Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Anak Keturunan, Antara Nikmat Dan Ujian - Ust. Herman Susilo, Lc., M.H.

Kabeldakwah.com

📝 Memiliki anak dan keturunan termasuk diantara sekian banyak nikmat besar yang Allah karuniakan kepada manusia. Allah menganugerahkan nikmat ini kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara para hamba-Nya, dan sebaliknya Allah pulalah yang menahan dan tidak memberikan nikmat ini kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara mereka.

Allah ta’ala berfirman yang artinya:

“Milik Allahlah kerajaan langit dan bumi. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, memberikan anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki, memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan (keturunan) laki-laki dan perempuan, serta menjadikan mandul siapa saja yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (Surat Asy-Syura ayat 49)

Jika Anda ingin mengetahui betapa besarnya nikmat ini, maka tanyakanlah kepada pasangan suami istri yang telah menikah bertahun-tahun, namun belum juga dikaruniai seorang anak pun, betapa besar keinginan dan harapan mereka untuk memiliki momongan; Atau tanyakanlah kepada pasangan suami istri yang pernah merasakan kehilangan seorang anak mereka, karena Allah mewafatkan anaknya sebelum mereka berdua, berapa besar kesedihan mereka berdua karena kematiannya!

Oleh karena itu, jika kita termasuk orang yang dianugerahi nikmat ini, maka syukurilah dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi, jika kita termasuk orang yang belum dianugerahi nikmat ini, maka hendaklah bersabar, seraya terus berdoa kepada Allah dan berusaha menempuh berbagai cara yang dibolehkan oleh Allah dan rasul-Nya untuk mendapatkannya.

Di sisi lain, anak keturunan adalah fitnah, ujian dan cobaan dari Allah. Allah berfirman,

 “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu).” (Surah At-Taghabun ayat 15)

Diantara bentuk fitnah (ujian dan cobaan) anak terhadap orang tuanya adalah terkadang anak menjerumuskan sebagian orang tua untuk lalai dari beribadah kepada Allah, mengambil harta haram, menjadi bakhil, kikir dan pelit untuk bershadaqah dengan sebagian hartanya, sedih, depresi, bahkan gila, ketika anaknya sedang sakit parah, atau anaknya meninggal dunia, atau durkaha kepada mereka.

Oleh karena itu Allah mengingatkan para orang tua dari hal ini dalam firmanNya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ - المنافقون: 9

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta bendamu dan anak-anakmu membuatmu lalai dari mengingat Allah. Siapa yang berbuat demikian, mereka itulah orang-orang yang merugi.” (Surah Al-Munafiqun: 9)

Anak keturunan adalah amanah dan tanggung jawab dari Allah, yang pada hari kiamat kelak.

Oleh karena itu, sudah menjadi tugas dan kewajiban orang tua, untuk senantiasa menjaga, memelihara dan mendidik anak-anaknya, agar kelak mereka menjadi orang-orang yang bertauhid, bertakwa kepada Allah, shalih dan shalihah, mencintai dan mengamalkan petunjuk dan sunnah rasulullah, berakhlak mulia dan bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya.

Semoga Allah menjadikan kita, sebagai orang tua yang baik untuk anak-anak kita, yang bisa menjadi contoh teladan yang baik untuk mereka, diberi kemudahan untuk mendidik mereka dengan pendidikan yang baik, sehingga mereka  menjadi anak-anak yang shalih dan shalihah, membahagiakan kita di dunia dan akhirat kelak. Dan tak lupa pula kita memohon kepada Allah agar menjadikan kita sebagai anak-anak yang berbakti kepada orang tua kita, baik saat mereka berdua masih hidup, ataupun sudah meninggal dunia, dan senantiasa merahmati mereka berdua, sebagaimana mereka menyayangi kita saat kita masih kecil.

Penulis:

👤 Ustadz Herman Susilo, Lc., M.H.

📝 Referensi:

Al Qur'anul karim

KabeL DakwaH
KabeL DakwaH Owner Gudang Software Ryzen Store dan Jasa Pembuatan Barcode BBM Se-Nusantara Indonesia

Posting Komentar untuk "Anak Keturunan, Antara Nikmat Dan Ujian - Ust. Herman Susilo, Lc., M.H."