Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hikmah Idul Adha dan Kurban - khutbah Idhul Adha

Kabeldakwah.com

Hikmah Idul Adha danKurban.Pdf

Oleh: Marwan Hadidi, M.Pd.I

اَلْحَمْدُ للهِ ربِّ الْعَالَمِيْنَ، اَلْحمْدُ ِللهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَبعَفْوِهِ تُغفَرُ الذُّنُوْبُ وَالسَّيِّئَاتُ، وَبِكَرَمِهِ تُقبَلُ الْعَطَايَا وَالْقُرُبَاتُ، وَبلُطْفِهِ تُسْتَرُ الْعُيُوْبُ وَالزَّلاَّتُ

 اَلْحمْدُ للهِ الَّذِيْ أَمَاتَ وَأَحْيَا، وَمَنَعَ وَأَعْطَى، وَأَرْشَدَ وَهَدَى، وَأَضْحَكَ وَأَبْكَى

﴿ وَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ وَلِيٌّ مِنَ الذُّلِّ وَكَبِّرْهُ تَكْبِيرًا ﴾ (الإسراء: 111)

 أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ :

Allahu akbar, Allahu akbar. Laailaahaillallahu wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd.

Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat

Sidang shalat ‘Ied yang berbahagia!

Pertama kita panjatkan segala puji bagi Allah Azza wa Jalla atas nikmat-nikmat-Nya yang terus Dia limpahkan kepada kita. Di antara nikmat-nikmat itu, yang paling besarnya adalah nikmat beragama Islam dan diberi-Nya taufik untuk dapat menjalankan ajaran Islam, dimana dengan nikmat Islam dan mengamalkan ajarannya seseorang akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat; di dunia memperoleh petunjuk dan di akhirat memperoleh surga Allah yang luasnya seluas langit dan bumi.

Shalawat dan salam kita sampaikan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang diutus sebagai rahmat bagi alam semesta, dimana dengan diutusnya Beliau, Allah Azza wa Jalla mengeluarkan manusia dari berbagai kegelapan; dari gelapnya kufur kepada cahaya iman, dari gelapnya maksiat kepada cahaya taat, dari gelapnya kebodohan kepada cahaya ilmu pengetahuan. Dengan diutusnya Beliau juga, Allah memperbaiki kondisi manusia yang sebelumnya berada di atas kerusakan menjadi berada di atas kebaikan. Oleh karena itu, semua seruan dan ajakan yang bertolak belakang dengan seruan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, maka pada hakikatnya merupakan seruan dan ajakan kepada kerusakan. Demikian pula berbagai ideologi dan pemikiran yang bertentangan dengan Kitabullah dan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah ideologi dan pemikiran yang batil dan sebagai ajakan kepada kerusakan, seperti liberalisme, sosialisme, komunisme, pluralisme, kapitalisme, sekularisme, dan sebagainya.

Abu Bakar bin ‘Ayyasy rahimahullah berkata, “Sesungguhnya Allah mengutus Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada penduduk bumi sedangkan mereka berada dalam kerusakan, maka Allah memperbaiki kondisi mereka dengan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, barang siapa yang mengajak untuk mengikuti selain petunjuk yang dibawa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sesungguhnya ia termasuk orang-orang yang mengadakan kerusakan.”

Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat

Sidang shalat ‘Ied yang berbahagia!

Khatib berwasiat kepada diri khatib sendiri dan kepada hadirin sekalian untuk tetap bertakwa kepada Allah Azza wa Jalla, karena ia adalah solusi menghadapi problematika hidup di dunia, sebagai kunci meraih rezeki dan agar dimudahkan segala urusan, serta sebagai jalan untuk menggapai surga di akhirat kelak. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا-وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

“Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.” (QS. Ath Thalaq: 2 - 3)

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,” (Qs. Ali Imran: 133)

Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat

Sidang shalat ‘Ied yang berbahagia!

Idul Adh-ha dan Idul Fitri adalah hari raya kita umat Islam. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ لِكُلِّ قَوْمٍ عِيدًا وَهَذَا عِيدُنَا

“Sesungguhnya setiap kaum memiliki hari raya, dan inilah hari raya kita.” (Hr. Bukhari)

Hari ini ‘Idul Adh-ha’ juga merupakan hari yang paling agung di sisi Allah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ أَعْظَمَ الْأَيَّامِ عِنْدَ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَوْمُ النَّحْرِ ثُمَّ يَوْمُ الْقَرِّ

“Sesungguhnya hari yang paling agung di sisi Allah Tabaaraka wa Ta’aala adalah hari nahar (Idul Adh-ha), lalu hari qar (setelah hari nahar).” (Hr. Ahmad, Abu Dawud, dan Hakim, dishahihkan oleh Hakim dan Al Albani, Shahihul Jami’ no. 1064).

