Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bertakwa di Masa Muda - Khutbah Jum'at

Berikut ini adalah teks khutbah dengan tema Bertakwa di Masa Muda yang disampaikan oleh Al Ustadz Dr. Firanda Andirja, Lc., MA.

Khutbah Pertama

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوبُ إِلَيْهِ، ونعوذُ باللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا، ومِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهُدَى هدى مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عليهِ وَسلَّم، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ

مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِينَ، أُوْصِيْكُم وَنَفْسِي بِتَقْوَى الله، فَقَد فَازَ الْمُتَّقُوْنَ

Sesungguhnya di antara kondisi, atau masa yang diperhatikan oleh syariat adalah masa muda. Syariat sangat memberikan perhatian khusus terhadap masa muda seseorang. Hal ini sebagaimana Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda tentang tujuh golongan yang akan dinaungi pada hari kiamat kelak.

Pada hari kiamat kelak, matahari akan didekatkan dalam jarak satu mil, sehingga manusia pada hari itu sangat kewalahan dan berdesak-desakan, sampai sebagian ulama mengatakan bahwa manusia tatkala itu tidak memiliki tempat berdiri kecuali hanya tempat mereka berpijak kala itu. Dekatnya matahari dari ubun-ubun manusia membuat keringat masing-masing orang bercucuran.

Meskipun kondisi demikian, ternyata ada beberapa golongan yang mendapatkan naungan dari Allah Subhanahu wa ta’ala, yang tidak ada naungan selain naungan-Nya pada hari itu. Di antara orang yang mendapatkan naungan tersebut adalah sebagaimana sabda Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam,

شَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ

“Pemuda yang tumbuh dalam ketaatan (ibadah) kepada Rabbnya.” (HR. Bukhari No. 660)

Inilah pemuda spesial yang digambarkan oleh Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam. Kebanyakan para pemuda di zaman ini, mereka menghabiskan masa muda mereka untuk bersenang-senang, bergembira belaka, melampiaskan syahwat mereka. Akan tetapi, pemuda yang menghabiskan masa muda mereka untuk ketaatan dan ibadah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, maka dialah pemuda spesial tersebut.

Dalam sebuah hadis yang pada sanadnya terdapat sedikit kelemahan, yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, bahwasanya Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللهَ لَيَعْجَبُ مِنَ الشَّابِّ لَيْسَتْ لَهُ صَبْوَةٌ

“Sesungguhnya Allah benar-benar takjub (kagum) dengan pemuda yang tidak memiliki shabwah (kenakalan).” (HR. Ahmad No. 17371, Syu’aib al-Arnauth mengatakan bahwa hadis ini hasan lighairih)

Ma’asyiral muslimin yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa ta’ala.

Ketahuilah bahwa saking begitu spesialnya masa muda, sampai-sampai masa muda itu akan ditanya secara khusus pada hari kiamat kelak oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَا تَزُولُ قَدَمُ ابْنِ آدَمَ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ، عَنْ عُمُرِهِ فِيمَ أَفْنَاهُ، وَعَنْ شَبَابِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ، وَمَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ، وَمَاذَا عَمِلَ فِيمَا عَلِمَ

“Tidak akan bergeser kaki Anak Adam pada hari Kiamat dari sisi Rabbnya sehingga ditanya tentang lima hal; tentang umurnya untuk apa dia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa dia pergunakan, tentang hartanya dari mana dia peroleh dan ke mana dia infakkan, dan tentang apa yang telah dia lakukan dengan ilmunya.” (HR. Tirmidzi No. 2416, dinyatakan hasan oleh Syekh al-Albani)

Perhatikanlah sabda Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam ini. Setelah Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan tentang umur secara umum, beliau mengkhususkan penyebutan masa muda. Kita tentu tahu bahwa masa muda merupakan bagian daripada umur, akan tetapi karena masa muda adalah masa yang spesial, masa yang akan ditanya oleh Allah Subhanahu wa ta’ala kelak, sehingga dia disebutkan secara khusus.

Mengapa masa muda adalah masa yang spesial? Karena masa muda adalah masa di mana seseorang mencapai kekuatan terbaiknya. Masa muda adalah masa di mana seseorang mencapai puncak dari kekuatannya. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

﴿اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ﴾

“Allah telah menciptakan kalian dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan kalian setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan kalian setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa.” (QS. Ar-Rum: 54)

Selain itu, masa muda merupakan masa yang spesial karena masa muda merupakan masa yang paling panjang di antara masa yang akan dilalui oleh setiap orang. Sebagian ulama mengatakan bahwa masa muda seseorang itu sejak seorang balig hingga berumur 40 tahun. Jika seseorang rata-rata balig di usia 15 tahun, maka masa muda seseorang bisa mencapai kurang 25 tahun. Sebagian ulama juga mengatakan bahwa masa muda itu adalah dari usia balig hingga umur 50 tahun, sehingga masa muda dalam pandangan ini bisa mencapai 35 tahun.

