Fakta Sejarah Hari NATAL (Yesus Tidak Lahir Tanggal 25 Desember)
Oleh: Herbert W. Armstrong
Arti Christmas
Kata Christmas (Natal) yang artinya
Mass of Christ atau disingkat Christ-Mass, diartikan sebagai hari untuk
merayakan kelahiran “Yesus”. Perayaan yang diselenggarakan oleh non-Kristen dan
semua orang Kristen ini berasal dari ajaran Gereja Kristen Katholik Roma.
Tetapi, dari manakah mereka mendapatkan ajaran itu? Sebab Natal itu bukan
ajaran Bibel (Alkitab), dan Yesus pun tidak pernah memerintah para muridnya
untuk menyelenggarakannya. Perayaan yang masuk dalam ajaran Kristen Katholik
Roma pada abad ke-4 ini berasal dari upacara adat masyarakat penyembah berhala.
Karena perayaan Natal yang
diselenggarakan di seluruh dunia ini berasal dari Katholik Roma, dan tidak
memiliki dasar dari kitab suci, maka marilah kita dengarkan penjelasan dari
Katholik Roma dalam Catholic Encyclopedia, edisi 1911, dengan judul: Christmas,
Anda akan menemukan kalimat yang berbunyi sebagai berikut:
“Christmas was not among the earliest
festivals of Church...the first evidence of the feast is from Egypt. Pagan
customs centering around the January calends gravitated to Christmas”.
Artinya: “Natal bukanlah upacara
Gereja yang pertama….melainkan ia diyakini berasal dari Mesir. Perayaan yang
diselenggarakan oleh para penyembah berhala dan jatuh pada bulan Januari,
kemudian dijadikan hari kelahiran Yesus” (selesai)
Baca Juga: Santa Claus atau Sinterklas, Fakta atau Hoax ?
Dalam Ensiklopedi itu pula, dengan
judul Natal Day; Bapak Katholik pertama mengakui bahwa:
“In the Scriptures, no one is
recorded to have kept a feast or held a great banquet on his birthday. It is
only sinners (like Pharaoh and Herod) who make great rejoicings over the day in
which they were born into this world”.
Artinya: “Di dalam kitab suci, tidak
ada seorang pun yang mengadakan upacara atau menyelenggarakan perayaan untuk
merayakan hari kelahiran Yesus. Hanyalah orang-orang kafir saja (seperti
Fir’aun dan Herodes) yang berpesta-pora merayakan hari kelahirannya di dunia
ini” (selesai)
Encyclopedia Britanica yang terbit
tahun 1946 menjelaskan sebagai berikut:
“Christmas was not among the earliest
festival of the church…. It was not instituted by Christ or the apostles, or by
Bible authority, it was picked up afterward from paganism”.
Artinya: “Natal bukanlah upacara
gereja abad pertama. Hal ini tidak pernah diselenggarakan oleh Yesus atau para
muridnya, ataupun otoritas Bibel. Upacara ini diambil oleh gereja dari kepercayaan
penyembah berhala” (selesai)
Encyclopedia Americana terbitan tahun
1944 juga menyatakan berikut:
“Christmas.... It was, according to
many authorities, not celebrated in the first centuries of the Christian
church, as the Christian usage in general was to celebrate the death of
remarkable persons rather than their birth...” (The “Communion”, which is
instituted by New Testament Bible authority, is a memorial of the death of
Christ) “…A feast was established in memory of this event (Christ’s birth) in
the fourth century. In the fifth century the Western Church ordered it to be
celebrated forever on the day of the old Roman feast of the birth of Sol, as no
certain knowledge of the da of Christ’s birth existed”.
