Hikmah Idul Adha dan Kurban - khutbah Idhul Adha
![]() |
Kabeldakwah.com |
Hikmah Idul Adha danKurban.Pdf
Oleh: Marwan Hadidi, M.Pd.I
اَلْحَمْدُ
للهِ ربِّ الْعَالَمِيْنَ، اَلْحمْدُ ِللهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ
الصَّالِحَاتُ، وَبعَفْوِهِ تُغفَرُ الذُّنُوْبُ وَالسَّيِّئَاتُ، وَبِكَرَمِهِ
تُقبَلُ الْعَطَايَا وَالْقُرُبَاتُ، وَبلُطْفِهِ تُسْتَرُ الْعُيُوْبُ
وَالزَّلاَّتُ
اَلْحمْدُ للهِ الَّذِيْ أَمَاتَ وَأَحْيَا،
وَمَنَعَ وَأَعْطَى، وَأَرْشَدَ وَهَدَى، وَأَضْحَكَ وَأَبْكَى
﴿ وَقُلِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي
الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ وَلِيٌّ مِنَ الذُّلِّ وَكَبِّرْهُ
تَكْبِيرًا ﴾ (الإسراء: 111)
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ
وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اَللَّهُمَّ
صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ :
Allahu akbar, Allahu
akbar. Laailaahaillallahu wallahu akbar. Allahu
akbar walillahil hamd.
Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang
berbahagia!
Pertama kita panjatkan
segala puji bagi Allah Azza wa Jalla atas nikmat-nikmat-Nya yang terus Dia
limpahkan kepada kita. Di antara nikmat-nikmat itu, yang paling besarnya adalah
nikmat beragama Islam dan diberi-Nya taufik untuk dapat menjalankan ajaran Islam,
dimana dengan nikmat Islam dan mengamalkan ajarannya seseorang akan memperoleh
kebahagiaan di dunia dan akhirat; di dunia memperoleh petunjuk dan di akhirat
memperoleh surga Allah yang luasnya seluas langit dan bumi.
Shalawat dan salam kita
sampaikan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang diutus sebagai
rahmat bagi alam semesta, dimana dengan diutusnya Beliau, Allah Azza wa Jalla
mengeluarkan manusia dari berbagai kegelapan; dari gelapnya kufur kepada cahaya
iman, dari gelapnya maksiat kepada cahaya taat, dari gelapnya kebodohan kepada
cahaya ilmu pengetahuan. Dengan diutusnya Beliau juga, Allah memperbaiki
kondisi manusia yang sebelumnya berada di atas kerusakan menjadi berada di atas
kebaikan. Oleh karena itu, semua seruan dan ajakan yang bertolak belakang
dengan seruan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, maka pada hakikatnya
merupakan seruan dan ajakan kepada kerusakan. Demikian pula berbagai ideologi
dan pemikiran yang bertentangan dengan Kitabullah dan sunnah Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam adalah ideologi dan pemikiran yang batil dan
sebagai ajakan kepada kerusakan, seperti liberalisme, sosialisme, komunisme,
pluralisme, kapitalisme, sekularisme, dan sebagainya.
Abu Bakar bin ‘Ayyasy
rahimahullah berkata, “Sesungguhnya Allah mengutus Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa sallam kepada penduduk bumi sedangkan mereka berada dalam kerusakan, maka
Allah memperbaiki kondisi mereka dengan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Oleh karena itu, barang siapa yang mengajak untuk mengikuti selain petunjuk
yang dibawa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sesungguhnya ia
termasuk orang-orang yang mengadakan kerusakan.”
Ma’aasyiral muslimin wal
muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang
berbahagia!
Khatib berwasiat kepada
diri khatib sendiri dan kepada hadirin sekalian untuk tetap bertakwa kepada
Allah Azza wa Jalla, karena ia adalah solusi menghadapi problematika hidup di
dunia, sebagai kunci meraih rezeki dan agar dimudahkan segala urusan, serta sebagai
jalan untuk menggapai surga di akhirat kelak. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَنْ
يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا-وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“Barang siapa bertakwa
kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya
rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.” (QS. Ath Thalaq: 2 - 3)
وَسَارِعُوا
إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ
أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kamu
kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan
bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,” (Qs. Ali Imran: 133)
Ma’aasyiral muslimin wal
muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang
berbahagia!
