Hak-Hak Ahlul Bait Nabi (Menurut Ahlussunnah)
Di antara hal-hak Ahlul-Bait (1)
yang diakui dalam syari’at islam yang mulia di antaranya:
1. Hak Untuk Dicintai
Wajib mencintai mereka karena
hubungan kekerabatannya dengan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Allah
ta’ala berfirman:
ذَلِكَ الَّذِي يُبَشِّرُ
اللَّهُ عِبَادَهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ قُلْ لا أَسْأَلُكُمْ
عَلَيْهِ أَجْرًا إِلا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَى وَمَنْ يَقْتَرِفْ حَسَنَةً نَزِدْ
لَهُ فِيهَا حُسْنًا إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ شَكُورٌ
“Itulah (karunia) yang (dengan itu)
Allah menggembirakan hamba- hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal yang
saleh. Katakanlah: ‘Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku
kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan’. Dan barangsiapa yang mengerjakan
kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri”. (QS. Asy-Syuuraa: 23)
Mengenai makna ayat di atas,
Al-Bukhaariy rahimahullah meriwayatkan:
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ،
حَدَّثَنَا يَحْيَى، عَنْ شُعْبَةَ، حَدَّثَنِي عَبْدُ الْمَلِكِ، عَنْ طَاوُسٍ، عَنْ
ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، (إِلا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَى)، قَالَ:
فَقَالَ سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ: قُرْبَى مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ
" إِنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم لَمْ يَكُنْ بَطْنٌ مِنْ قُرَيْشٍ إِلَّا
وَلَهُ فِيهِ قَرَابَةٌ فَنَزَلَتْ عَلَيْهِ إِلَّا أَنْ تَصِلُوا قَرَابَةً بَيْنِي
وَبَيْنَكُمْ"
Telah menceritakan kepada kami
Musaddad: Telah menceritakan kepada kami Yahyaa, dari Syu’bah: Telah
menceritakan kepadaku ‘Abdul-Malik, dari Thaawuus, dari Ibnu ‘Abbaas
radliyallaahu ‘anhumaa tentang ayat: ‘kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan’.
Perawi berkata: Maka Sa’iid bin Jubair berkata: “Kekeluargaan Muhammad
shallallaahu ‘alaihi wa sallam”. Lalu Ibnu ‘Abbaas berkata: “Sesungguhnya Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa sallam, tidak ada satu pun perut di kalangan Quraisy,
kecuali beliau mempunyai kekerabatan dengan mereka. Lalu ayat itu pun kepada
beliau, yang mengkonsekuensikan agar kalian menyambung kekerabatan antara aku
dan kalian”. (Shahih Al-Bukhaariy no. 3497)
عَنْ الْعَبَّاس
عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: وَاللَّهِ لَا يَدْخُلُ قَلْبَ امْرِئٍ
إِيمَانٌ حَتَّى يُحِبَّكُمْ لِلَّهِ وَلِقَرَابَتِي
Dari Al-‘Abbaas, dari Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Demi Allah, tidak akan masuk
iman pada hati seseorang hingga mencintai kalian karena Allah dan karena
kekerabatanku”. (Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Al-Musnad 1/207 & 207-208
& 4/165 dan dalam Al-Fadlaail no. 1756-1757 & 1760, ‘Abdullah bin Ahmad
dalam Al-Fadlaail no. 1783 & 1792, Al-Haakim 3/332-333, Al-Fasawiy 1/499,
Al-Bazzaar dalam Al-Bahr no. 2175, Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf
12/108-109 dan dalam Al-Musnad no. 918 dan Taariikh Al-Madiinah no. 1049,
Al-Marwaziy dalam Ta’dhiimu Qadrish-Shalaah 1/453 no. 470, Ath-Thabaraaniy
dalam Al-Kabiir no. 12228, Abu Ja’far Al-Bakhtariy dalam Juz-nya no. 574,
Al-Khathiib dalam At-Taariikh 3/259-260 & 4/596, dan Al-Mizziy dalam Tahdziibul-Kamaal
33/340; hasan – dishahihkan oleh Ahmad Syaakir dalam syarah-nya terhadap Musnad
Ahmad)
عَنْ زَيْدِ بْنِ
أَرْقَمَ، عَنْ رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: "وأهل بيتي. أذكركم الله في
أهل بيتي. أذكركم الله في أهل بيتي. أذكركم الله في أهل بيتي"
Dari Zaid bin Arqam, dari Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Dan ahlul-baitku. Aku
ingatkan kalian akan Allah terhadap ahlu-baitku, aku ingatkan kalian akan Allah
terhadap ahlu-baitku, aku ingatkan kalian akan Allah terhadap ahlu-baitku”. (Diriwayatkan
oleh Muslim no. 2408, Ahmad 4/366-367, Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Musnad no.