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Sebaik-baik hari di sisi Allah adalah hari nahar, yaitu hari haji akbar.”

Hari ini penuh dengan pelajaran dan kebaikan. Di hari ini jamaah haji menyelesaikan sebagian besar manasik hajinya, mereka melempar jamrah kubra (Aqabah) dengan tujuh buah batu, menyembelih hadyu, mencukur rambut mereka, melakukan thawaf ifadhah, dan bersa’i antara Shafa dan Marwah. Sedangkan kita di sini melakukan shalat Ied dan berkurban. Semua kita melakukan amal saleh yang sangat mulia di hari ini. 

Hari raya kita kaum muslimin berbeda dengan hari raya orang-orang kafir. Hari raya kita tegak di atas tauhid dan mengagungkan Allah serta bergembira di atas ketaatan kepada-Nya, sedangkan hari raya mereka tegak di atas syirik dan kemaksiatan.

Hari raya ini merupakan hari raya merdekanya manusia dari perbudakan dan penghambaan kepada sesama makhluk dan menuju perbudakan dan penghambaan kepada Allah Azza wa Jalla Al Khaliq Yang Mahaesa lagi Maha Perkasa.

Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat

Sidang shalat ‘Ied yang berbahagia!

Di antara ajaran Islam pada tanggal 10 Dzulhijjah adalah melakukan shalat Idul Adh-ha dan berkurban, dimana hal ini merupakan bentuk syukur kita kepada Allah Azza wa Jalla yang telah mengaruniakan kepada kita nikmat yang banyak. Allah Azza wa Jalla berfirman,

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ- فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

"Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu Al Kautsar.--Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah." (QS. Al Kautsar: 1 - 2)

Al Kautsar adalah kebaikan yang banyak dan karunia yang melimpah yang di antaranya adalah apa yang Allah berikan kepada Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam pada hari Kiamat berupa sungai di surga yang bernama Al Kautsar. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

هُوَ نَهَرٌ أَعْطَانِيهِ اللهُ فِي الْجَنَّةِ، أَبْيَضُ مِنَ اللَّبَنِ، وَأَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ، فِيهِ طُيُورٌ أَعْنَاقُهَا كَأَعْنَاقِ الْجُزُرِ

“Al Kautsar adalah sungai yang Allah berikan kepadaku di surga. Ia lebih putih daripada susu, lebih manis daripada madu, dan di sana terdapat burung-burung yang lehernya seperti leher unta.” (Hadits ini dinyatakan shahih oleh Pentahqiq Musnad Ahmad cet. Ar Risalah).

Firman Allah, "Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah " yakni dirikanlah shalat baik yang fardhu maupun yang sunah dengan ikhlas karena Tuhanmu. Termasuk shalat di sini adalah shalat Idul Adh-ha.

Demikian pula Allah memerintahkan kita berkurban yang ditujukan kepada-Nya dan dengan menyebut nama-Nya saja.

Oleh karena itu, di antara hikmah berkurban adalah agar semua macam ibadah, baik doa, permohonan, berharap, ruku, sujud, bertawakkal, berkurban, menyembelih, dan ibadah-ibadah lainnya ditujukan kepada Allah Azza wa Jalla.

Maka kalau manusia mengetahui hikmah ini, tentu tidak ada yang mengarahkan kurban dan sembelihan untuk selain Allah Subhanahu wa Ta’ala seperti dengan membuat tumbal, sesaji, dsb. Allah Azza wa Jalla juga berfirman,

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (162) لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ (163)

Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, kurbanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.---Tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)." (Qs. Al An’aam: 162-163)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda,

لَعَنَ اللهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللهِ

“Allah melaknat orang yang menyembelih hewan untuk selain Allah.” (Hr. Muslim dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu)

Disebutkan dua ibadah ini ‘shalat dan kurban’ adalah karena keutamaannya, dan karena di dalamnya menunjukkan cinta kepada Allah Ta’ala, mengikhlaskan ibadah kepada-Nya, mendekatkan diri kepada-Nya dengan hati, lisan, dan anggota badan, serta dengan kurban yang di dalamnya terdapat pengorbanan terhadap harta yang dicintainya karena mencari keridhaan-Nya. Dan kurban ini lebih utama daripada sedekah.

Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat

Sidang shalat ‘Ied yang berbahagia!

