Macam-macam Adzab yang Ada di Dalam Neraka (Part 2) - Kitab Silsilatu Mausuatil Akhirah
![]() |
Kabeldakwah.com |
Macam-macam Adzab yang Ada di Dalam Neraka (2)
Kelima: Tempat yang
Sempit
satu penderitaan yang
berat dirasa, termasuk di dunia adalah terperangkap dalam tempat yang sempit
dan pengap. Setiap orang pasti berusaha menghindar dan melepaskan diri dari
posisi demikian.
Kondisi macet parah di
jalanan, bahkan mobil pun mogok, AC tak berfungsi. Namun, karena sedemikian
padat jalanan diisi kendaraan yang hampir tak berjarak, penumpang kendaraan
bahkan tidak bisa membuka pintu dari seluruh penjuru. Situasi yang sangat mencekam
bagi sebagian pihak, karena kita tidak tahu kapan itu akan berakhir. Setidaknya
tidak kurang dari 12 orang meninggal akibat macet parah di Brebes dalam suasana
libur Iedul Fitri pada Juli 2016.
Suasana terjebak dalam
kamar mandi yang pengap dan sempit juga bukan keadaan yang diharapkan.
Benar-benar mimpi buruk yang jadi kenyataan.
Sebagian berita
menyebutkan adanya peristiwa perampokan di suatu rumah mewah dengan para
korbannya disekap dalam kamar mandi sempit. Mayoritas korban meninggal
kekurangan oksigen. Tentunya kita yang bersimpati merasakan duka dan tidak bisa
membayangkan demikian besar penderitaan yang dirasakan menjelang meninggal.
Saudaraku, itu contoh
penderitaan di dunia akibat siksaan terperangkap dalam ruang pengap dan sempit.
Jika seorang meninggal dalam penderitaan semacam itu dalam keadaan beriman,
semoga Allah mengampuninya.
Kaum kafir, musyrik, dan munafik akan ditempatkan di ruang sempit di neraka Jahannam, yang ukurannya sesuai dengan tubuh mereka. Hal ini menjadi salah satu bentuk siksaan yang telah Allah persiapkan untuk mereka yang ingkar dan durhaka.
Namun, ini tidak
bertentangan dengan penjelasan sebelumnya bahwa tubuh orang kafir di neraka
akan diperbesar. Sebagai contoh, ukuran gigi geraham mereka akan sebesar Gunung
Uhud, jarak antara kedua bahunya setara perjalanan tiga hari, dan ketebalan
kulitnya juga sejauh perjalanan selama tiga hari.
Penting untuk dijelaskan
bahwa setiap individu dari kaum musyrik, kafir, dan munafik akan menerima
siksaan yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat dosa dan kondisi masing-masing,
sebagaimana dijelaskan sebelumnya.
Sebagaimana telah sering
disampaikan dalam berbagai bagian ensiklopedi ini, hari kiamat akan berlangsung
dalam berbagai keadaan, tidak hanya satu kondisi. Ada saat di mana orang kafir
tidak dapat mendengar, melihat, atau berbicara, namun ada pula keadaan lain di
mana mereka memiliki kemampuan tersebut. Hari kiamat berlangsung selama lima
puluh ribu tahun, mencakup berbagai situasi yang terus berubah sesuai kehendak
Allah.
Sebagai contoh, siksaan
bagi orang-orang yang sombong adalah mereka akan dikumpulkan seperti semut
kecil yang diinjak-injak manusia, menunjukkan betapa rendahnya mereka di
hadapan Allah. Namun, hal ini bukan berarti mereka tetap dalam kondisi yang
sama, karena siksaan di neraka bersifat beragam dan terus berubah
selama-lamanya, sesuai kehendak-Nya.
Akan tetapi, azab
tersebut terdiri dari beragam jenis.
Salah satu keadaan yang
Allah persiapkan adalah melemparkan orang-orang kafir ke neraka Jahannam dalam
keadaan terikat di tempat yang sempit.