514, An-Nasaa’iy dalam Al-Kubraa 7/319-320 no. 8119, ‘Abd bin Humaid no. 265,
Ad-Daarimiy 4/2090-2091 no. 3359, Ibnu Abi ‘Aashim no. 1551, Ibnu Khuzaimah no.
2357, Al-Baihaqiy 2/149-150 & 7/31-32 & 10/114-115, Al-Bazzaar dalam
Al-Bahr 10/240-241 no. 4336, Ath-Thabaraaniy dalam Al-Kabiir 5/182-184 no. 5026
& 5028, Ibnu Mandah dalam Majaalis min Aamaliy no. 75, Al-Laalikaa’iy dalam
Syarh Ushuulil-I’tiqaad no. 88, Al-Baghawiy dalam Syarhus-Sunnah 14/117-118 no.
3913 dan dalam Ma’aalimut-Tanziil 1/318-319 dan Al-Anwar fii Syamaailin-Nabiy
no. 257)
عَنْ عَلِيّ: وَالَّذِي
فَلَقَ الْحَبَّةَ وَبَرَأَ النَّسَمَةَ، إِنَّهُ لَعَهْدُ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ صلى
الله عليه وسلم إِلَيَّ أَنْ " لَا يُحِبَّنِي إِلَّا مُؤْمِنٌ، وَلَا يُبْغِضَنِي
إِلَّا مُنَافِق"
Dari ‘Aliy (bin Abi Thaalib): “Demi
Dzat yang membelah biji-bijian dan melepaskan angin. Sesungguhnya Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah berjanji kepadaku bahwasannya tidak ada
yang mencintaiku kecuali ia seorang mukmin, dan tidak ada yang membenciku
kecuali ia seorang munafiq”. (Diriwayatkan oleh Muslim no. 78, Ahmad 1/84 &
95 & 128 dan dalam Al-Fadlaail no. 948 & 961, ‘Abdullah bin Ahmad dalam
Zawaaid Fadlaailush-Shahaabah no. 1107, Ibnu Abi Syaibah 12/56-57, An-Nasaa’iy
dalam Ash-Shughraa no. 5022 & dalam Al-Kubraa no. 8431-8432 & 8097
& dalam Fadlaailush-Shahaabah no. 50 & dalam Al-Khashaaish no. 100-102,
Ibnu Maajah no. 114, At-Tirmidziy no. 3736, Ibnu Hibbaan no. 6924, Al-Bazzaar
no. 560, Abu Ya’laa no. 445, Ibnu Abi ‘Aashim no. 1325, Ibnu Mandah dalam
Al-Iimaan no. 261, Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah 4/185, Al-Baghawiy no. 3908-3909,
Ibnul-‘Arabiy dalam Al-Mu’jam 1/333-334, Ibnu Jamii’ dalam Mu’jamusy-Syuyuukh no.
187, Al-Balaadzuriy dalam Al-Ansaab 2/350, dan Adz-Dzahabiy dalam As-Siyar
12/509)
2. Hak Untuk Mendapatkan Pembelaan
Dan Pembebasan Dari Segala Tuduhan (Yang Tidak Benar)
Sebagai konsekuensi dari rasa cinta
adalah melakukan pembelaan dan pembebasan dari segala tuduhan, fitnah, dan
berbagai celaan tak berdasar yang dialamatkan kepada Ahlul-Bait.