Kurban juga disyariatkan agar kita terbiasa menyebut nama Allah pada saat menyembelih hewan. Allah Azza wa Jalla berfirman,

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ فَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ

“Dan bagi setiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), agar mereka menyebut nama Allah terhadap hewan ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah),” (Qs. Al Hajj: 34)

Hal ini diperintahkan Allah untuk menyelisihi kaum musyrikin yang beribadah kepada selain Allah dan menyembelih hewan atas nama selain-Nya. Oleh karena itu, haram hukumnya memakan hewan yang ketika disembelih disebut nama selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia berfirman,

إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al Baqarah: 173)

Demikian juga haram hukumnya mengkonsumsi hewan yang sengaja tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya.

Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat

Sidang shalat ‘Ied yang berbahagia!

Kurban juga mengajarkan kepada kita agar selalu bersyukur kepada Allah Azza wa Jalla ketika mendapatkan nikmat sekaligus mengajarkan kita untuk bersabar. Seseorang dapat mengambil pelajaran dari sikap syukur Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam ketika diberikan sungai Al Kautsar di surga dengan melakukan shalat dan berkurban, serta dapat mengambil pelajaran dari kesabaran Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail alahis salam dalam menjalankan ketaatan kepada Allah Ta’ala.

Dengan bersyukur, maka Allah akan ridha kepadanya, menjaga nikmat itu untuknya, dan menambahkannya serta memberinya pahala yang besar. Sedangkan dengan bersabar, Allah akan mengganti musibah yang menimpanya dengan yang lebih baik baginya, memberinya pahala yang besar, mendapatkan surga dan mendapatkan keridhaan dari-Nya. Oleh karena itu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam kagum dengan keadaan seorang mukmin yang dalam keadaan bagaimana pun tetap berada dalam kebaikan. Beliau bersabda,

«عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ، صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ»

“Sungguh menakjubkan keadaan orang mukmin, semua keadaannya baik baginya, dan itu hanya ada pada seorang mukmin. Jika dia mendapatkan kenikmatan dia bersyukur, maka hal itu baik baginya, dan jika mendapatkan musibah, dia bersabar, itu pun baik baginya.” (Hr. Muslim dari Shuhaib)

Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat

Sidang shalat ‘Ied yang berbahagia!

Kurban juga mengajarkan kepada kita agar lebih mengutamakan kecintaan kepada Allah Ta’ala daripada kecintaan kepada diri dan harta, dimana dalam kurban seseorang rela mengeluarkan hartanya dalam jumlah besar untuk mencari keridhaan Allah Azza wa Jalla dan mendekatkan diri kepada-Nya.

Kurban juga mengajarkan kita untuk bersikap dermawan, karena di dalam kurban kita disyariatkan membagikannya kepada orang lain di samping kita dan keluarga juga berhak memakannya. Kita disyariatkan membagikan daging kurban kepada orang fakir dan miskin, kepada kerabat, kepada teman, dan kepada tetangga di lingkungan kita. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

كُلُوا وَادَّخِرُوا وَتَصَدَّقُوا

“Makanlah, simpanlah, dan sedekahkanlah.” (Hr. Muslim)

Sehingga dengan berkurban hubungan kita dengan masyarakat sekitar menjadi baik.

Kurban juga mengajarkan kepada kita untuk mau berkorban, karena Islam tegak dengan ilmu dan jihad. Ilmu dengan menyebarkannya ke tengah-tengah umat, dan dalam jihad terdapat pengorbanan jiwa-raga dan harta, dan berkurban melatih kita untuk mau berkorban.

Dalam kurban juga terdapat sikap menghidupkan Sunnah bapak para nabi yaitu Ibrahim alahis salam ketika menyembelih hewan kurban yang menjadi tebusan bagi anaknya yaitu Nabi Ismail alaihis salam pada hari nahar. Allah Ta’ala berfirman memerintahkan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam mengikuti ajaran Nabi Ibrahim alaihis salam,

ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), "Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif," dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.” (Qs. An Nahl: 123)

Dari sini kita mengetahui, bahwa kurban bukan hanya syariat umat Nabi Muhammad, bahkan syariat bagi umat-umat terdahulu yang beriman kepada para rasul alaihimush shalatu was salam. Allah Ta’ala berfirman,

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ

“Dan bagi setiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), agar mereka menyebut nama Allah terhadap hewan ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, (Qs. Al Hajj: 34)

Hikmah dan faedah kurban lainnya adalah berbagi kepada saudara kita yang miskin, menyambung tali silaturrahim, menguatkan ukhuwwah Islamiyyah (persaudaraan Islam), dan membahagiakan dan menyenangkan kaum muslimin. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

