Hukum Ramalan Bintang (Tanjiim)
Apa hukum tanjiim (ramalan bintang)?
Jawab:
Allah ta’ala telah berfirman:
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ
لَكُمُ النُّجُومَ لِتَهْتَدُوا بِهَا فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ
“Dan Dia-lah yang menjadikan
bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di
darat dan di laut”. (QS. Al-An’aam: 97)
وَلَقَدْ زَيَّنَّا
السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ
“Sesungguhnya Kami telah menghiasi
langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu
alat-alat pelempar setan”. (QS. Al-Mulk: 5)
وَالنُّجُومُ مُسَخَّرَاتٌ
بِأَمْرِهِ
“Dan bintang-bintang itu ditundukkan
(untukmu) dengan perintah-Nya”. (QS. An-Nahl: 12)
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
من اقتبس شعبة من
النجوم فقد اقتبس شعبة من السحر زاد ما زاد
“Barangsiapa mengambil salah satu
cabang dari ilmu nujum (perbintangan), sungguh ia telah mengambil salah satu
cabang dari ilmu sihir. Semakin bertambah ilmu nujum itu, maka semakin
bertambah pula sihir yang ia pelajari”. (Shahih – Diriwayatkan oleh Abu Dawud
(no. 3905), Ibnu Majah (no. 3726), dan Ahmad (1/227, 311) Hadits tersebut
terdapat dalam Silsilah Ash-Shahiihah (no. 793) dan Shahiihul-Jaami’ (no. 6074))
إنما أخاف على أمتي
التصديق بالنجوم والتكذيب بالقدر وحيف الأئمة
“Sesungguhnya yang aku takutkan dari
umatku hanyalah membenarkan ramalan bintang, mendustakan takdir, dan kesewenang-wenangan
para penguasa/pemimpin”. (1)
Ibnu ‘Abbas radliyallaahu ‘anhuma
berkata mengenai satu kaum yang sedang menulis riwayat Abu Jaad sambil
melihat/memperhatikan bintang:
ما أرى من فعل ذلك
له عند الله من خلاق
“Aku tidak pernah melihat orang yang
berbuat tersebut di sisi Allah selama ini”.
Qatadah rahimahullahu ta’ala berkata:
خلق الله هذه النجوم
لثلاث: زِنة للسماء، ورجومًا للشياطين، وعلامات يُهتدى بها، فمن تأول فيها غير ذلك
فقد أخطأ حظه وأضاع نفسه وتكلف ما لا علم له به.
“Allah telah menciptakan bintang
untuk tiga hal: perhiasan langit, pelempar syaithan-syaithan, dan sebagai tanda
bagi orang (tersesat) yang ditunjuki dengannya. Barangsiapa yang menta’wilkan
selain dari ketiga hal tersebut, maka ia telah keliru, merusak diri, dan
memperberat-berat terhadap apa yang ia tidak mempuyai pengetahuan tentangnya”.
Footnote:
(1) Diriwayatkan oleh ‘Abdun bin
Humaid (1/428) dari Rajaa’ bin Haiwah secara mursal. Diriwayatkan pula oleh
Ibnu ‘Asaakir dari Abu Mihshan secara marfu’:
إنما أخاف على أمتي
ثلاثًا: حيف الأئمة، وإيمانًا بالنجوم، وتكذيبًا بالقدر
“Sesungguhnya yang aku takutkan dari
umatku hanyalah dalam tiga perkara: Kesewenang-wenangan para penguasa/pemimpin,
mempercayai ramalan bintang, dan mendustai takdir”.
Diriwayatkan juga oleh Ibnu
‘Abdil-Barr dalam Al-‘Ilm (2/39) dengan sanad dla’if (lemah), dan ia mempunyai
syawaahid dari hadits Abu Dardaa’, Anas, dan Jaabir. Lihat Ash-Shahiihah (no.
1127) dan Shahiihul-Jaami’ (no. 214-215)
(Sumber: 200 Suaal wa Jawaab
fil-‘Aqiidah oleh Asy-Syaikh Haafidh bin Ahmad Al-Hakamiy, antara hal. 180 –
184, takhrij: Hilmiy bin Isma’il Ar-Rasyiidiy; Daarul-‘Aqiidah, Cet. 1/1419 H –
dengan sedikit perubahan dan tambahan)
Penulis: Abul Jauzaa’
(Alumnus IPB & UGM)
Editor: Ahmadi As-Sambasy
Cilacap – Jawa Tengah
Posting Komentar untuk "Hukum Ramalan Bintang (Tanjiim)"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.