Seperti halnya pembelaan terhadap
‘Aaisyah atas tuduhan berbuat zina, karena Allah ta’ala telah memberikan
persaksian bebasnya ‘Aaisyah atas hal itu:
إِنَّ الَّذِينَ
جَاءُوا بِالإفْكِ عُصْبَةٌ مِنْكُمْ لا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَكُمْ بَلْ هُوَ خَيْرٌ
لَكُمْ لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ مَا اكْتَسَبَ مِنَ الإثْمِ وَالَّذِي تَوَلَّى كِبْرَهُ
مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang
membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira
bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu.
Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya.
Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam
penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar”. (QS. An-Nuur: 11)
Juga pembelaan terhadap ‘Aaisyah yang
dituduh telah menjadi kafir, padahal Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
telah bersabda bahwa ia istrinya di dunia dan di akhirat (jannah) Juga
pembelaan terhadap Ahlul-Bait dari anggapan memiliki sebagian sifat Rububiyyah
Allah ta’ala. (2)
Kecintaan kita terhadap Ahlul-Bait
tidak lah buta sehingga membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar.
Misalnya: Kecintaan kita tidaklah membuat kita membenarkan tuntutan Faathimah
atas tanah Fadak dan menyalahkan Abu Bakr radliyallaahu ‘anhumaa yang
menahannya. Abu Bakr melakukan hal itu hanyalah berdasarkan sabda Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Kecintaan kita tidak lah membuat kita
membenar-benarkan tindakan sebagian ‘habaaib’ yang sering mengajak manusia
untuk mengkultuskan mereka, sebab Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
telah melarang pengkultusan individu.
عَنْ عُمَر رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ، يَقُولُ: عَلَى الْمِنْبَرِ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم
يَقُولُ: " لَا تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ فَإِنَّمَا
أَنَا عَبْدُهُ، فَقُولُوا: عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ"
Dari ‘Umar radliyallaahu ‘anhu, ia
berkata: Aku mendengar Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam di atas mimbar
bersabda: “Janganlah kalian berlebih-lebihan terhadapku sebagaimana Nashara
berlebih-lebihan terhadap Ibnu Maryam. Aku ini hanyalah seorang hamba, maka
katakanlah bahwa aku adalah hamba dan Rasul-Nya”. (Diriwayatkan oleh
Al-Bukhaariy no. 3445 & 6830, Ad-Daarimiy no. 2784, Ahmad 1/23 & 1/24
& 1/47 & 1/55-56, Ibnu Hibbaan dalam Shahih-nya no. 413 & 414 &
6239 dan dalam Ats-Tsiqaat 2/152-153, Al-Baihaqiy dalam Al-Madkhal no. 535 dan
dalam Dalaailun-Nubuwwah 1/291 & 5/498, Ath-Thayaalisiy no. 24, Al-Humaidiy
no. 27, Al-Bazzaar dalam Al-Bahr no. 194, Abu Ya’laa no. 153, ‘Abdurrazzaaq
dalam Al-Mushannaf no. 9758 dan dalam At-Tafsiir no. 3642, Ath-Thabaraaniy
dalam Al-Ausath no. 1937, Ibnu Jamii’ dalam Mu’jamusy-Syuyuukh no. 111,
Adz-Dzahabiy dalam Al-Mu’jamul-Mukhtash 1/41 & 1/193, Al-Laalikaa’iy dalam
Syarh Ushuulil-I’tiqaad no. 2436 & 2674, Al-Baghawiy no. 3681, At-Tirmidziy
dalam Asy-Syamaail no. 330, Ibnu Abi Khaitsamah dalam At-Taariikh no. 968,
Al-Khathiib dalam Al-Fashl no. 408, dan Abu Zur’ah Thaahir Al-Maqdisiy dalam
Shafwatut-Tashawwuf no. 679)
‘Ali bin Al-Husain Zainal ‘Aabidiin
rahimahumallah pernah berkata dalam sebuah riwayat berikut:
أبو خالد الكابلي
سمعت علي بن الحسين عليه السلام يقول: ان اليهود أحبوا عزيرا حتى قالوا فيه ما قالوا
فلا عزير منهم ولا هم من عزيز، وأن النصارى أحبوا عيسى حتى قالوا فيه ما قالوا، فلا
عيسى منهم ولاهم من عيسى. وانا على سنة من ذلك ان قوما من شيعتنا سيحبونا حتى يقولوا
فينا ما قالت اليهود في عزير، وما قالت النصارى في عيسى بن مريم، فلاهم منا ولا نحن
منهم.