أَفْضَلُ الْأَعْمَالِ إِدْخَالُ السُّرُوْرِ عَلَى الْمُؤْمِنِ كَسَوْتَ عَوْرَتَهُ أَوْ أَشْبَعْتَ جَوْعَتَهُ أَوْ قَضَيْتَ لَهُ حَاجَةً

“Amalan yang paling utama adalah memasukkan kegembiraan ke dalam hati orang mukmin, menutupi auratnya, menghilangkan laparnya, atau memenuhi hajatnya.” (Hr. Thabrani dalam Al Awsath, dihasankan oleh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib no. 2621)

Kurban karena sebagai syariat dan syiar Islam, maka melakukannya merupakan bentuk memuliakan syiar-syiar Allah yang menunjukkan ketakwaan pelakunya. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ

“Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan di hati.” (Qs. Al Hajj: 32)

Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat

Sidang shalat ‘Ied yang berbahagia!

Di hari ini juga kita disyariatkan bertakbir yang dimulai dari subuh hari Arafah kemarin (9 Dzulhijjah) hingga akhir hari tasyriq. Itu adalah takbir muqayyad; takbir yang kita baca seusai shalat setelah beristighfar tiga kali dan mengucapkan Allahumma antas salam wa minkas salam tabaarakta yaa dzal Jalalil wal Ikram, di samping kita baca juga secara mutlak. Lafaz takbirnya di antaranya,

اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ،لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَ اللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، وَللهِ الْحَمْدُ.

Artinya, “Allah Mahabesar, Allah Mahabesar. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, untuk-Nyalah segala puji.” (Ini adalah takbir Ibnu Mas’ud yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dengan sanad yang shahih)

Tidak mengapa takbirnya tiga kali berdasarkan riwayat Baihaqi dari Yahya bin Sa'id dari Al Hakam yaitu Ibnu Farwah Abu Bakkaar dari 'Ikrimah dari Ibnu Abbas (lihat Al Irwaa’ karya Syaikh Al Albani).

Imam Ahmad pernah ditanya, “Berdasarkan hadits apa anda berpendapat bahwa takbir diucapkan setelah shalat Subuh hari ‘Arafah sampai akhir hari tasyriq?” Ia menjawab, “Berdasarkan ijma’; yaitu dari Umar, Ali, Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhum.”

Tentang keutamaan melazimi takbir Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

ما أَهَلَّ مُهِلٌّ قَطُّ إلَّا بُشِّرَ، ولا كَبَّرَ مُكَبِّرٌ قَطُّ إلَّا بُشِّرَ

“Tidaklah seorang bertalbiyah kecuali dia diberi kabar gembira. Demikian juga tidaklah ia bertakbir melainkan dia akan diberi kabar gembira."

Ada yang bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah diberi kabar gembira dengan surga?" Beliau menjawab, "Ya."

(Dihasankan isnadnya oleh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah no. 1621)

Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat

Sidang shalat ‘Ied yang berbahagia!

Ibadah yang satu ini ‘kurban’ memiliki aturan-aturan sebagaimana yang telah diterangkan dalam Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu:

- Seekor kambing cukup untuk satu keluarga.

- Seekor unta dan sapi dari tujuh orang, dan boleh kurang dari tujuh orang.

- Hewan kurban hanya sah jika selamat dari cacat yang menjadi penghalang untuk keabsahannya. Cacat tersebut adalah buta sebelah matanya dengan jelas, pincang dengan jelas, sakit dengan jelas, dan kurus sekali tidak bersumsum (Hal ini berdasarkan hadits Al Barra’). Termasuk pula cacat-cacat yang semisal itu atau lebih parah lagi. Hal ini menunjukkan bahwa kurban hendaknya dengan yang baik sebagaimana sedekah.

- Usia hewan yang dikurbankan harus sesuai. Jika unta, maka yang usianya 5 tahun, sapi yang usianya 2 tahun, kambing yang usianya setahun, sedangkan biri-biri atau domba juga setahun atau mendekati setahun; minimal 6 bulan.

- Waktu menyembelih dimulai dari setelah shalat Ied, dan berlangsung hingga akhir hari tasyriq. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّ أَيَّامِ التَّشْرِيْقِ ذَبْحٌ

“Semua hari tasyriq adalah waktu berkurban.” (As Silsilah Ash Shahihah no. 2476)

- Si penyembelih wajib mengucapkan basmalah (Bismillah), dan dianjurkan menambahkan dengan takbir “Allahu akbar”.