Artinya: “Menurut para ahli, pada
abad-abad permulaan, Natal tidak pernah dirayakan oleh gereja Kristen. Pada
umumnya, umat Kristen hanya merayakan hari kematian orang-orang terkemuka saja,
dan tidak pernah merayakan harikelahrian orang tersebut...”. (”Perjamuan Suci”
yang tertera dalam Kitab Perjanjian Baru, hanyalah untuk mengenang hari
kematian Yesus) ”...Perayaan Natal yang dianggap sebagai hari kelahiran Yesus,
mulai diresmikan pada abad keempat Masehi. Dan pada abad kelima Masehi, Gereja
Barat memerintahkan kepada umat Kristen untuk merayakan hari kelahiran Yesus,
yang diambil dari hari pesta bangsa Romawi yang merayakan hari Kelahiran Sol
(Dewa Matahari) Sebab tidak seorang pun yang mengetahui hari kelahiran Yesus” (selesai)
Baca Juga: Yesus Menikah, Poligami, dan Juga Punya Anak
Sekarang perhatikan! Fakta sejarah
telah membeberkan kepada kita bahwa mulai lahirnya gereja Kristen pertama
sampai dua ratus atau tiga ratus tahun kemudian – jarak waktu yang lebih lama
dari umur negara Amerika Serikat – upacara Natal tidak pernah dilakukan oleh
umat Kristen. Baru setelah abad keempat, perayaan ini mulai diselenggarakan
oleh orang-orang Kristen Barat, Kristen Roma, dan Gereja. Menjelang abad
kelima, Gereja Roma memerintahkan untuk merayakan sebagai hari raya umat
Kristen yang resmi.
YESUS TIDAK LAHIR PADA TANGGAL 25
DESEMBER
Sungguh sangat mustahil jika Yesus
dilahirkan pada musim dingin (1) Sebab Injil Lukas 2:11 menceritakan
suasana di saat kelahiran Yesus sebagai berikut:
“Di daerah itu ada gembala-gembala
yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Tiba-tiba
berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar
meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. Lalu kata malaikat itu kepada
mereka: “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan
besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juru selamat, yaitu
Kristus, di kota Daud” (selesai)
Tidak mungkin para penggembala ternak
itu berada di padang Yudea pada bulan Desember. Biasanya, mereka melepas ternak
ke padang dan lereng-lereng gunung. Paling lambat tanggal 15 Oktober, ternak
tersebut sudah dimasukkan ke kandangnya untuk menghindari hujan dan hawa dingin
yang menggigil. Bibel sendiri dalam Perjanjian Lama, kitab Kidung Agung 2; dan
Ezra 10:9,13 menjelaskan bahwa bila musim dingin tiba, tidak mungkin para
gembala dan ternaknya berada di padang terbuka di malam hari.
Adam Clarke mengatakan:
“It was an ancient custom among Jews
of those days to send out their sheep to the field and desert about Passover
(early spring), and bring them home at commencement of the first rain” (Adam
Clarke Commentary, Vol. 5, Page 370, New York)
Artinya: “Adalah kebiasaan lama bagi
orang-orang Yahudi untuk menggiring domba-domba mereka ke padang menjelang
Paskah (yang jatuh awal musim semi), dan membawanya pulang pada permulaan hujan
pertama” (selesai)
Adam Clarke melanjutkan:
“During the time they were out, the
shepherds watch them night and day. As….the first rain began early in the month
of Marchesvan, which answers to part of our October and November (begins
sometimes in October), we find that the sheep were kept out in the open country
during the whole summer. And, as these shepherd had not yet brought home their
flocks, it is presumptive argument that October had not yet commenced, and
that, consequently, our Lord was not born on the 25th of December, when no
flock were out in the fields; nor could He have been born later than September,
as the flocks were still in the fields by night. On this very ground, the
Nativity in December should be given up. The feeding of the flocks by night in
the fields is a chronological fact… See the quotations from the Talmudists in
the Lightfoot”.