Abu Khaalid Al-Kaabaliy: Aku
mendengar ‘Aliy bin Al-Husain ‘alaihis-salaam berkata: “Sesungguhnya Yahudi
mencintai ‘Uzair hingga mereka berkata tentangnya apa-apa yang telah mereka
katakan. (3) Padahal. ‘Uzair bukan termasuk golongan mereka, dan mereka
pun bukan termasuk pengikut ‘Uzair. Dan sesungguhnya Nashaaraa mencintai ‘Iisaa
hingga mereka berkata apa-apa yang telah mereka katakan. Padahal ‘Iisaa bukan
termasuk golongan mereka, dan mereka bukan termasuk pengikut ‘Iisaa. Sesungguhnya
hal itu juga berlaku pada kami. Ada suatu kaum dari Syi’ah kami yang mencintai
kami hingga mereka mengatakan tentang kami (seperti) apa-apa yang telah
dikatakan oleh Yahudi terhadap ‘Uzair dan yang dikatakan Nasharaa terhadap
‘Iisaa bin Maryam. Maka mereka itu bukan termasuk kami, dan kami pun bukan
termasuk mereka”. (Rijaalul-Kasysyiy, hal 111 – referensi Syi’ah) (4)
3. Hak Untuk Disampaikan Shalawat Dan
Salam
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam telah mengajarkan dan memerintahkan kita untuk mengucapkan kepada
ahlul-bait beliau. Misalnya setelah tasyahud pada waktu saat shalat:
عَنْ مَعْمَرٍ، عَنِ
ابْنِ طَاوُسٍ، عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ مُحَمَّدٍ، عَنْ عَمْرِو بْنِ حَزْمٍ، عَنْ
رَجُلٍ مِنْ أَصْحَابِ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم أَنّ النَّبِيَّ صلى الله عليه
وسلم كَانَ يَقُولُ: " اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ،
وَعَلَى أَزْوَاجِهِ، وَذُرِّيَّتِهِ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى
آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَهْلِ
بَيْتِهِ، وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى
آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ"
Dari Ma’mar, dari Ibnu Thaawus, dari
Abu Bakr Muhammad, dari ‘Amru bin Hazm, dari seorang laki-laki dari kalangan shahabat
Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam: Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi
wa sallam pernah bersabda: “Ya Allah, berilah kebahagiaan kepada Muhammad dan
kepada Ahli Baitnya, istri-istrinya serta keturunannya sebagaimana Engkau telah
memberikan kebahagiaan kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha
Terpuji lagi Maha Mulia. Dan berikanlah barakah kepada Muhammad dan kepada Ahli
Baitnya, istri-istrinya, serta keturunannya, sebagaimana Engkau telah
memberikan barakah kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji
lagi Maha Mulia”. (Diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaaq no. 3103, dan dari jalannya
Ahmad 5/374; shahih)
Dalam doa:
أَخْبَرَنَا سَعِيدُ
بْنُ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ الْأُمَوِيُّ فِي حَدِيثِهِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عُثْمَانَ
بْنِ حَكِيمٍ، عَنْ خَالِدِ بْنِ سَلَمَةَ، عَنْ مُوسَى بْنِ طَلْحَةَ، قَالَ: سَأَلْتُ
زَيْدَ بْنَ خَارِجَةَ، قَالَ: أَنَا سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم
فَقَالَ: " صَلُّوا عَلَيَّ وَاجْتَهِدُوا فِي الدُّعَاءِ وَقُولُوا: اللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ"
Telah mengkhabarkan kepada kami
Sa’iid Al-Umawiy dalam haditsnya, dari ayahnya, dari ‘Utsmaan bin Hakiim, dari
Khaalid bin Salamah, dari Muusaa bin Thalhah, ia berkata: Aku pernah bertanya
kepada Zaid bin Khaarijah, ia berkata: Aku pernah bertanya kepada Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda: “Bershalawatlah kepadaku
dan bersungguh-sungguhlah dalam berdoa. Ucapkanlah: “Ya Allah, berikanlah
shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad”. (Diriwayatkan oleh
An-Nasaa’iy no. 1292; shahih) atau secara umum di waktu-waktu yang lain.