Allah berfirman:
بَلْ كَذَّبُوا۟ بِٱلسَّاعَةِ
وَأَعْتَدْنَا لِمَن كَذَّبَ بِٱلسَّاعَةِ سَعِيرًا (١١) إِذَا رَأَتْهُم مِّن
مَّكَانِۭ بَعِيدٍۢ سَمِعُوا۟ لَهَا تَغَيُّظًۭا وَزَفِيرًۭا (١٢) وَإِذَآ
أُلْقُوا۟ مِنْهَا مَكَانًۭا ضَيِّقًۭا مُّقَرَّنِينَ دَعَوْا۟ هُنَالِكَ ثُبُورًۭا
(١٣) لَا تَدْعُوا۟ ٱلْيَوْمَ ثُبُورًۭا وَٰحِدًۭا وَٱدْعُوا۟ ثُبُورًۭا كَثِيرًا
(١٤)
”Bahkan mereka
mendustakan hari kiamat. Dan Kami menyediakan neraka yang menyala-nyala bagi
siapa yang mendustakan hari kiamat. Apabila neraka itu melihat mereka dari
tempat yang jauh, mereka mendengar gemuruh karena marahnya. Dan apabila mereka
dilemparkan ke tempat yang sempit di neraka itu dengan dibelenggu, mereka di
sana mengharapkan kebinasaan. (Akan dikatakan kepada mereka), ‘Jangan kamu
sekalian mengharapkan satu kebinasaan, melainkan harapkanlah kebinasaan yang
banyak.’” (Al-Furqan: 11–14).
إِنَّ
جَهَنَّمَ لَتَضِيقُ عَلَى الْكُفَّارِ كَتَضَيُّقِ الزُّجِّ عَلَى الرُّمْحِ
Sesungguhnya Jahannam
benar-benar akan menyempit bagi orang-orang kafir bagaikan sempitnya az-Zujj
(besi yang dipasang) pada tombak (riwayat Ibnu Abi Hatim dalam Tafsirnya)
Az-Zujj adalah benda
berbahan besi yang dipasang di bagian bawah tombak sebagai penahan. Tentunya
benda ini harus dipasang benar-benar pas, tidak longgar agar bisa menjalankan
fungsinya. Jika sedikit saja ukurannya lebih besar dari semestinya sehingga agak
longgar, ia akan terlepas dari tombak.
Dalam ayat lain
dijelaskan bahwa mereka terkurung dalam kobaran api yang seluruh celah tertutup
rapat. Tidak sekadar tertutup rapat, bahkan juga terhalangi dengan tiang yang
besar dan panjang. Tidak memungkinkan sama sekali untuk keluar. Sekedar ada
hembusan angin yang menyegarkan pun tidak.
إِنَّهَا
عَلَيْهِمْ مُؤْصَدَةٌ (8) فِي عَمَدٍ مُمَدَّدَةٍ (9)
Bal kadzdzabuu bis sa’ah, yakni mereka
mendustakan hari kiamat.
Wa a’tadnaa liman
kadzdzaba bis sa’ati sa’iiraa, yakni Kami telah menyediakan neraka yang menyala-nyala
bagi mereka yang mendustakan hari akhir.
Ath-Thabari menjelaskan
bahwa maksud dari ayat ini adalah orang-orang musyrik menuduh Allah dan
mengingkari kebenaran yang dibawa Rasulullah Muhammad ﷺ, bukan karena
mereka memakan makanan atau berjalan di pasar, melainkan karena mereka menolak
dan tidak meyakini adanya kehidupan akhirat, sehingga mendustakan hari kiamat.
Oleh karenanya, Allah menyediakan neraka yang menyala-nyala untuk mereka. (Sumber:
Ath-Thabari, Tafsir XVIII/140)
Idzaa ra’athum mim
makaanim ba’iidin, yakni ketika neraka Jahannam melihat orang-orang
musyrik dari kejauhan, jaraknya seperti perjalanan ratusan tahun.
Samii’uu lahaa
taghayyuzhan wa zafiiraa, yaitu mereka mendengar suara kobaran neraka yang
mendidih dan amarahnya, seperti suara kuda yang terengah-engah.