Artinya: “Selama domba-domba berada
di luar, para penggembala mengawasinya siang dan malam. Bila...hujan pertama
mulai turun pada bulan Marchesvan, atau antara bulan Oktober dan Nopember,
ternak-ternak itu mulai dimasukkan ke kandangnya. Kita pun mengetahui bahwa
domba-domba itu dilepas di padang terbuka selama musim panas. Karena para
penggembala belum membawa pulang domba-dombanya, berarti bulan Oktober belum
tiba. Dengan demikian dapatlah diambil kesimpulan bahwa Yesus tidak lahir pada
tanggal 25 Desember, ketika tidak ada domba yang berkeliaran di padang terbuka.
Juga tidak mungkin dia lahir setelah bulan September, karena di bulan September
inilah domba-domba masih berada di padang waktu malam. Dari berbagai bukti yang
ada, kemungkinan lahir di bulan Desember itu harus disingkirkan. Memberi makan
ternak di malan hari di padang gembalaan adalah fakta sejarah....sebagaimana
yang diungkapkan oleh Talmud dalam bab ”Ringan Kaki” (selesai)
Dalam ensiklopedi manapun atau juga dalam
kitab suci Kristen sendiri akan mengatakan kepada kita bahwa Yesus tidak lahir
pada tanggal 25 Desember. Catholic Encyclopdia sendiri secara tegas dan
terang-terangan mengakui fakta ini.
Tidak ada seorang pun yang mengetahui
kapan hari kelahiran Yesus yang sebenarnya. Jika kita meneliti dari bukti-bukti
sejarah dan kitab suci Kristen sendiri, saya bisa mengambil kesimpulan bahwa
Yesus lahir pada awal musim gugur – yang diperkirakan jatuh pada bulan
September – atau sekitar 6 bulan setelah hari Paskah.
Jika Tuhan menghendaki kita untuk
mengingat-ingat dan merayakan hari kelahiran Yesus, niscaya Dia tidak akan
menyembunyikan hari kelahirannya.
Proses Natal Masuk ke Gereja
NewSchaff – Herzog Encyclopedia of
Religious Knowledge dalam artikelnya yang berjudul “Christmas” menguraikan
dengan jelas sebagai berikut:
“How much the date of the festival
depended upon the pagan Brumalia (Dec. 25) following the Saturnalia (Dec.
17-24), and celebrating the shortest day of the year and ‘the new sun’…can not
be accurately determined. The pagan Saturnalia and Brumalia were too deeply
entrenched in popular custom to be set aside by Christian influence… The pagan
festival with its riot and marrymaking was so popular that Christians were glad
of an excuse to continue its celebration with little change in spirit and in
manner. Christian preachers of the West and the Near East protested against the
unseemly frivolity with which Christ’s birthday was celebrated, while
Christians of Mesopotamia accused their Western brethren of idolatry and sun
worship for adopting as Christian this pagan festival”.
Artinya: “Sunguh banyak tanggal
perayaan yang terkait pada kepercayaan pagan/penyembah berhala Brumalia (25
Desember) sebagai kelanjutan dari perayaan Saturnalia (17 – 24 Desember), dan
perayaan menjelang akhir tahun, serta perayaan menyambut kelahiran matahari
baru….tidak dapat ditentukan secara pasti (jumlahnya) Adat kepercayaan pagan
Brumalia dan Saturnalia sudah berurat berakar dan populer tersebut dalam adat
istiadat tersebut diambil oleh Kristen. Perayaan ini dilestarikan oleh Kristen
dengan sedikit mengubah jiwa dan tata caranya. Para pendeta Kristen di Barat
dan Timur Dekat menentang perayaan kelahiran Yesus yang meniru agama berhala
ini. Di samping itu, Kristen Mesopotamia menuding Kristen Barat telah
mengadopsi model penyembahan terhadap dewa Matahari” (selesai)
Baca Juga: Ibadah Kristen, Hari Sabtu atau Minggu ?