Intinya, masa muda merupakan masa yang spesial karena waktunya sangat panjang. Seseorang dalam masa mudanya bisa melakukan apa saja yang ingin dia lakukan. Jika seseorang menjadikan masa mudanya untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, maka dia akan mendapatkan ganjaran yang luar biasa di akhirat kelak.

Ma’asyiral muslimin, sungguh menyedihkan tatkala kita melihat di zaman sekarang, di mana para anak muda terombang-ambing dalam ketidakpastian tujuan hidup, terombang-ambing dalam kemaksiatan, tenggelam dalam kegelapan, dan jauh dari nilai-nilai Islam.

Ketahuilah bahwa setan menjadikan anak-anak muda sebagai target utama mereka dalam menjalankan misi busuk mereka. Sebagaimana yang kita ketahui, seseorang akan berjalan di masa tuanya sebagaimana dia berjalan di masa mudanya. Maka tatkala seseorang di masa mudanya bimbang, terus-menerus terjatuh dalam kemaksiatan, maka dikhawatirkan di masa tuanya dia tetap melanjutkan keburukan-keburukan yang dia lakukan di masa mudanya. Sebagaimana perkataan seorang penyair,

يَنْشَأُ نَاشِئُ الْفِتْيَانِ مِنَّا عَلَى مَا كَانَ عَوَّدَهُ أَبُوْهُ

“Sesungguhnya anak muda berkembang sesuai dengan apa yang dibiasakan oleh ayahnya.”

Jika seseorang berkembang di masa muda dalam suatu maksiat, maka dikhawatirkan di masa tuanya pun dia akan terus melakukan demikian, karena terbiasa melakukannya ketika di masa mudanya.

Ma’asyiral muslimin, oleh karenanya Allah Subhanahu wa ta’ala menyebutkan di dalam Al-Qur’an tentang contoh-contoh anak muda yang luar biasa, di mana masa muda mereka dijadikan sebagai sarana untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, dan tegar dalam menghadapi segala macam ujian, rintangan, dan cobaan.

Di antara pemuda yang sangat hebat itu adalah Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam. Ketika itu, hanya dia sendiri yang beriman kepada Allah Subhanahu wa ta’ala di negerinya. Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam menyerukan tauhid, sementara seluruh penduduk selain dirinya di negeri tersebut adalah kafir dan musyrik, bahkan ayahnya pun yang sangat dia cintai adalah seorang musyrik. Keteguhan dan ketegaran Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam tersebut menjadikan dia dicintai oleh Allah Subhanahu wa ta’ala, sampai-sampai Allah Subhanahu wa ta’ala mengatakan,

﴿إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِّلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ﴾

“Sungguh, Ibrahim adalah umat (yang dapat dijadikan teladan), patuh kepada Allah dan hanif. Dan dia bukanlah termasuk orang musyrik (yang mempersekutukan Allah).” (QS. An-Nahl: 120)

Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam disebut umat padahal dia sendirian. Hal tersebut tidak lain karena dia memiliki sifat-sifat yang luar biasa, sifat-sifat yang hebat, yang membuat dia tegar di atas tauhid meskipun sendirian. Dialah Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam, yang dengan beraninya dia menghancurkan patung-patung dan berhala-berhala yang disembah oleh penduduk negerinya.

Dikisahkan, ketika penduduk negeri pergi melakukan perayaan di luar kota, maka Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam tidak ikut, lalu dia menghancurkan patung-patung kaumnya tersebut. Ketika kaumnya kembali, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman tentang perkataan mereka,

﴿قَالُوا مَن فَعَلَ هَذَا بِآلِهَتِنَا إِنَّهُ لَمِنَ الظَّالِمِينَ﴾

“Mereka berkata, ‘Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim’.” (QS. Al-Anbiya’: 59)

﴿قَالُوا سَمِعْنَا فَتًى يَذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهُ إِبْرَاهِيمُ﴾

“Mereka berkata, ‘Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim’.” (QS. Al-Anbiya’: 60)

Kita tentu tidak tahu berapa umur Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam ketika itu, namun kaumnya mengatakan bahwa waktu itu Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam adalah seorang pemuda, sehingga bisa jadi usia Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam tatkala itu belasan tahun, atau dua puluhan tahun. Intinya, Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam di masa mudanya bertindak karena Allah, berbicara karena Allah, sehingga Allah Subhanahu wa ta’ala menjadikan dia sebagai contoh bagi kita seluruhnya tentang seorang pemuda yang luar biasa, yang Allah Subhanahu wa ta’ala sampai memerintahkan kepada Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengikuti agama Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

