada kepala anak) dengan khuluuq (wewangian)”.[7]

عن يزيد بن عبد المزني: أن النبي صلى الله عليه وسلم قال يعق عن الغلام ولا يمس رأسه بدم

Dari Yazid bin ’Abd Al-Muzanniy: Bahwasannya Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam pernah bersabda: “Disembelih ’aqiqah untuk anak dan tidak boleh diusap kepalanya dengan darah”.[8]

Asy-Syaukani berkata:

وقد كره الجمهور التدمية واستدلوا عن ذلك بما أخرجه ابن حبان في صحيحه عن عائشة....

“Jumhur ’ulamaa membenci at-tadmiyyah. Mereka berdalil akan hal itu dengan hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Shahih-nya dari ’Aisyah.....”.[9]

Al-Albani berkata:

أضف إلى ما سبق أن تدمية رأس الصبي عادة جاهلية قضى عليها الاسلام

“Tadmiyyah merupakan tradisi orang-orang Jahiliyyah. Lalu tradisi tersebut dihapuskan oleh Islam...”.[10]

Allaahu a’lam.

Oleh: Abul Jauzaa’ Dony Arif Wibowo

 



[1] Telah lewat takhrij-nya.

[2] Subulus-Salam oleh Muhammad bin Isma’il Ash-Shan’aniy 4/135, tahqiq: ‘Ishamuddin Ash-Shabaabathiy dan ‘Imaad As-Sayyid; Daarul-Hadits, Cet. Thn. 1425, Cairo.

[3] Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 5921 dan Muslim no. 2120.

[4] Diriwayatkan oleh Ahmad 2/88; shahih – lihat Silsilah Ash-Shahiihah no. 1123.

[5] Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi no. 1519; hasan. Takhrij selengkapnya bisa dilihat pada Irwaaul-Ghaliil 4/402-406 no. .1175.

[6] Diantaranya adalah:

1. Hadits Samurah bin Jundub radliyallaahu ‘anhu, dari Rasulullah shallallaah ‘alaihi wasallam:

كل غلام رهينة بعقيقته تذبح عنه يوم السابع ويحلق رأسه ويدمى

“Setiap anak tergadai dengan ‘aqiqahnya yang disembelih pada hari ketujuh, dicukur rambut kepalanya, dan kepalanya dilumuri darah (yudammaa)”.

Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 2837. Hadits ini sebenarnya shahih, kecuali lafadh “wa yudammaa” (sebagaimana dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud 2/196. Lafadh ini syadz. Yang mahfudh adalah dengan lafadh “wa yusamma” (dan dinamai) sebagaimana yang terdapat dalam no. 2838.. Silakan lihat Irwaaul Ghaliil 4/387-388.

2. Hadits Ibnu ‘Abbas radliyallaahu ‘anhuma, dari Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam, beliau bersabda:

سبعة من السنة في الصبي يوم السابع: ......ويلطخ بدم عقيقته.....

“Ada tujuh perkara yang termasuk sunnah untuk anak pada hari ketujuh kelahirannya: “……, melumuri (kepalanya) dengan darah hewan ’aqiqah, ………………..”.

Diriwayatkan oleh Ath-Thabarani dalam Al-Ausath no. 558 (tahqiq: Thariq bin ‘Awwdlillah). Sanad hadits ini dla’if pada rawi yang bernama Rawwad bin Al-Jarrah. Ia seorang yang bercampur hafalannya di akhir usianya. Lihat Majma’ul-Bahrain oleh Al-Haitsami 3/334 no. 1913 (tahqiq: ‘Abdul-Quddus bin Muhammad Nadzir).

[7] Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban no. 5308, Abu Ya’la no. 4521, Al-Bazzar no. 1239, dan Al-Baihaqi 9/303. Hadits ini shahih, perawinya adalah tsiqat, para perawi Shahihain; kecuali Yusuf bin Sa’id. Ia dipakai oleh An-Nasa’i, dan ia merupakan perawi tsiqah. Lihat takhrij Asy-Syaikh Syu’aib Al-Arna’uth terhadap Shahih Ibni Hibban 12/124-125 (Muassasah Ar-Risalah, Cet. 2/1414, Beirut).

[8] Diriwayatkan oleh Ibnu Majah no. 3166. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahiihah no. 2452. Lihat pula Irwaaul-Ghaliil 4/388-399.

[9] Nailul-Authaar, 5/133.

[10] Irwaaul-Ghaliil, 4/388.

Posting Komentar untuk "Mencukur Rambut Bayi dan Larangan Tadmiyyah"