Idul Adh-ha dan Idul
Fitri adalah hari raya kita umat Islam. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda,
إِنَّ
لِكُلِّ قَوْمٍ عِيدًا وَهَذَا عِيدُنَا
“Sesungguhnya setiap kaum
memiliki hari raya, dan inilah hari raya kita.” (Hr. Bukhari)
Hari ini ‘Idul Adh-ha’
juga merupakan hari yang paling agung di sisi Allah. Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ
أَعْظَمَ الْأَيَّامِ عِنْدَ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَوْمُ النَّحْرِ ثُمَّ
يَوْمُ الْقَرِّ
“Sesungguhnya hari yang
paling agung di sisi Allah Tabaaraka wa Ta’aala adalah hari nahar (Idul
Adh-ha), lalu hari qar (setelah hari nahar).” (Hr. Ahmad, Abu Dawud, dan Hakim,
dishahihkan oleh Hakim dan Al Albani, Shahihul Jami’ no. 1064).
Ibnul Qayyim rahimahullah
berkata, “Sebaik-baik hari di sisi Allah adalah hari nahar, yaitu hari haji
akbar.”
Hari ini penuh dengan
pelajaran dan kebaikan. Di hari ini jamaah haji menyelesaikan sebagian besar
manasik hajinya, mereka melempar jamrah kubra (Aqabah) dengan tujuh buah batu,
menyembelih hadyu, mencukur rambut mereka, melakukan thawaf ifadhah, dan bersa’i
antara Shafa dan Marwah. Sedangkan kita di sini melakukan shalat Ied dan
berkurban. Semua kita melakukan amal saleh yang sangat mulia di hari ini.
Hari raya kita kaum
muslimin berbeda dengan hari raya orang-orang kafir. Hari raya kita tegak di
atas tauhid dan mengagungkan Allah serta bergembira di atas ketaatan
kepada-Nya, sedangkan hari raya mereka tegak di atas syirik dan kemaksiatan.
Hari raya ini merupakan
hari raya merdekanya manusia dari perbudakan dan penghambaan kepada sesama
makhluk dan menuju perbudakan dan penghambaan kepada Allah Azza wa Jalla Al
Khaliq Yang Mahaesa lagi Maha Perkasa.
Ma’aasyiral muslimin wal
muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang
berbahagia!
Di antara ajaran Islam
pada tanggal 10 Dzulhijjah adalah melakukan shalat Idul Adh-ha dan berkurban,
dimana hal ini merupakan bentuk syukur kita kepada Allah Azza wa Jalla yang
telah mengaruniakan kepada kita nikmat yang banyak. Allah Azza wa Jalla berfirman,
إِنَّا
أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ- فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
"Sesungguhnya Kami
telah memberikan kepadamu Al Kautsar.--Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu;
dan berkurbanlah." (QS. Al Kautsar: 1 - 2)
Al Kautsar adalah
kebaikan yang banyak dan karunia yang melimpah yang di antaranya adalah apa
yang Allah berikan kepada Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam pada hari
Kiamat berupa sungai di surga yang bernama Al Kautsar. Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda,
هُوَ
نَهَرٌ أَعْطَانِيهِ اللهُ فِي الْجَنَّةِ، أَبْيَضُ مِنَ اللَّبَنِ، وَأَحْلَى
مِنَ الْعَسَلِ، فِيهِ طُيُورٌ أَعْنَاقُهَا كَأَعْنَاقِ الْجُزُرِ
“Al Kautsar adalah sungai
yang Allah berikan kepadaku di surga. Ia lebih putih daripada susu, lebih manis
daripada madu, dan di sana terdapat burung-burung yang lehernya seperti leher
unta.” (Hadits ini dinyatakan shahih oleh Pentahqiq Musnad Ahmad cet. Ar
Risalah).
Firman Allah, "Maka
dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah " yakni dirikanlah
shalat baik yang fardhu maupun yang sunah dengan ikhlas karena Tuhanmu.
Termasuk shalat di sini adalah shalat Idul Adh-ha.
Demikian pula Allah
memerintahkan kita berkurban yang ditujukan kepada-Nya dan dengan menyebut
nama-Nya saja.