﴿ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ﴾

“Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), ‘Ikutilah agama Ibrahim, seorang yang hanif (lurus), dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan’.” (QS. An-Nahl: 123)

Di antara kisah pemuda lain yang Allah Subhanahu wa ta’ala sebutkan adalah kisah Nabi Yusuf ‘Alaihissalam. Allah Subhanahu wa ta’ala mengabadikan di dalam Al-Qur’an kisah Nabi Yusuf ‘Alaihissalam sebagai seorang pemuda yang digoda dengan godaan yang luar biasa, yang mungkin tidak seorang pun dari kita yang mampu untuk menghadapi godaan tersebut. Yaitu Nabi Yusuf ‘Alaihissalam digoda oleh wanita yang sangat cantik, yang kecantikannya menjadi lambang kecantikan pada masa itu, dan wanita tersebut merias dirinya sehingga kecantikannya berada di atas kecantikan itu sendiri, dan konon namanya adalah Zulaikha. Dengan penampilan wanita tersebut, Nabi Yusuf ‘Alaihissalam digoda dalam tempat yang tertutup, tidak ada seorang pun yang bisa melihat mereka, dan pintu-pintu terkunci rapat. Ketika syahwat Nabi Yusuf ‘Alaihissalam sudah mulai tergerak, namun karena ketakwaannya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, Nabi Yusuf ‘Alaihissalam mampu untuk lari dari godaan yang sangat berta tersebut, dan dia pun meninggalkan Zulaikha.

Ketika Nabi Yusuf ‘Alaihissalam kabur dari godaan Zulaikha, maka berita tersebut menjadi buah bibir di kalangan para wanita di kota Mesir. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

﴿وَقَالَ نِسْوَةٌ فِي الْمَدِينَةِ امْرَأَتُ الْعَزِيزِ تُرَاوِدُ فَتَاهَا عَن نَّفْسِهِ قَدْ شَغَفَهَا حُبًّا إِنَّا لَنَرَاهَا فِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ﴾

“Dan wanita-wanita di kota berkata, ‘Istri al-‘Aziz telah merayu pemudanya untuk menundukkan dirinya (kepadanya), sesungguhnya cintanya kepada bujangnya itu adalah sangat mendalam. Sesungguhnya kami memandangnya dalam kesesatan yang nyata’.” (QS. Yusuf: 30)

Dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa ta’ala menyebut Nabi Yusuf ‘Alaihissalam dengan sebutan “pemuda”. Allah Subhanahu wa ta’ala mencontohkan bagaimana seorang pemuda yang diberi ujian yang sangat hebat, sampai Allah Subhanahu wa ta’ala menjadikan contoh bagi anak-anak muda zaman sekarang, bahwasanya telah ada seorang pemuda yang diuji dengan ujian yang sangat berat, dialah Nabi Yusuf ‘Alaihissalam, yang diselamatkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala karena ketakwaan dan keikhlasannya. Namun kita tahu bahwa anak-anak muda di zaman sekarang ini diuji dengan ujian yang jauh lebih ringan daripada ujian tersebut, namun banyak dari para pemuda yang tidak berhasil menghadapi ujian tersebut.

Di antara pemuda spesial yang Allah Subhanahu wa ta’ala juga sebutkan di dalam Al-Qur’an adalah para pemuda Ashabul Kahfi. Mereka adalah tujuh pemuda yang beriman kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, dan hanya mereka yang beriman di negeri mereka, dan selain mereka seluruhnya musyrik dan kafir kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Suatu ketika, mereka ditangkap dan dihadapkan di depan raja. Maka dengan keberanian, mereka berbicara di hadapan sang raja dengan berkata,

﴿رَبُّنَا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَن نَّدْعُوَ مِن دُونِهِ إِلَهًا لَّقَدْ قُلْنَا إِذًا شَطَطًا﴾

“Tuhan kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi, kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran.” (QS. Al-Kahfi: 14)

Mendengar perkataan Ashabul Kahfi tersebut, mereka pun mendapatkan ancaman, sehingga akhirnya mereka pun kabur ke sebuah gua. Di gua tersebut mereka diberikan karamah oleh Allah Subhanahu wa ta’ala, sehingga mereka pun tidur selama 309 tahun. Intinya, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman tentang mereka,

﴿إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى﴾

“Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (QS. Al-Kahfi: 13)