Perlu diingat! Menjelang abad pertama
sampai abad keempat Masehi, dunia dikuasai oleh imperium Romawi yang paganis
politeisme. Sejak agama Kristen masih kecil sampai berkembang pesat, para
pemeluknya dikejar-kejar dan disiksa oleh penguasa Romawi. Setelah Konstantin
naik tahta menjadi kaisar, kemudian memeluk agama Kristen pada abad keempat
Masehi, dan menempatkan agama sejajar dengan agama kafir Roma, banyak rakyat
yang berbondong-bondong memeluk agama Kristen.
Tetapi karena mereka sudah terbiasa
merayakan hari kelahiran dewa-dewanya pada tanggal 25 Desember, mengakibatkan
adat tersebut sulit dihilangkan. Perayaan ini adalah pesta-pora dengan penuh
kemeriahan, dansangat disenangi oleh rakyat. Mereka tidak ingin kehilangan hari
kegembiraan seperti itu. Oleh karena itu, meskipun sudah memeluk agama Kristen,
mereka tetap melestarikan upacara adat itu. Di dalam artikel yang sama – New
Schaff – Herzog Encyclopedia of Religious Knowledge menjelaskan bagaimana
kaisar Konstantin tetap merayakan hari “Sunday” sebagai hari kelahiran dewa
matahari. Dan bagaimana pengaruh kepercayaan kafir Manichaeisme yang menyamakan
Anak Tuhan (Yesus) identik dengan “Matahari”. Kemudian pada abad keempat
masehi, kepercayaan itu masuk dalam agama Kristen. Sehingga perayaan hari
kelahiran Sun-God (Dewa Matahari) yang jatuh pada tanggal 25 Desember,
diresmikan menjadi hari kelahiran Son of God (Anak Tuhan – yaitu Yesus)
Demikianlah asal-usul “Christmas”
atau Natal yang dilestarikan oleh dunia barat sampai sekarang. Walaupun namanya
diubah menjadi selain Sun-Day, Son of God, Christmas, dan Natal; pada
hakekatnya sama dengan merayakan hari kelahiran dewa matahari. Sebagai contoh,
kita bisa saja menamakan kelinci itu dengan nama singa, tetapi bagaimanapun
juga fisiknya tetap kelinci.
Marilah kita kembali membaca
Encyclopedia of Brittanica yang mengatakan sebagai berikut:
“Certain Latins, as early as 354, may
have transferred the birthday from January 6th to December 25, which was then a
Mithraic feast….. or birthday of the unconquered Sun… The Syrians and
Armenians, who clung to January 6th, accused the Romans of suns worship and
idolatry, contending…that the feast of December 25th, had been invented by
disciples of Cerinthus…”.
Artinya: “Kemungkinan besar bangsa
Latin/Roma sejak tahun 354 telah mengganti hari kelahiran dewa Matahari dari
tanggal 6 Januari ke 25 Desember, yang merupakan dari kelahiran anak dewa Mitra
atau kelahiran dewa Matahari yang tidak terkalahkan. Tindakan ini mengakibatkan
orang-orang Kristen Syiria dan Armenia marah-marah. Karena sudah terbiasa
merayakan hari kelahiran Yesus pada tanggal 6 Januari, mereka mengecam bahwa
perayaan tanggal 25 Desember itu adalah hari kelahiran Dewa Matahari yang
dipercayai oleh bangsa Romawi. Penyusupan ajaran ini ke dalam agama Kristen,
dilakukan oleh Cerinthus”. (selesai)
(Diambil dari: The Plain Truth About
Christmas oleh Herbert W. Armstrong (1892 - 1986 – Worldwide Church of God,
California USA 1984)
Footnote:
(1) Di wilayah
Yudea, setiap bulan Desember adalah musim hujan dan hawanya sangat dingin.
Penulis: Abul Jauzaa’
(Alumnus IPB & UGM)
Editor: Ahmadi As-Sambasy
Cilacap – Jawa Tengah
Posting Komentar untuk "Fakta Sejarah Hari NATAL (Yesus Tidak Lahir Tanggal 25 Desember)"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.