Oleh karena itu, di
antara hikmah berkurban adalah agar semua macam ibadah, baik doa, permohonan,
berharap, ruku, sujud, bertawakkal, berkurban, menyembelih, dan ibadah-ibadah
lainnya ditujukan kepada Allah Azza wa Jalla.
Maka kalau manusia
mengetahui hikmah ini, tentu tidak ada yang mengarahkan kurban dan sembelihan
untuk selain Allah Subhanahu wa Ta’ala seperti dengan membuat tumbal, sesaji,
dsb. Allah Azza wa Jalla juga berfirman,
قُلْ
إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
(162) لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ (163)
Katakanlah: Sesungguhnya
shalatku, kurbanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta
alam.---Tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan
kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada
Allah)." (Qs. Al An’aam: 162-163)
Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam juga bersabda,
لَعَنَ
اللهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللهِ
“Allah melaknat orang
yang menyembelih hewan untuk selain Allah.” (Hr. Muslim dari Ali bin Abi Thalib
radhiyallahu anhu)
Disebutkan dua ibadah ini
‘shalat dan kurban’ adalah karena keutamaannya, dan karena di dalamnya
menunjukkan cinta kepada Allah Ta’ala, mengikhlaskan ibadah kepada-Nya,
mendekatkan diri kepada-Nya dengan hati, lisan, dan anggota badan, serta dengan
kurban yang di dalamnya terdapat pengorbanan terhadap harta yang dicintainya
karena mencari keridhaan-Nya. Dan kurban ini lebih utama daripada sedekah.
Ma’aasyiral muslimin wal
muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang
berbahagia!
Kurban juga disyariatkan
agar kita terbiasa menyebut nama Allah pada saat menyembelih hewan. Allah Azza
wa Jalla berfirman,
وَلِكُلِّ
أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ
مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ فَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا
وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ
“Dan bagi setiap umat
telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), agar mereka menyebut nama Allah
terhadap hewan ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu
adalah Tuhan yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan
berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah),”
(Qs. Al Hajj: 34)
Hal ini diperintahkan
Allah untuk menyelisihi kaum musyrikin yang beribadah kepada selain Allah dan
menyembelih hewan atas nama selain-Nya. Oleh karena itu, haram hukumnya memakan
hewan yang ketika disembelih disebut nama selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia
berfirman,
إِنَّمَا
حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ
بِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَلَا إِثْمَ
عَلَيْهِ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Sesungguhnya Allah hanya
mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika
disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barang siapa dalam keadaan
terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui
batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (Qs. Al Baqarah: 173)
Demikian juga haram
hukumnya mengkonsumsi hewan yang sengaja tidak disebut nama Allah ketika
menyembelihnya.
Ma’aasyiral muslimin wal
muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang
berbahagia!
Kurban juga mengajarkan
kepada kita agar selalu bersyukur kepada Allah Azza wa Jalla ketika mendapatkan
nikmat sekaligus mengajarkan kita untuk bersabar. Seseorang dapat mengambil
pelajaran dari sikap syukur Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam
ketika diberikan sungai Al Kautsar di surga dengan melakukan shalat dan
berkurban, serta dapat mengambil pelajaran dari kesabaran Nabi Ibrahim dan Nabi
Ismail alahis salam dalam menjalankan ketaatan kepada Allah Ta’ala.
Dengan bersyukur, maka
Allah akan ridha kepadanya, menjaga nikmat itu untuknya, dan menambahkannya
serta memberinya pahala yang besar. Sedangkan dengan bersabar, Allah akan
mengganti musibah yang menimpanya dengan yang lebih baik baginya, memberinya
pahala yang besar, mendapatkan surga dan mendapatkan keridhaan dari-Nya. Oleh
karena itu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam kagum dengan keadaan seorang
mukmin yang dalam keadaan bagaimana pun tetap berada dalam kebaikan. Beliau
bersabda,
«عَجَبًا لِأَمْرِ
الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا
لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ
أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ، صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ»
“Sungguh menakjubkan
keadaan orang mukmin, semua keadaannya baik baginya, dan itu hanya ada pada
seorang mukmin. Jika dia mendapatkan kenikmatan dia bersyukur, maka hal itu
baik baginya, dan jika mendapatkan musibah, dia bersabar, itu pun baik
baginya.” (Hr. Muslim dari Shuhaib)
Ma’aasyiral muslimin wal
muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang
berbahagia!
