Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Qawaid Qur'aniyah Kaidah Ke 7 - Tidak Ada Alasan Sedikit Pun Untuk Menyalahkan Orang Yang Berbuat Baik

"Tidak Ada Alasan Sedikit Pun Menyalahkan Orang Yang Berbuat Baik"

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

مَا عَلَى الۡمُحۡسِنِيۡنَ مِنۡ سَبِيۡلٍ‌

“Tidak ada alasan apa pun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik.” (QS. At Taubah: 91)

 

Saudaraku yang semoga dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala, Ayat yang mulia di atas merupakan salah satu kaidah yang mengatur interaksi antar sesama manusia. Ayat di atas secara khusus menjelaskan sekelompok orang yang mengemukakan alibi untuk tidak  mengikuti perang Tabuk yang terjadi pada bulan Rajab tahun ke 9 Hijriyah. Diantara mereka ada yang dikabulkan udzurnya dan adapula yang ditolak. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَ جَآءَ الۡمُعَذِّرُوۡنَ مِنَ الۡاَعۡرَابِ لِيُؤۡذَنَ لَهُمۡ وَقَعَدَ الَّذِيۡنَ كَذَبُوا اللّٰهَ وَرَسُوۡلَه‌ ؕ سَيُصِيۡبُ الَّذِيۡنَ كَفَرُوۡا مِنۡهُمۡ عَذَابٌ اَلِيۡمٌ (90) لَـيۡسَ عَلَى الضُّعَفَآءِ وَلَا عَلَى الۡمَرۡضٰى وَلَا عَلَى الَّذِيۡنَ لَا يَجِدُوۡنَ مَا يُنۡفِقُوۡنَ حَرَجٌ اِذَا نَصَحُوۡا لِلّٰهِ وَ رَسُوۡلِه‌ؕ مَا عَلَى الۡمُحۡسِنِيۡنَ مِنۡ سَبِيۡلٍ‌ؕ وَاللّٰهُ غَفُوۡرٌ رَّحِيۡمٌۙ‏(91) وَّلَا عَلَى الَّذِيۡنَ اِذَا مَاۤ اَتَوۡكَ لِتَحۡمِلَهُمۡ قُلۡتَ لَاۤ اَجِدُ مَاۤ اَحۡمِلُكُمۡ عَلَيۡهِۖ تَوَلَّوْا وَّاَعۡيُنُهُمۡ تَفِيۡضُ مِنَ الدَّمۡعِ حَزَنًا اَلَّا يَجِدُوۡا مَا يُنۡفِقُوۡنَؕ (92) اِنَّمَا السَّبِيۡلُ عَلَى الَّذِيۡنَ يَسۡتَاْذِنُوۡنَكَ وَهُمۡ اَغۡنِيَآءُ‌ۚ رَضُوۡا بِاَنۡ يَّكُوۡنُوۡا مَعَ الۡخَـوَالِفِۙ وَطَبَعَ اللّٰهُ عَلٰى قُلُوۡبِهِمۡ فَهُمۡ لَا يَعۡلَمُوۡنَ (93)

“Dan di antara orang-orang Arab Badui datang (kepada Nabi) mengemukakan alasan, agar diberi izin (untuk tidak pergi berperang), sedang orang-orang yang mendustakan Allah dan Rasul-Nya, duduk berdiam. Kelak orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa azab yang pedih. Tidak ada dosa (karena tidak pergi berperang) atas orang yang lemah, orang yang sakit dan orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka infakkan, apabila mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya. Tidak ada alasan apa pun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. Dan tidak ada (pula dosa) atas orang-orang yang datang kepadamu (Muhammad), agar engkau memberi kendaraan kepada mereka, lalu engkau berkata, "Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu," lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena sedih, disebabkan mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka infakkan (untuk ikut berperang). Sesungguhnya alasan (untuk menyalahkan) hanyalah terhadap orang-orang yang meminta izin kepadamu (untuk tidak ikut berperang), padahal mereka orang kaya. Mereka rela berada bersama orang-orang yang tidak ikut berperang dan Allah telah mengunci hati mereka, sehingga mereka tidak mengetahui (akibat perbuatan mereka).” (QS. At Taubah: 90-93)

