Hukum Mempercayai MBAH DUKUN !!!
Tanya: Apa hukumnya mempercayai ramalan
seorang paranormal ? Saya perhatikan, kadang ramalan seorang paranormal itu
benar sebagaimana ramalan Mama Loren tentang musibah beruntun di awal tahun
2007 ?.
Jawab: Sebelum menjawab pertanyaan Saudara,
ada beberapa hal yang perlu diketahui sebagai berikut:
Yang mengetahui urusan ghaib hanyalah
Allah ta’ala sebagaimana firman-Nya:
إِنّ اللّهَ عِندَهُ
عِلْمُ السّاعَةِ وَيُنَزّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي
نَفْسٌ مّاذَا تَكْسِبُ غَداً وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنّ اللّهَ
عَلَيمٌ خَبِيرٌ
“Sesungguhnya Allah, hanya pada
sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan
hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat
mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada
seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS. Luqman: 34)
وَعِندَهُ مَفَاتِحُ
الْغَيْبِ لاَ يَعْلَمُهَآ إِلاّ هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرّ وَالْبَحْرِ وَمَا
تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلاّ يَعْلَمُهَا وَلاَ حَبّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأرْضِ وَلاَ
رَطْبٍ وَلاَ يَابِسٍ إِلاّ فِي كِتَابٍ مّبِينٍ
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci
semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia
mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang
gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun
dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan
tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)". (QS. Al-An’am: 59)
Perkara ghaib yang dimaksudkan dalam
ayat di atas adalah semua perkara yang tidak mungkin dijangkau oleh akal dan
indera manusia, seperti menentukan hari Kiamat, kapan kepastian lahir dan mati
seseorang, apa yang akan dilakukan manusia atau makhluk lain esok hari, dan
yang lainnya.
Allah ta’ala hanya memberikan
sebagian pengetahuan ghaib tersebut kepada para utusan-Nya sesuai dengan
kehendak-Nya. Allah berfirman:
مّا كَانَ اللّهُ
لِيَذَرَ الْمُؤْمِنِينَ عَلَىَ مَآ أَنْتُمْ عَلَيْهِ حَتّىَ يَمِيزَ الْخَبِيثَ مِنَ
الطّيّبِ وَمَا كَانَ اللّهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ وَلَكِنّ اللّهَ يَجْتَبِي
مِن رّسُلِهِ مَن يَشَآءُ فَآمِنُواْ بِاللّهِ وَرُسُلِهِ وَإِن تُؤْمِنُواْ وَتَتّقُواْ
فَلَكُمْ أَجْرٌ عَظِيمٌ
“Allah sekali-kali tidak akan
membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga
Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin). Dan Allah
sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi
Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. Karena itu
berimanlah kepada Allah dan rasul-rasulNya; dan jika kamu beriman dan bertakwa,
maka bagimu pahala yang besar”. (QS. Aali ‘Imran: 179)
عَالِمُ الْغَيْبِ
فَلاَ يُظْهِرُ عَلَىَ غَيْبِهِ أَحَداً * إِلاّ مَنِ ارْتَضَىَ مِن رّسُولٍ فَإِنّهُ
يَسْلُكُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَداً
"(Dia adalah Tuhan) Yang
Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang
yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia
mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya”. (QS. Al-Jin:
26-27)
Ibnu ‘Abbas berkata,”Ayat ini
maksudnya: Allah hanya memberi tahu kepada para utusan-Nya perkara ghaib
melalui wahyu. Selanjutnya mereka (para utusan-Nya – yaitu para Nabi dan Rasul)
memperlihatkan kepada umatnya perkara ghaib ini dan hukum Allah lainnya,
sedangkan selain utusan-Nya tidak ada yang mengetahui”. (lihat Tafsir Ad-Durrul-Mantsur
8/309 oleh As-Suyuthi)
Meskipun demikian, tidaklah para
utusan Allah dari kalangan Nabi dan Rasul itu mengetahui perkara ghaib secara
mutlak, melainkan sebatas yang diberitahukan Allah kepadanya. Allah berfirman:
قُل لاّ أَقُولُ
لَكُمْ عِندِي خَزَآئِنُ اللّهِ وَلآ أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلآ أَقُولُ لَكُمْ إِنّي
مَلَكٌ إِنْ أَتّبِعُ إِلاّ مَا يُوحَىَ إِلَيّ
“Katakanlah: Aku tidak mengatakan
kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku
mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang
malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku”. (QS.