Ibnu Abbas menyatakan
bahwa "sungguh seseorang akan diseret ke neraka, lalu neraka menarik nafas
sebagaimana seekor bighal menarik nafas di hadapan gandum dan mengeluarkan
hembusan nafasnya. Hingga tidak tersisa seorang pun kecuali ia akan takut."
(Mukhtashar lbnu Katsir: l11626)
Adapun keterangan yang
menjelaskan neraka melihat mereka dengan kalimat jarak yang jauh pada ayat,
"Min makānin ba'īd," merupakan penambahan bentuk
kengeriannya.
"Wa idzā ulqū minhā
makānan dhayyqan," yakni jika mereka dilempar ke neraka Jahannam dari
tempat yang sempit.
Ibnu Abbas berkata,
"Kesempitan atas mereka sebagaimana sempitnya besi pada bagian bawah
tombak." (Al-Bahr (485))
"Muqarranīna," yakni terbelenggu,
tangan-tangan mereka dibelenggu ke leher-leher mereka dengan
rantai-rantai.
"Da'aw hunālika
tsubūrā," yakni di tempat tersebut mereka memohon kebinasaan bagi diri mereka.
Mereka mengatakan, "Binaskanlah kami!" Mereka menyeru sebagaimana
seruan orang yang mengharapkan kebinasaan, agar terhindar dari siksaan yang
lebih dahsyat dari kematian. Sebagaimana dikatakan, "Sesuatu yang lebih
dahsyat dari kematian ialah sesuatu yang menjadikan seorang mengharapkan
kematian."
"Lā tad'ul yauma
tsubūrā wāhidan wa'da'ī tsubūrā katsīran," yakni dikatakan kepada
mereka, "Kamu jangan mengharapkan kebinasaan bagi diri kalian hanya
sekali, tetapi berharaplah sebanyak mungkin, sebab azab pedih yang kalian
terima menuntut diulang-ulangnya harapan dalam setiap saat dan waktu." Di
dalamnya juga mengandung makna untuk memutuskan harapan bagi mereka dari
dikabulkannya doa dan diringankannya azab. (Sh afwatut Tafisir (h. 922-923)
Dalam Tafsir Ibnu Katsīr
disebutkan:
"Bal kadzdzabū bis
sā'ati," yakni mereka berkata sesuatu sebagai bentuk pendustaan dan pembangkangan.
Mereka melakukannya bukan untuk meminta pengetahuan ataupun petunjuk. Tapi
pendustaan mereka terhadap hari kiamat membuat mereka mengucapkan satu dari
sekian ucapan yang mereka ucapkan tersebut.
"Wa a'tadnā," yakni Kami
menyediakan.
"Liman kadzdzaba bis
sā'ati sa'īrā," yakni bagi siapa yang mendustakan hari kiamat dengan
azab yang pedih dan panas tak sanggup dipikul di neraka.
"Idzā
ra'at-hum," yakni neraka melihat Jahannam.
"Min makānin
ba'īd," yakni di padang mahsyar.
Tentu, saya akan tulis
ulang teks tersebut persis seperti aslinya:
As-Sa'di berkata,
"Dari jarak perjalanan seratus tahun dalam keadaan geram."
"Sami'û lahâ
taghayyuzhan wa zafiran," yakni mereka mendengar suara gemuruh karena neraka
sangat geram kepada mereka.
Sebagaimana firman Allah:
إِذَا
أُلْقُوا فِيهَا سَمِعُوا لَهَا شَهِيقًا وَهِيَ تَفُورُ تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ
الْغَيْظِ
"Apabila mereka
dilemparkan ke dalamnya, mereka mendengar suara neraka yang mengerikan, sedang
neraka itu menggelegak, hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran
marah...." 1 (Al-Mulk: 7-8)
Maksudnya, hampir-hampir
neraka itu terpisah sebagiannya, lantaran amat sangat marah kepada orang kafir.
Abu Wa'il berkata,
"Kami pernah bepergian bersama Abdullah bin Mas'ud, bersama kami pula
Rabi' bin Khaitsam. Kemudian kami berpapasan dengan seorang pandai besi. Lantas
Abdullah bin Mas'ud memperhatikan besi yang berada dalam api. Rabi' bin
Khaitsam pun juga memperhatikannya. Tiba-tiba Rabi' terhuyung-huyung hendak
terjatuh.