- Ada beberapa kekeliruan dalam berkurban, di antaranya: menyembelih kurban sebelum shalat ied, menyembelih hewan yang cacat, mengasah pisau di hadapan hewan, menguliti hewan kurban sebelum nyawanya hilang, menyeret hewan ke tempat sembelihan, menyembelih dengan pisau yang kurang tajam, dsb. Hendaknya kita hindari itu semua.

Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat

Sidang shalat ‘Ied yang berbahagia!

Allah Azza wa Jalla berfirman,

لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ

“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu” (Qs. Al Hajj: 37)

Ayat ini menerangkan bahwa kurban maksudnya bukan hanya menyembelih semata, dan lagi daging dan darahnya sedikit pun tidak akan sampai kepada Allah, karena Dia Mahakaya lagi Maha Terpuji. Dia mensyariatkan hadyu dan kurban adalah agar kalian menyebut nama-Nya ketika menyembelih hewan-hewan itu. Dan bahwa amal saleh yang ikhlas karena-Nya dan di atas iman itulah yang naik kepada Allah Azza wa Jalla.

Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat

Sidang shalat ‘Ied yang berbahagia!

Di hari juga berkumpul dua hari raya, yaitu hari Jum’at dan hari Ied. Terkait hal ini Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

«قَدِ اجْتَمَعَ فِي يَوْمِكُمْ هَذَا عِيدَانِ، فَمَنْ شَاءَ أَجْزَأَهُ مِنَ الْجُمُعَةِ، وَإِنَّا مُجَمِّعُونَ»

“Pada hari ini berkumpul dua hari raya. Barang siapa yang sudah sshalat Ied, maka cukup baginnya untuk tidak shalat Jum’at, akan tetapi kami mengadakannya.” (Hr. Abu Dawud dari Abu Hurairah, di shahihkan oleh Al Albani)

Hadits menunjukkan, bahwa jika sudah shalat Ied pada hari Jumat, maka tidak wajib baginya shalat Jum’at, namun wajib menggantinya dengan shalat Zhuhur empat rakaat, dan bahwa bagi imam dianjurkan mengadakannya untuk memfasilitasi mereka yang hendak shalat Jumat.

Kita meminta kepada Allah Azza wa Jalla petunjuk-Nya, taufiq-Nya, keteguhan di atas agama-Nya, dan wafat di atas Islam serta menjadikan amalan terbaik kita pada bagian akhirnya, umur terbaik kita pada bagian akhirnya, dan hari terbaik kita adalah hari ketika kita bertemu dengan-Nya, Allahumma aamiin.

Kita juga memohon kepada Allah Azza wa Jalla agar Dia menurunkan pertolongan-Nya kepada saudara-saudara kita di Palestina, menghilangkan penderitaan mereka, memenangkan para mujahidnya, menerima syuhada mereka, dan membinasakan kaum Yahudi dan para sekutunya dari kalangan kaum kuffar dan munafikin.

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَّمَدٍ، وَعَلَى آلِ بَيْتِهِ، وَعَلَى الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ،

اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ.

اَللَهُمَّ إِنّا لاَ نَمْلِكُ لِأَهْل ِفِلِسْطِيْنَ إِلاَ الدُعَاءَ فَيَا رَبُّ لاَ تَرُدَّ لَنَا دُعَاءً وَلاَ تُخَيّبْ لَنَا رَجَاءً.

اَللَّهُمَّ كُنْ لًهُمْ عَوْناً وَنَصِيْراً. الَلَّهُمَّ انْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّهِمْ. اَللَّهُمَّ أَسْبِغْ عَلَيْهِمْ بَرْدًا وَسَلاَمًا. اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ.

اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْيَهُوْدَ وَمَنْ عَاوَنَهُمْ مِنَ الْكُفَارِ وَالْمُنَافِقِيْنَ.

اَللَّهُمَّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِناً مُطْمَئِناًّ وَسَائِرَ بِلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلاَةَ أُمُوْرِنَا، وَاجْعَلْ وِلاَيَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ،

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ، اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا هُدَاةً مُهْتَدِيْنَ غَيْرَ ضَالِّيْنَ وَلاَ مُضِلِّيْنَ،

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

 

KabeL DakwaH
KabeL DakwaH Owner Gudang Software Ryzen Store dan Jasa Pembuatan Barcode BBM Se-Nusantara Indonesia

Posting Komentar untuk "Hikmah Idul Adha dan Kurban - khutbah Idhul Adha"