Al-An’am: 50)
قُل لاّ أَمْلِكُ
لِنَفْسِي نَفْعاً وَلاَ ضَرّاً إِلاّ مَا شَآءَ اللّهُ وَلَوْ كُنتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ
لاَسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسّنِيَ السّوَءُ إِنْ أَنَاْ إِلاّ نَذِيرٌ
وَبَشِيرٌ لّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Katakanlah: "Aku tidak berkuasa
menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali
yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku
membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan.
Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi
orang-orang yang beriman." (QS. Al-A’raf: 188)
‘Aisyah radliyallaahu ‘anhaa berkata:
ومن حدثك أنه يعلم
ما في غد فقد كذب ثم قرأت { وما تدري نفس ماذا تكسب غدا }
“Dan barangsiapa menceritakan
kepadamu bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam mengetahui apa yang terjadi
waktu besok, maka sungguh dia berkata dusta”. Lalu ‘Aisyah membecakan ayat:
“Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang
diusahakannya besok”. (HR. Bukhari nomor 4574 Bab Tafsiri Suratin-Najm)
Dari apa yang telah dijelaskan di
atas, nyatalah bagi kita semua bahwa perkara ghaib mutlak menjadi hak Allah,
dan Dia hanya memberikan sebagian pengetahuan tersebut kepada para Nabi dan
Rasul untuk membuktikan kebenaran risalah yang dibawanya.
Jikalau ada orang yang mengaku bahwa
ia mengetahui sebagian perkara/urusan ghaib, maka dapat dipastikan bahwa ia
berdusta berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Mereka lah orang-orang yang
disebut sebagai dukun (kahin - alias mbah dukun).
Terkadang, memang, perkataan dukun
tersebut secara kebetulan mencocoki kebenaran. Ada hadits shahih yang
menjelaskan fenomena ini. Diriwayatkan dari ‘Aisyah radliyallaahu ‘anhaa ia
berkata:
سأل رسول الله صلى
الله عليه وسلم ناس عن الكهان فقال ليس بشيء فقالوا يا رسول الله إنهم يحدثوننا أحيانا
بشيء فيكون حقا فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم تلك الكلمة من الحق يخطفها الجني
فيقرها في أذن وليه فيخلطون معها مائة كذبة
Orang-orang bertanya kepada
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam tentang berita-berita yang disampaikan
para dukun. Beliau menjawab: “Berita-berita tersebut bohong belaka”. Mereka
berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya berita-berita yang mereka sampaikan
itu terkadang sesuai kenyataan?”. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam
menjawab: “Itulah kebenaran yang dicuri oleh jin, lalu dibisikkannya ke telinga
pengikutnya. Lalu ia mencampurkannya dengan seratus kebohongan”. (HR. Bukhari
nomor 5429 Bab: Al-Kahaanah dan Muslim nomor 2228 Bab: Tahriimil-Kahaanah)
Dari Abu Hurairah radliyallaahu
‘anhu, bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إذا قضى الله الأمر
في السماء ضربت الملائكة بأجنحتها خضعانا لقوله كالسلسلة على صفوان قال علي وقال غيره
صفوان ينفذهم ذلك فإذا { فزع عن قلوبهم قالوا ماذا قال ربكم قالوا } للذي قال { الحق
وهو العلي الكبير } فيسمعها مسترقو السمع ومسترقو السمع هكذا واحد فوق آخر ووصف سفيان
بيده وفرج بين أصابع يده اليمنى نصبها بعضها فوق بعض فربما أدرك الشهاب المستمع قبل
أن يرمي بها إلى صاحبه فيحرقه وربما لم يدركه حتى يرمي بها إلى الذي يليه إلى الذي
هو أسفل منه حتى يلقوها إلى الأرض وربما قال سفيان حتى تنتهي إلى الأرض فتلقى على فم
الساحر فيكذب معها مائة كذبة فيصدق فيقولون ألم يخبرنا يوم كذا وكذا يكون كذا وكذا
فوجدناه حقا للكلمة التي سمعت من السماء
“Apabila Allah menetapkan perintah di
atas langit, para malaikat mengepakkan sayap-sayapnya karena patuh akan
firman-Nya, seakan-akan firman (yang didengar) itu seperti gemerincing rantai
besi (yang ditarik) di atas batu rata. Hal itu memekakkan mereka (sehingga
mereka jatuh pingsan karena ketakutan). Maka apabila telah dihilangkan rasa
takut dari hati mereka, mereka berkata: “Apa yang difirmankan Tuhanmu ?”.