 

Ayat diatas menunjukkan bahwa tidak ada dosa bagi orang-orang yang memiliki udzur syar’I (yang benar). Seperti kelemahan fisik, sakit, tertimpa musibah atau penyakit lainnya, tidak memiliki biaya dan yang lainnya. Maka dengan semua keterbatasan dan kelemahan ini yang benar-benar terjadi pada diri mereka, tidak menipu manusia. Oleh sebab itu Allah subhanahu wa ta’ala mengatakan, “Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. Sehingga tidak ada jalan sedikitpun untuk menyalahkan  mereka. Karena dalam niatan mereka jujur sangat ingin sekali memaksimalkan ketaatannya, namun karena keadaan dan kondisi yang tidak memungkinkan bagi mereka sehingga hal itu tidak terlaksana dengan baik. Maka tidak ada sanksi bagi mereka.

 

Contoh penerapan kaidah ini:

Ada seseorang yang diamanahi untuk menjadi ketua sekaligus penanggung jawab sebuah acara. Sebelum acara di mulai, ia sudah berusaha semaksimal apa yang ia bisa, dengan mengerahkan waktunya, tenaganya, hartanya, fikirannya, dan yang lainnya untuk mempersiapkan segala macamnya agar acara berjalan lancar. Namun ketika acara sudah di mulai ternyata terlihat sedikit kekurangan pada tugas-tugasnya yang memang sebenarnya di luar dugaannya dan masih bersifat wajar. Maka yang seperti ini kita tidak boleh serta merta kemudian langsung menyalahkan dan mencerca. Karena sebelumnya ia sudah memaksimalkan tugas-tugasnya. Orang yang semacam inilah yang paling terkena dengan firman Allah, “Tidak ada jalan sedikitpun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik”, sebagai mana dalam ayat yang telah di sebutkan di atas.

Hal ini tidak berarti meninggalkan budaya menasehati dan mengkritik dalam rangka membangun, namun yang lebih penting di sini  adalah menggunakan cara-cara serta metode terbaik dalam menasehati dan mengkritik untuk menjaga keberlangsungan kebaikan, menjaga stabilitas semangat orang-orang yang berbuat baik agar tidak down atau kendor semangatnya, tapi agar lebih produktivitas dalam bekerja dan menambah kualitas dan keindahan pekerjaanya.

Sering kita dapati ada orang-orang yang serta merta langsung menegur bahkan mencerca bawahannya dihadapan khalayak ramai, padahal bawahannya tersebut sudah berusaha maksimal sebelumnya. Maka perbuatan seperti itu tidaklah menambah kebaikan sedikitpun. Justru akan membuat dirinya semakin terlihat tidak professional dalam menasehati dan menjadi pimpinan.

Dengan latar belakang kejadia-kejadian seperti itulah, kaidah ini kami hadirkan untuk anda. Semoga kaidah ini menjadi pijakan bagi kita untuk memperbaiki interaksi pada sesama manusia, “Tidak ada jalan sedikit pun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik”.

Wallahu a’lam, semoga bermanfaat, Baarokallahu fiikum.

 

(Ringkasan dengan beberapa penambahan dari kitab Qawaidu Qur’aniyyah. 50 Qaidah Qur’aniyyah fi Nafsi wal Hayat. Syekh DR. Umar bin Abdullah al Muqbil)

 

Ahmadi As-Sambasy

Cilacap, 12 September 2021


Posting Komentar untuk "Qawaid Qur'aniyah Kaidah Ke 7 - Tidak Ada Alasan Sedikit Pun Untuk Menyalahkan Orang Yang Berbuat Baik "