Kurban juga mengajarkan
kepada kita agar lebih mengutamakan kecintaan kepada Allah Ta’ala daripada
kecintaan kepada diri dan harta, dimana dalam kurban seseorang rela
mengeluarkan hartanya dalam jumlah besar untuk mencari keridhaan Allah Azza wa
Jalla dan mendekatkan diri kepada-Nya.
Kurban juga mengajarkan
kita untuk bersikap dermawan, karena di dalam kurban kita disyariatkan
membagikannya kepada orang lain di samping kita dan keluarga juga berhak
memakannya. Kita disyariatkan membagikan daging kurban kepada orang fakir dan
miskin, kepada kerabat, kepada teman, dan kepada tetangga di lingkungan kita.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
كُلُوا
وَادَّخِرُوا وَتَصَدَّقُوا
“Makanlah, simpanlah, dan
sedekahkanlah.” (Hr. Muslim)
Sehingga dengan berkurban
hubungan kita dengan masyarakat sekitar menjadi baik.
Kurban juga mengajarkan
kepada kita untuk mau berkorban, karena Islam tegak dengan ilmu dan jihad. Ilmu
dengan menyebarkannya ke tengah-tengah umat, dan dalam jihad terdapat
pengorbanan jiwa-raga dan harta, dan berkurban melatih kita untuk mau
berkorban.
Dalam kurban juga
terdapat sikap menghidupkan Sunnah bapak para nabi yaitu Ibrahim alahis salam
ketika menyembelih hewan kurban yang menjadi tebusan bagi anaknya yaitu Nabi
Ismail alaihis salam pada hari nahar. Allah Ta’ala berfirman memerintahkan Nabi
Muhammad shallallahu alaihi wa sallam mengikuti ajaran Nabi Ibrahim alaihis
salam,
ثُمَّ
أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ
مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Kemudian Kami wahyukan
kepadamu (Muhammad), "Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif," dan
bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.” (Qs. An Nahl:
123)
Dari sini kita
mengetahui, bahwa kurban bukan hanya syariat umat Nabi Muhammad, bahkan syariat
bagi umat-umat terdahulu yang beriman kepada para rasul alaihimush shalatu was
salam. Allah Ta’ala berfirman,
وَلِكُلِّ
أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ
مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ
“Dan bagi setiap umat
telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), agar mereka menyebut nama Allah
terhadap hewan ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, (Qs. Al Hajj:
34)
Hikmah dan faedah kurban
lainnya adalah berbagi kepada saudara kita yang miskin, menyambung tali
silaturrahim, menguatkan ukhuwwah Islamiyyah (persaudaraan Islam), dan
membahagiakan dan menyenangkan kaum muslimin. Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda,
أَفْضَلُ
الْأَعْمَالِ إِدْخَالُ السُّرُوْرِ عَلَى الْمُؤْمِنِ كَسَوْتَ عَوْرَتَهُ أَوْ
أَشْبَعْتَ جَوْعَتَهُ أَوْ قَضَيْتَ لَهُ حَاجَةً
“Amalan yang paling utama
adalah memasukkan kegembiraan ke dalam hati orang mukmin, menutupi auratnya,
menghilangkan laparnya, atau memenuhi hajatnya.” (Hr. Thabrani dalam Al Awsath,
dihasankan oleh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib no. 2621)
Kurban karena sebagai
syariat dan syiar Islam, maka melakukannya merupakan bentuk memuliakan
syiar-syiar Allah yang menunjukkan ketakwaan pelakunya. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَنْ
يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ
“Demikianlah (perintah
Allah). Dan barang siapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya
itu timbul dari ketakwaan di hati.” (Qs. Al Hajj: 32)
Ma’aasyiral muslimin wal
muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang
berbahagia!
