Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Akhlak Seorang Da’i - Catatan Liqo' Maftuh Ke-8 Bersama Ust. Dr. Firanda Andirja, Lc., M.A.

  

AKHLAK SEORANG DA’I

Setelah memuji Allah Ta’ala dan Mengucap shalawat kepada Nabinya Shalallahu’alaihi wa Sallam, beliau membuka liqo kali ini dengan mengatakan “Ciri orang yang selamat dari kerugian adalah mereka saling berwasiat dalam kebenaran dan kesabaran” lalu beliau menukil QS. Al-Ashr ayat 3.

Berbicara ttg akhlak dalam dakwah, maka hendaknya seorang dai mendahulukan akhlaknya kepada Allah. Apabila akhlak kepada Allah sudah baik, maka akhlak di depan masyarakat akan mengikuti.

Kemudian beliau mulai pembahasan Liqo kali ini dengan menyampaikan beberapa point:

 

1. Ikhlas

Membuka liqo maftuh kali ini, beliau membaca firman Allah Ta’ala,

قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab mengomentari ayat ini : “betapa banyak orang yang menyeru kepada kebenaran namun ia ingin pula manusia mengikuti dirinya.”

Di antara penyakit seorang dai adalah ia ingin manusia mengikutinya dan berada di sekelilingnya.

Dakwah adalah ibadah yang mulia, maka Allah memilih para Nabi dan Rasul dan orang yang mengikuti mereka untuk mengembannya.

Di antara pula godaan para dai adalah riya, ujub, ingin dihormati, ingin dimuliakan, dll.

Merugi seorang dai yang menyeru manusia mengikuti dirinya bukan mengikuti jalan Allah. Karena dirinya sangat banyak kekurangan.

Dakwah adalah mengajak umat kepada Allah bukan mengajak kepada pribadi, yayasan atau kelompoknya.

 

2. Perhatian dalam ibadah

Hendaknya seorang dai memperhatikan ibadahnya. Sholat malamnya, dzikirnya, dan ibadah yang lainnya. Oleh karena itu, “Aib bagi seorang dari jika luput darinya sholat malam meski hanya witir.”

Di antara surat yang awal-awal turun adalah surat Al-Muzammil. Yang sebagian ulama menyebutnay dengan surat yang menjadi bekal para dai dalam berdakwah. Allah menyuruh Nabinya untuk mengadu kepadanya di malam hari setelah seharian beliau bertemu dengan berbagai macam tingkatan manusia dalam dakwahnya.

 

3. Hindari maksiat

Salah satu fitnah terbesar bagi seorang dai adalah fitnah wanita. Oleh karena itu, jika diri kita lemah, maka jangan coba-coba membuka pintu fitnah ini.

Seorang dai lebih prioritas untuk menundukkan pandangannya dibanding yang lainnya.

 

4. Akhlak terhadap mad’u

Persiapan sebelum kajian.

“Aib bagi seornag dai yang tidak persiapan sebelum mengisi pengajian.” Karena mereka sudah mengorbankan banyak hal untuk datang dan duduk di hadapan kita untuk menuntut ilmu, harta, waktu, dan tenaga. Oleh karenanya, kita harus perhatian dengan mereka. Hadirkan dalam hati kita bahwa mereka adalah orang yang berbuat baik kepada kita. Mereka memberikan kita peluang untuk mendapatkan pahala. Setiap ilmu yang kita sampaikan dan mereka amalkan akan menjadi pahala untuk mereka dan kita.

Di antara penyakit seorang dai adalah justru merasa dibutuhkan, ingin dimuliakan, dll.

Begitu juga, hendaknya seorang dai bersabar denggan mad’unya.

 

5. Dai dan Politik

Syaikh Sa’ad Asy-Syatsri menasehat beliau, “Hendaknya seorang dai berjalan secara independent. Sehingga kehormatannya tetap terjaga di hadapan manusia.”

Seorang dai wajar memiliki pilihan pribadi dalam politik. Namun jangan sampai mencolok dan mengajak mad'unya untuk berpolitik, apalagi menjadi jurkam. Karena seorang dai yg sudah memihak satu calon akan terkotak-kotak. Yang mana hal tersebut akan membuatnya dibenci/ditinggalkan oleh Mad'u yg bersebrangan dengan dirinya. Padahal mereka juga harus didakwahi oleh sang dai.

 

6. Fitnah Medsos

Betapa banyak dai yang menghabiskan waktunnya untuk membaca berita yang ada di media sosial ketimbang menulis dan membaca kitab.

Jangan habiskan waktu kita untuk membuka medsos apabila tidak bermanfaat.

 

7. Akhlak terhadap sesama dai

Bekerja sama dan harus sering mengalah dengan sesama dai agar menjaga hubungan tetap harmonis

Masalah-masalah yang timbul hendaknya segera diselesaikan agar tidak berlarut-larut.

Jangan merasa diri lebih tinggi dari dai yang lainnya.

 

8. Dai dan donasi

Seorang dai wajib berhati-hati dengan donasi dakwah yang diterima. Karena ini adalah uang dan amanah ummat yang akan dimintakan pertanggung jawabannya di hari kiamat kelak termasuk dalam point ini sumbangan untuk yayasan, uang infaq kajian, dll.

(Catatan Liqo' Maftuh Ke-8 Bersama Ust Dr Firanda Andirja, Lc.Ma. Di Hotel Grand Dafam Rohan 25 Syawal 1440 H Atau 29 Juni 2019)

Akhukum fillah,

Seno Aji Imanullah, S.S

Yogyakarta, 29 Juni 2019

Dan dimurajaah oleh Ammy Khanif Muslim.

Posting Komentar untuk "Akhlak Seorang Da’i - Catatan Liqo' Maftuh Ke-8 Bersama Ust. Dr. Firanda Andirja, Lc., M.A."