4. Hak Mendapatkan Khumus (Seperlima
Harta Ghanimah Atau Fai’)
Allah ta’ala berfirman:
مَا أَفَاءَ اللَّهُ
عَلَى رَسُولِهِ مِنْ أَهْلِ الْقُرَى فَلِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِي الْقُرْبَى
وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ كَيْ لا يَكُونَ دُولَةً بَيْنَ
الأغْنِيَاءِ مِنْكُمْ
“Apa saja harta rampasan (fai-i) yang
diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang berasal dari penduduk kota-kota maka
adalah untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin
dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan hanya beredar di
antara orang-orang kaya saja di antara kamu”. (QS. Al-Hasyr: 7)
وَاعْلَمُوا أَنَّمَا
غَنِمْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَأَنَّ لِلَّهِ خُمُسَهُ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِي الْقُرْبَى
وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ
“Ketahuilah, sesungguhnya apa saja
yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima
untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan
ibnus-sabiil…..”. (QS. Al-Anfaal: 41)
حدثنا أحمد بن سنان
، ثنا عبد الرحمن بن مهدي ، ثنا سفيان ، عن قيس بن مسلم ، قال: سألت الحسن عن قوله:
« ( واعلموا أنما غنمتم من شيء فأن لله خمسه وللرسول ولذي القربى ، قال: اختلف الناس
بعد وفاة رسول الله صلى الله عليه وسلم في هذين السهمين ، فقال قائلون: سهم القرابة
لقرابة النبي صلى الله عليه وسلم ، وقال قائلون: لقرابة الخليفة » وروي عن سعيد بن
جبير ، وعكرمة ، قالا: « قرابة النبي صلى الله عليه وسلم»
Telah menceritakan kepada kami Ahmad
bin Sinaan: Telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrahman bin Mahdiy: Telah
menceritakan kepada kami Sufyaan, dari Qais bin Muslim, ia berkata: Aku
bertanya kepada Al-Hasan tentang firman Allah: ‘Ketahuilah, sesungguhnya apa
saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya
seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul’ (QS. Al-Anfaal: 41), maka ia
menjawab: “Orang-orang berselisih pendapat setelah wafatnya Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam tentang dua bagian ini. Beberapa orang berkata:
‘Bagian kekerabatan adalah untuk kerabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam’.
Sebagian lain mengatakan: ‘Untuk kerabat khaliifah”. Dan diriwayatkan dari
Sa’iid bin Jubair dan ‘Ikrimah, mereka berdua berkata: “(Untuk) kerabat Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa sallam”. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Haatim dalam
Tafsir-nya 7/97; sanadnya shahih sampai Al-Hasan)
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:
وكذلك آل بيت رسول
الله صلى الله عليه وسلم، لهم من الحقوق ما يجب رعايتها؛ فإن الله جعل لهم حقا في الخمس
والفيء، وأمر بالصلاة عليهم مع الصلاة على رسول الله صلى الله عليه وسلم،
“Dan begitu pula keluarga Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Mereka mempunyai hak-hak yang wajib untuk
dipelihara. Karena Allah ta’ala telah menjadikan bagi mereka hak (memperoleh
bagian) khumus dan fai’. Dan memerintahkan mengucapkan shalawat kepada mereka
bersama shalawat yang diucapkan kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam…” (Majmuu’ Al-Fataawaa, 3/407)
Seperti yang telah kita lihat, bahwa
Allah ta’ala hanya menentukan bagian khumus ini dari ghanimah dan fai’. Akan
tetapi, Syi’ah mengada-adakan sendiri aturan bahwa khumus itu juga diambil dari
semua jenis harta kaum muslimin. (5)
Sebagai tambahan: Ahlul-bait berhak
mendapatkan khumus, akan tetapi mereka diharamkan menerima shadaqah. Hal itu
dikarenakan untuk memuliakan mereka dan membersihkan mereka dari kotoran,
sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
إِنَّ هَذِهِ الصَّدَقَاتِ
إِنَّمَا هِيَ أَوْسَاخُ النَّاسِ، وَإِنَّهَا لَا تَحِلُّ لِمُحَمَّدٍ وَلَا لِآلِ
مُحَمَّدٍ
“Sesungguhnya shadaqah-shadaqah ini
hanyalah kotoran manusia. Ia tidak halal bagi Muhammad dan juga bagi keluarga
Muhammad”. (Diriwayatkan oleh Muslim no. 1072, Ahmad 4/166, Abu Daawud no.