Di hari ini juga kita
disyariatkan bertakbir yang dimulai dari subuh hari Arafah kemarin (9
Dzulhijjah) hingga akhir hari tasyriq. Itu adalah takbir muqayyad; takbir yang
kita baca seusai shalat setelah beristighfar tiga kali dan mengucapkan
Allahumma antas salam wa minkas salam tabaarakta yaa dzal Jalalil wal Ikram, di
samping kita baca juga secara mutlak. Lafaz takbirnya di antaranya,
اَللهُ
أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ،لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَ اللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ
أَكْبَرُ، وَللهِ الْحَمْدُ.
Artinya, “Allah
Mahabesar, Allah Mahabesar. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah.
Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, untuk-Nyalah segala puji.” (Ini adalah takbir
Ibnu Mas’ud yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dengan sanad yang shahih)
Tidak mengapa takbirnya
tiga kali berdasarkan riwayat Baihaqi dari Yahya bin Sa'id dari Al Hakam yaitu
Ibnu Farwah Abu Bakkaar dari 'Ikrimah dari Ibnu Abbas (lihat Al Irwaa’ karya
Syaikh Al Albani).
Imam Ahmad pernah
ditanya, “Berdasarkan hadits apa anda berpendapat bahwa takbir diucapkan
setelah shalat Subuh hari ‘Arafah sampai akhir hari tasyriq?” Ia menjawab,
“Berdasarkan ijma’; yaitu dari Umar, Ali, Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud
radhiyallahu 'anhum.”
Tentang keutamaan
melazimi takbir Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
ما
أَهَلَّ مُهِلٌّ قَطُّ إلَّا بُشِّرَ، ولا كَبَّرَ مُكَبِّرٌ قَطُّ إلَّا بُشِّرَ
“Tidaklah seorang
bertalbiyah kecuali dia diberi kabar gembira. Demikian juga tidaklah ia
bertakbir melainkan dia akan diberi kabar gembira."
Ada yang bertanya,
"Wahai Rasulullah, apakah diberi kabar gembira dengan surga?" Beliau
menjawab, "Ya."
(Dihasankan isnadnya oleh
Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah no. 1621)
Ma’aasyiral muslimin wal
muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang
berbahagia!
Ibadah yang satu ini
‘kurban’ memiliki aturan-aturan sebagaimana yang telah diterangkan dalam Sunnah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu:
- Seekor kambing cukup untuk satu keluarga.
- Seekor unta dan sapi
dari tujuh orang, dan boleh kurang dari tujuh orang.
- Hewan kurban hanya sah
jika selamat dari cacat yang menjadi penghalang untuk keabsahannya. Cacat
tersebut adalah buta sebelah matanya dengan jelas, pincang dengan jelas, sakit
dengan jelas, dan kurus sekali tidak bersumsum (Hal ini berdasarkan hadits Al Barra’).
Termasuk pula cacat-cacat yang semisal
itu atau lebih parah lagi. Hal ini menunjukkan bahwa kurban hendaknya dengan yang
baik sebagaimana sedekah.
- Usia hewan yang
dikurbankan harus sesuai. Jika unta, maka yang usianya 5 tahun, sapi yang
usianya 2 tahun, kambing yang usianya setahun, sedangkan biri-biri atau domba
juga setahun atau mendekati setahun; minimal 6 bulan.
- Waktu menyembelih
dimulai dari setelah shalat Ied, dan berlangsung hingga akhir hari tasyriq.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ
أَيَّامِ التَّشْرِيْقِ ذَبْحٌ
“Semua hari tasyriq
adalah waktu berkurban.” (As Silsilah Ash Shahihah no. 2476)
- Si penyembelih wajib
mengucapkan basmalah (Bismillah), dan dianjurkan menambahkan dengan takbir
“Allahu akbar”.
- Ada beberapa kekeliruan
dalam berkurban, di antaranya: menyembelih kurban sebelum shalat ied,
menyembelih hewan yang cacat, mengasah pisau di hadapan hewan, menguliti hewan
kurban sebelum nyawanya hilang, menyeret hewan ke tempat sembelihan,
menyembelih dengan pisau yang kurang tajam, dsb. Hendaknya kita hindari itu
semua.
Ma’aasyiral muslimin wal
muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang
berbahagia!