Kemudian Abdullah
berjalan melewati sebuah tungku perapian di tepi sungai Eufrat. Tatkala
Abdullah melihat tungku perapian dengan apinya yang bergejolak, ia membaca ayat
ini, "Idzâ ra'athum min makânin baîdin sami'û lahâ taghayyuzhan wa
zafira". Tiba-tiba Rabi' jatuh pingsan.
Mereka pun membawanya
menuju keluarganya. Lalu, Abdullah menjaganya hingga waktu zuhur, namun ia
belum juga tersadar.
Mujahid mengabarkan bahwa
Ibnu Abbas berkata, "Sesungguhnya, ada seorang laki-laki yang diseret ke
neraka, lalu neraka akan berhimpun antara satu dengan yang lainnya. Maka,
Ar-Rahman pun berfirman kepada neraka, 'Ada apa denganmu?'
Neraka menjawab, 'Sungguh
orang ini meminta perlindungan dariku.'
Allah pun berfirman,
'Lepaskanlah hamba-Ku!'
Ada juga seorang
laki-laki yang diseret ke neraka lantas berkata, 'Wahai Rabbku, bukan ini
persangkaanku kepada-Mu.'
Allah berfirman, 'Apa
prasangkaanmu?'
Laki-laki itu menjawab,
'Aku menyangka bahwa Engkau akan meliputiku dengan rahmat-Mu.'
Allah berfirman,
'Lepaskanlah hamba-Ku.'
Ada juga seorang
laki-laki yang diseret ke neraka, lalu neraka itu mengeluarkan suara tarikan
nafas kepadanya sebagaimana tarikan nafas seekor bighal kepada gandum, dan
kemudian ia menghembuskan nafasnya, hingga tidak ada yang tersisa seorang pun
kecuali ia akan takut." (Disebutkan oleh Ibnu Jarir dalam tafsir-nya. Ibnu
Katsir mengatakan sanadnya shahih)
Mengenai firman Allah,
"Samiû lahâ taghayyuzhan wa zafira," Ubaid bin Umair berkata,
"Sungguh neraka Jahannam benar-benar akan mengeluarkan suara gemuruh,
tidak ada dari para malaikat dan nabi kecuali akan tersungkur dan menggigil
ketakutan. Sampai-sampai Ibrahim akan berlutut seraya berkata, 'Wahai Rabbku,
aku tidak memohon kepada-Mu, selain untuk diriku sendiri.'" (Dikeluarkan
oleh Abdur Razaq dari Mujahid dari Ubaid bin Umair)
Tentang firman Allah,
"Wa idzâ ulqû minhâ makânan dhayyiqan muqarranîna," Qatadah berkata,
"Seperti besi pada bagian bawah tombak lantaran sempitnya."
Rasulullah pernah ditanya
tentang firman Allah, "Wa idzâ ulqû minha makânan dhayyiqan
muqarranîna," beliau menjawab, "Demi Zat yang jiwaku berada di
tangan-Nya, sungguh mereka merasa enggan di neraka, sebagaimana merasa
enggannya pasak terhadap dinding."
Firman-Nya,
"Muqarranîna," yakni terikat.
"Da'aw hunâlika
tsubûrâ," yakni memohon kecelakaan, kerusakan, dan kebinasaan.
"Lâ tad'ûl yauma
tsubûran wahidan." Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Anas bin Malik
bahwasanya Rasulullah bersabda:
إِنَّ
الْحَمِيمَ لَيُصَبُّ عَلَى رُءُوسِهِمْ فَيَنْفُذُ الْحَمِيمُ حَتَّى يَخْلُصَ
إِلَى جَوْفِهِ فَيَسْلِتُ مَا فِي جَوْفِهِ حَتَّى يَمْرُقَ مِنْ قَدَمَيْهِ وَهُوَ الصَّهْرُ
ثُمَّ يُعَادُ كَمَا كَانَ
"Orang pertama yang
diberi pakaian dari neraka ialah Iblis. Lalu ia mengenakannya pada alis
matanya, lalu ia menarik pakaian tersebut dari belakangnya, begitu pula dengan
keturunan sesudahnya! Ia berteriak, 'Binasakanlah aku!' Sementara mereka juga berteriak,
'Binasakanlah kami!' hingga mereka berdiri di atas neraka, ia berkata,
'Binasakanlah aku!' Dan mereka berteriak, 'Binasakanlah kami!' Lalu, akan
dikatakan kepada mereka, 'Jangan kamu sekalian mengharapkan satu kebinasaan,
melainkan harapkanlah kebinasaan yang banyak'."