2985, An-Nasaa’iy dalam Ash-Shughraa no. 2609 dan dalam Al-Kubraa no. 2401,
Ibnu Abi ‘Aashim dalam Al-Aahaadul wal-Matsaaniy no. 438, Ibnu Khuzaimah no.
2342 & 2352, Abu ‘Awaanah no. 2605, Abu Nu’aim dalam Al-Musnad
Al-Mustakhraj no. 2396 dan dalam Ma’rifatush-Shahaabah no. 2755,
Ath-Thabaraaniy dalam Al-Kabiir 5/54-55 no. 4566, Al-Khaththaabiy dalam
Ghariibul-Hadiits 2/186, Al-Qaasim bin Sallaam dalam Al-Amwaal no. 842, Ibnu
Abi Syaibah dalam Taariikh Al-Madiinah no. 1051)
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:
وأما تحريم الصدقة،
فحرمها عليه وعلى أهل بيته تكميلًا لتطهيرهم ودفعًا للتهمة عنه، كما لم يورث، فلا يأخذ
ورثته درهمًا ولا دينارًا،
“Adapun pengharaman shadaqah, maka ia
diharamkan terhadap beliau dan ahlul-baitnya sebagai satu kesempurnaan
penyucian mereka dan menolak kecurigaan terhadap beliau. Sebagaimana juga
beliau tidak mewariskan sesuatu pun. Oleh karena itu, mereka tidak
diperbolehkan mengambil satu dinar atau satu dirham pun”. (Majmuu’ Al-Fataawaa,
19/30)
5. Hak Pengakuan Bahwa Nasab Mereka Adalah
Nasab Yang (Paling) Mulia
Hal itu dikarenakan Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam telah bersabda:
إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى
كِنَانَةَ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيلَ، وَاصْطَفَى قُرَيْشًا مِنْ كِنَانَةَ، وَاصْطَفَى
مِنْ قُرَيْشٍ بَنِي هَاشِمٍ، وَاصْطَفَانِي مِنْ بَنِي هَاشِمٍ"
“Sesungguhnya Allah telah memilih
dari anak Ismaa’iil, dan telah memilih Quraisy dari (anak-anak) Kinaanah, dan
telah memilih dari (anak-anak) Quraisy Bani Haasyim, dan telah memilihku dari
Bani Haasyim”. (Diriwayatkan oleh Muslim no. 2276, Ibnu Abi Syaibah 11/478,
Ahmad 4/107, At-Tirmidziy no. 3605-3606, Ibnu Abi ‘Aashim dalam As-Sunnah no.
1499 dan dalam Al-Aahaadu wal-Matsaaniy no. 893, Al-Laalikaa’iy no. 1399, Abu
Ya’laa no. 7485 & 7487, Ibnu Sa’d dalam Ath-Thabaqaat 1/5, Ibnu Hibbaan no.
6242 & 6333 & 6375, Ath-Thabaraaniy dalam Al-Kabiir 22/no. 161,
Al-Haakim dalam Al-Ma’rifah 1/161, Al-Baihaqiy dalam Al-Kubraa 6/363 &
7/132 dan dalam Dalaailun-Nubuwwah 1/165-166 dan dalam Syu’abul-Iimaan no.
1391, Al-Jurjaaniy dalam Al-Amaaliy no. 247, Al-Jurqaaniy dalam Al-Abaathil no.