Mereka menjawab: “(Perkataan) yang benar. Dan Dial ah Yang Maha Tinggi lagi
Maha Besar”. Ketika itulah, (syaithan-syaithan) penyadap berita (wahyu)
mendengarnya. Keadaan penyadap berita itu seperti ini: sebagian mereka di atas
sebagian yang lain – digambarkan oleh Sufyan (perawi hadits – Abul-Jauzaa')
dengan telapak tangannya, dengan direnggangkan dan dibuka jari-jemarinya – maka
ketika penyadap berita (yang di atas) mendengar kalimat (firman) itu,
disampaikannyalah kepada yang di bawahnya. Kemudian disampaikan lagi kepada
yang ada di bawahnya, dan demikian seterusnya hingga disampaikan ke mulut tukang
sihir atau tukang ramal. Akan tetapi, kadangkala syaithan penyadap berita itu
terkena syihab (meteor) sebelum sempat menyampaikan kalimat (firman) tersebut,
dan kadangkala sudah sempat menyampaikannya sebelum terkena syihab. Lalu dengan
satu kalimat yang didengarnya itulah, tukang sihir atau tukang ramal melakukan
seratus macam kebohongan. Mereka (yang mendatangi tukang sihir atau tukang
ramal) mengatakan: “Bukankah dia telah memberitahu kita bahwa pada hari begini
akan terjadi begitu (dan itu benar terjadi)”; sehingga dipercayalah tukang
sihir atau tukang ramal tersebut karena satu kalimat yang telah didengar dari
langit”. (HR. Bukhari nomor 4424 dan 4522)
Pada hakikatnya, dukun tersebut telah
menjadi wali syaithan dalam berbuat makar kepada Allah untuk menyesatkan
manusia. Khabar-khabar yang disampaikan syaithan tersebut mengharuskan dirinya
berbuat maksiat kepada Allah, termasuk mengerjakan kesyirikan yang merupakan
dosa besar yang paling besar di sisi Allah.
Haram hukumnya bagi kita mempercayai
perkataan dukun yang mengkhabarkan perkara ghaib. Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam telah bersabda:
من أتى عرافا فسأله
عن شيء لم تقبل له صلاة أربعين ليلة
“Barangsiapa mendatangi tukang ramal,
lalu menanyakan kepadanya tentang sesuatu lalu ia membenarkannya, maka tidak
diterima shalatnya selama empat puluh malam”. (HR. Muslim nomor 2230)
من أتى حائضا أو
امرأة في دبرها أو كاهنا فقد كفر بما أنزل على محمد صلى الله عليه وسلم
“Barangsiapa yang mendatangi
(menggauli) istrinya yang sedang haidl atau mendatangi (menggauli) istrinya
pada duburnya, atau mendatangi dukun lalu membenarkan perkataannya; maka
sesungguhnya ia telah berlepas diri (kufur) dari ajaran yang diturunkan kepada Muhammad
shallallaahu ‘alaihi wasallam”. (HR. Abu Dawud nomor 3904, At-Tirmidzi nomor
135, An-Nasa’i dalam Al-Kubra 10/124, dan yang lainnya; shahih)
Kesimpulan: Praktek perdukunan adalah
haram. Bahkan ia termasuk dalam perkara-perkara yang dapat membatalkan
ke-Islaman seseorang. Haram pula bagi kita untuk mendatangi, menanyakan
sesuatu, dan mempercayai apa yang diucapkan oleh dukun/tukang ramal. Apabila
yang ucapkan si dukun tersebut adalah benar, maka itu hanyalah sebuah kebetulan
saja. Betapa banyak (baca: kebanyakan) ramalan seorang dukun meleset, tidak
sesuatu dengan kenyataan. Allaahu a’lam.
NB: Sebelum Penulis menulis jawaban
ini, kebetulan penulis melihat dan mendengar mbah dukun Dedy Corbuzier di
sebuah stasiun TV (waktu berangkat kerja di bus) yang akan melakukan praktek
kesyirikan dengan melakukan tebakan satu peristiwa akan datang yang terjadi disuatu
negara yang ia rekam dalam sebuah tape recorder (tanggal terjadinya telah ia
tentukan).
Editor: “Dan Allhamdulillah sekarang
Pak Deddy Corbuzier telah masuk islam dan semoga beliau benar-benar dapat
menjauhi praktek-praktek kesyirikannya yang pernah ia lakukan dahulu serta
dapat istiqomah berada di atas islamnya dan menjadi muslim yang taat pada Allah
dan Rasul-Nya.”
Penulis: Abul Jauzaa'
(Alumnus IPB & UGM)
Editor: Ahmadi As-Sambasy
Cilacap – Jawa Tengah
Posting Komentar untuk "Hukum Mempercayai MBAH DUKUN !!!"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.