Allah Azza wa Jalla
berfirman,
لَنْ
يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى
مِنْكُمْ
“Daging-daging unta dan
darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai
kepada-Nya adalah ketakwaan kamu” (Qs. Al Hajj: 37)
Ayat ini menerangkan
bahwa kurban maksudnya bukan hanya menyembelih semata, dan lagi daging dan
darahnya sedikit pun tidak akan sampai kepada Allah, karena Dia Mahakaya lagi
Maha Terpuji. Dia mensyariatkan hadyu dan kurban adalah agar kalian menyebut
nama-Nya ketika menyembelih hewan-hewan itu. Dan bahwa amal saleh yang ikhlas
karena-Nya dan di atas iman itulah yang naik kepada Allah Azza wa Jalla.
Ma’aasyiral muslimin wal
muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang
berbahagia!
Di hari juga berkumpul
dua hari raya, yaitu hari Jum’at dan hari Ied. Terkait hal ini Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«قَدِ اجْتَمَعَ فِي
يَوْمِكُمْ هَذَا عِيدَانِ، فَمَنْ شَاءَ أَجْزَأَهُ مِنَ الْجُمُعَةِ، وَإِنَّا
مُجَمِّعُونَ»
“Pada hari ini berkumpul
dua hari raya. Barang siapa yang sudah sshalat Ied, maka cukup baginnya untuk
tidak shalat Jum’at, akan tetapi kami mengadakannya.” (Hr. Abu Dawud dari Abu
Hurairah, di shahihkan oleh Al Albani)
Hadits menunjukkan, bahwa
jika sudah shalat Ied pada hari Jumat, maka tidak wajib baginya shalat Jum’at,
namun wajib menggantinya dengan shalat Zhuhur empat rakaat, dan bahwa bagi imam
dianjurkan mengadakannya untuk memfasilitasi mereka yang hendak shalat Jumat.
Kita meminta kepada Allah
Azza wa Jalla petunjuk-Nya, taufiq-Nya, keteguhan di atas agama-Nya, dan wafat
di atas Islam serta menjadikan amalan terbaik kita pada bagian akhirnya, umur
terbaik kita pada bagian akhirnya, dan hari terbaik kita adalah hari ketika
kita bertemu dengan-Nya, Allahumma aamiin.
Kita juga memohon kepada
Allah Azza wa Jalla agar Dia menurunkan pertolongan-Nya kepada saudara-saudara
kita di Palestina, menghilangkan penderitaan mereka, memenangkan para
mujahidnya, menerima syuhada mereka, dan membinasakan kaum Yahudi dan para
sekutunya dari kalangan kaum kuffar dan munafikin.
اَللَّهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَّمَدٍ، وَعَلَى آلِ بَيْتِهِ، وَعَلَى
الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى
يَوْمِ الدِّيْنَ،
اَللَّهُمَّ
أَعِزَّ الْإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ،
وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ.
اَللَهُمَّ
إِنّا لاَ نَمْلِكُ لِأَهْل ِفِلِسْطِيْنَ إِلاَ الدُعَاءَ فَيَا رَبُّ لاَ
تَرُدَّ لَنَا دُعَاءً وَلاَ تُخَيّبْ لَنَا رَجَاءً.
اَللَّهُمَّ
كُنْ لًهُمْ عَوْناً وَنَصِيْراً. الَلَّهُمَّ انْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّهِمْ.
اَللَّهُمَّ أَسْبِغْ عَلَيْهِمْ بَرْدًا وَسَلاَمًا. اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ
الْكَفَرَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ.
اَللَّهُمَّ
أَهْلِكِ الْيَهُوْدَ وَمَنْ عَاوَنَهُمْ مِنَ الْكُفَارِ وَالْمُنَافِقِيْنَ.
اَللَّهُمَّ
اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِناً مُطْمَئِناًّ وَسَائِرَ بِلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ،
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلاَةَ أُمُوْرِنَا، وَاجْعَلْ وِلاَيَتَنَا
فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ،
اَللَّهُمَّ
إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ، اَللَّهُمَّ
اجْعَلْنَا هُدَاةً مُهْتَدِيْنَ غَيْرَ ضَالِّيْنَ وَلاَ مُضِلِّيْنَ،
رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Posting Komentar untuk "Hikmah Idul Adha dan Kurban - khutbah Idhul Adha"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.