161, Abu Nu’aim dalam Ma’rifatush-Shahaabah 1/38-39 no. 27, Al-Baghawiy dalam
Syarhus-Sunnah no. 3613 dan dalam Ma’aalimut-Tanziil no. 1390, dan Al-Khathiib
dalam At-Taariikh 13/64)
Satu hal yang patut di simak dalam
hal bahasan ini adalah perkataan Ibnu Rajab Al-Hanbaliy rahimahullah:
معناه أنَّ العملَ
هو الذي يَبلُغُ بالعبدِ درجات الآخرة، كما قال تعالى: {وَلِكُلٍّ دَرَجَاتٌ مِمَّا
عَمِلُوا}، فمَن أبطأ به عملُه أن يبلُغَ به المنازلَ العاليةَ عند الله تعالى لَم
يُسرِع به نسبُه، فيبلغه تلك الدَّرجات؛ فإنَّ اللهَ رتَّب الجزاءَ على الأعمال لا
على الأنساب، كما قال تعالى: {فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلاَ أَنسَابَ بَيْنَهُمْ
يَوْمَئِذٍ وَلاَ يَتَسَاءَلُونَ}، وقد أمر الله تعالى بالمسارعةِ إلى مغفرتِه ورحمتِه
بالأعمال، كما قال: {وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِن رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا
السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلمُتَّقِينَ الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ
وَالضَّرَّاءِ وَالكَاظِمِينَ الغَيْظَ} الآيتين، وقال: {إِنَّ الَّذِينَ هُم مِنْ
خَشْيَةِ رَبِّهِم مُشْفِقُونَ وَالَّذِينَ هُم بِآيَاتِ رَبِّهِمْ يُؤْمِنُونَ وَالَّذِينَ
هُم بِرَبِّهِمْ لاَ يُشْرِكُونَ وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ
أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ أُولَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الخَيْرَاتِ وَهُمْ
لَهَا سَابِقُونَ}
“Maknanya adalah amal lah yang
menyampaikan seorang hamba kepada derajat-derajat akhirat, sebagaimana firman
Allah ta’ala: ‘Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang)
dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka
kerjakan’ (QS. Al-An’am: 32) Barangsiapa yang melambatkan amalnya yang dapat
menyampaikannya ke tempat yang tinggi di sisi Allah, maka tidaklah bisa
dipercepat dengannya oleh (kemuliaan) nasabnya yang kemudian menyampaikannya
kepada derajat tersebut. Karena sesungguhnya Allah menetapkan balasan berdasarkan
amal, bukan berdasarkan nasab, sebagaimana firman Allah ta’ala: ‘Apabila
sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada
hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya’ (QS. Al-Mukminuun: 101)
Allah ta’ala telah memerintahkan untuk berlomba-lomba menuju ampunan dan
rahmat-Nya dengan amalan, sebagaimana firman-Nya: ‘Dan bersegeralah kamu kepada
ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang
disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang
menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang
yang menahan amarahnya’ (QS. Ali ‘Imraan: 133-134) Dan juga firman-Nya:
‘Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka,
Dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka, Dan orang-orang
yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apa pun), Dan
orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang
takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan
mereka, mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah
orang-orang yang segera memperolehnya’ (QS. Al-Mukminuun: 57-61)”. (Dinukil
melalui perantaraan Fadhlu Ahlil-Bait wa ‘Uluwwu Makanaatihim ‘inda
Ahlis-Sunnah wal-Jamaa’ah oleh ‘Abdul-Muhsin Al-‘Abbaad Al-Badr, hal. 14-15;
Daar Ibnil-Atsiir, Cet. 1/1422)
Dan tingkat ketaqwaan lah yang akan
menentukan kemuliaan seseorang di sisi Allah ta’ala, sebagaimana firman-Nya:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ
عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia
di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu”. (QS.