أَقٌولُ قَوْلِي هَذَا وَاَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ وَخَطِيئَةٍ فَأَسْتَغْفِرُهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Khutbah kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيقِهِ وَامْتِنَانِه، وَأَشْهَدُ أَن لَا إِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ تَعْظِيمًا لِشَأْنِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إِلَى رِضْوَانِهِ، أَللَّهُمَّ صَلِى عَلَيهِ وعَلَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَإِخْوَانِهِ

Ma’asyiral muslimin, masa muda adalah masa emas, masa spesial, sehingga Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam memberikan perhatian terhadap masa muda secara khusus. Ketahuilah bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala menakdirkan orang-orang yang beriman kepada Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam di awal dakwahnya kebanyakan adalah para pemuda. Kehadiran merekalah yang membuat agama Islam ini tersebar ke seluruh penjuru di muka bumi ini. Merekalah para pemuda yang beriman kepada Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam di kota Mekkah.

Oleh karenanya, ketika Ibnu Katsir menafsirkan firman Allah Subhanahu wa ta’ala,

﴿إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى﴾

“Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (QS. Al-Kahfi: 13)

Ibnu Katsir menyebutkan bahwasanya demikian pula orang-orang yang beriman kepada Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam, rata-rata mereka adalah pemuda. Abu Bakar yang kala itu lebih muda daripada Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam, Utsman bin Affan yang umurnya masih berkisar 30-an tahun, Ali bin Abi Thalib yang masih sepuluh atau belasan tahun, dan masih banyak lagi para pemuda lainnya.

Kemudian, ketika Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam berhijrah ke kota Madinah, siapakah yang beriman kepada beliau? Rata-rata anak muda pula. Sa’ad bin Mu’adz, pimpinan suku al-‘Auz, meninggal dalam usia sekitar 36 atau 37 tahun. Usia yang masih muda, yang Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa kematiannya membuat arasy Allah Subhanahu wa ta’ala bergetar. Demikian pula Sa’ad bin Ubadah, pimpinan suku Khazraj, dia masuk Islam dalam usia yang masih muda.

Ma’asyiral muslim, oleh karenanya, seharusnya ini menjadi perhatian kita semua para orang tua. Ingatlah bahwasanya kita memiliki anak-anak, dan semuanya adalah tanggung jawab kita, yang Allah Subhanahu wa ta’ala akan tanyakan pada hari kiamat kelak. Allah Subhanahu wa ta’ala telah memerintahkan kepada kita untuk memperhatikan mereka, menyuruh mereka kepada kebaikan, dan mencegah mereka dari segala bentuk maksiat dan kemungkaran. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

﴿يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ﴾

“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6)

Dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa ta’ala tidak hanya memerintah seseorang untuk menjaga dirinya sendiri dari api neraka, akan tetapi Allah Subhanahu wa ta’ala memerintahkan untuk seseorang kepala keluarga untuk tidak bersikap egois dengan juga menjaga keluarga mereka dari api neraka.

Allah Subhanahu wa ta’ala juga telah berfirman,

﴿وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا﴾

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” (QS. Thaha: 132)

Jadi, seseorang tidak boleh membiarkan istri dan anak-anaknya begitu saja tanpa pengajaran untuk bertakwa dan beribadah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Jangan seseorang membiarkan istri dan anak-anaknya mengikuti segala keinginan mereka dengan menganggap bahwa mereka memiliki jati diri masing-masing.

Ketahuilah bahwa zaman sekarang sudah sangat jauh berbeda dari zaman terdahulu. Zaman sekarang kerusakan ada di mana-mana, bahkan kerusakan tersebut bisa masuk dengan mudahnya ke dalam rumah-rumah kita. Maka dari itu, hendaknya kita sebagai orang tua waspada, jangan sampai ada penyesalan di kemudian hari disebabkan masa muda anak-anak kita yang diambil alih dan dihancurkan oleh setan dan iblis.

Kita tahu dan meyakini bahwasanya hidayah tentunya hanya di tangan Allah Subhanahu wa ta’ala, namun hendaknya kita terus berusaha semaksimal mungkin. Hendaknya kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, dan mengingat bahwasanya anak-anak yang Allah Subhanahu wa ta’ala titipkan kepada kita akan dimintai pertanggungjawaban dari diri kita semua.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتْ

اللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا مَا قَدَّمْنا وَمَا أَخَّرْنَا وَمَا أَسْرَرْنَا وَمَا أَعْلَنَّا وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنَّا، أنْتَ الْمُقَدِّمُ، وَأنْتَ الْمُؤَخِّرُ لا إله إلاَّ أنْتَ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Oleh: DR. Firanda Andirja, Lc. MA.

 

Posting Komentar untuk "Bertakwa di Masa Muda - Khutbah Jum'at"