Al-Hujuraat: 13)
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ،
حَدَّثَنَا سَعِيدٌ الْجُرَيْرِيُّ، عَنْ أَبي نَضْرَةَ، حَدَّثَنِي مَنْ سَمِعَ خُطْبةَ
رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فِي وَسَطِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ، فَقَالَ:
" يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أَلَا إِنَّ رَبكُمْ وَاحِدٌ، وَإِنَّ أَباكُمْ وَاحِدٌ،
أَلَا لَا فَضْلَ لِعَرَبيٍّ عَلَى أَعْجَمِيٍّ، وَلَا لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبيٍّ،
وَلَا لِأَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ، وَلَا أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ، إِلَّا بالتَّقْوَى،
أَبلَّغْتُ؟ "، قَالُوا: بلَّغَ رَسُولُ اللَّهِ
Telah menceritakan kepada kami
Ismaa’iil: Telah menceritakan kepada kami Sa’iid Al-Jurairiy, dari Abu Nadlrah:
Telah menceritakan kepadaku dari seseorang yang mendengar khutbah Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam pada pertengahan hari-hari tasyriq. Beliau
bersabda: “Wahai sekalian manusia, ingatlah bahwa Rabb kalian itu satu, dan
bapak kalian juga satu. Dan ingatlah, tidak ada kelebihan bagi orang ‘Arab atas
orang ‘Ajam (non-‘Arab), tidak pula orang ‘Ajam atas orang ‘Arab, tidak pula
orang berkulit merah atas orang berkulit hitam, dan tidak pula orang berkulit
hitam di atas orang berkulit merah; kecuali atas dasar ketaqwaan. Apakah aku
telah menyampaikannya?”. Mereka menjawab: “Rasulullah telah menyampaikannya…..”.
(Diriwayatkan oleh Ahmad 5/411. Orang yang mendengar khutbah Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam tersebut adalah Jaabir bin ‘Abdillah radliyallaahu ‘anhu,
sebagaimana tertera dalam riwayat Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah 3/100 dan
Al-Baihaqiy dalam Syu’abul-Iimaan no. 4921 & 5137. Hadits ini shahih)
Oleh karena itu, bagi bapak-bapak
habiib (habaaib) yang mengaku punya nasab mulia, maafkanlah kami seandainya
kami tidak memberikan loyalitas kepada sebagian antum yang masih saja doyan
bid’ah atau bahkan kesyirikan. Nasab bukanlah objek yang bisa dijadikan alat
untuk mendapatkan loyalitas, dukungan, atau bahkan……. (mesin penghasil
keuntungan dunia – inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun jika ada yang
demikian).
Footnote:
(1) Mengenai pembahasan Ahlul-Bait,
silakan baca artikel kami:
http://abul-jauzaa.blogspot.com/2009/05/ahlul-bait-nabi-shallallaahu-alaihi-wa.html.
(2) Sebagaimana anggapan orang-orang
Syi’ah bahwa ‘Aliy dan sebagian keturunannya mengetahui semua perbendaharaan
ilmu, mengetahui kapan akan mati, bebas dari kesalahan dan lupa, dan yang
lainnya.
(3) Yaitu ‘Uzair anak Allah, sebagaimana
firman Allah ta’ala:
وَقَالَتِ الْيَهُودُ
عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ
بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ
أَنَّى يُؤْفَكُونَ
“Orang-orang Yahudi berkata:
"Uzair itu putra Allah" dan orang Nasrani berkata: "Al Masih itu
putra Allah". Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka
meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka;
bagaimana mereka sampai berpaling?” (QS. At-Taubah: 30)
(4) Nukilan ini sebagai pelajaran
bagi orang Syi’ah yang terbiasa dengan sikap berlebih-lebihan dalam ‘mencintai’
(???); yang diambil dari perkataan salah satu imam mereka.
(5) Silakan baca: http://aljawad.tripod.com/arsipbuletin/khumus.html "Link diambil saat masih aktif".
Semoga yang sedikit ini dapat
bermanfaat bagi kita semua…
(Ditulis 1432 H– hari pertama tahun
2011 M)
Penulis: Abul Jauzaa’ Dony Arif Wibowo
(Alumnus IPB & UGM)
Editor: Ahmadi As-Sambasy
Cilacap – Jawa Tengah
Posting Komentar untuk "Hak-Hak Ahlul Bait Nabi (Menurut Ahlussunnah)"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.