Ibnu Abbas berkata,
"Yakni kalian jangan hanya mengharapkan satu kebinasaan, tetapi
harapkanlah kebinasaan yang banyak!"
Adh-Dhuhak berkata,
"Ats-tsubûr adalah al-halâk (kebinasaan). Yang benar bahwa kata ats-tsubur
memuat makna al-wayl (kecelakaan), al-khasâr (kerugian), dan ad-damâr
(kehancuran). Sebagaimana ucapan Musa kepada Fir'aun, 'Wa innî la azhunnuka yâ
fir'auna matsbûrâ', maksudnya ialah hâlikan (seorang yang akan binasa)."
Ka'ab berkata,
"Sungguh di neraka Jahannam terdapat sejumlah-tungku api yang sempit
seperti sempitnya besi pada pangkal tombak salah seorang dari kalian.
Kemudian ditelungkupkan
di atas manusia disebabkan amal-amal mereka." Hal ini telah kami sebutkan
terdahulu.
Adam bin Iyyas menuturkan
bahwa Al-Mas'udi telah mengabarkan kepadanya dari Yunus bin Khabab, bahwa Ibnu
Mas'ud berkata, "Ketika di neraka hanya tersisa orang-orang yang akan
kekal di dalamnya, mereka akan diletakkan di dalam peti-peti dari neraka.
Kemudian mereka akan dilemparkan ke dalam neraka Jahim. Mereka pun melihat
bahwa tidak ada yang di azab dineraka selain mereka. Lalu Ibnu Mas'ud membacakan,
'Mereka merintih di dalam api dan mereka di dalamnya tidakbisa mendengar.' (Al-AnbiyA':
100)
Ibnu Abi Hatim
mengabarkan bahwa menurut Ibnu Mas'ud, "Sehingga ia tidak melihat ada
seseorang yang diazab di neraka selain dirinya.
Adzab ke 6 - Dijatuhkan dari Gunung
Adzab ini berupa
pendakian yang memayahkan ke bagian atas neraka, lantas ia dijatuhkan kembali
ke neraka. Sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah, “Aku akan
membebaninya dengan pendakian yang memayahkan.” (Al-Muddatstsir: 17).
Jenis ini juga telah kami
jelaskan di awal. Bahwa sebagian mereka ada yang dibebani untuk mendaki gunung
di neraka dan dijatuhkan darinya.
Abu Hurairah ﷺ menuturkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
أَوَّلُ
مَنْ يُكْسَى حُلَّةٌ مِنَ النَّارِ إِبْلِيسُ فَيَضَعُهَا عَلَى حَاجِبِهِ
وَيَسْحَبُهَا مِنْ خَلْفِهِ وَذُرِّيَّتُهُ مِنْ بَعْدِهِ وَهُوَ يُنَادِي وَا
ثُبُورَاهُ وَيُنَادُونَ يَا ثُبُورَهُمْ حَتَّى يَقِفُوا عَلَى النَّارِ
فَيَقُولُ يَا ثُبُورَاهُ وَيَقُولُونَ يَا ثُبُورَهُمْ فَيُقَالُ لَهُمْ لَا
تَدْعُوا الْيَوْمَ ثُبُورًا وَاحِدًا وَادْعُوا ثُبُورًا كَثِيرًا
Orang yang bunuh diri
dengan besi (benda tajam), kelak besi tersebut akan berada di tangannya dan ia
menikamkannya ke perutnya di neraka untuk selama-lamanya. Orang yang bunuh diri
dengan racun, di neraka nanti racunnya berada di tangannya dan ia akan meminum
racun tersebut untuk selama-lamanya. Orang yang menjatuhkan dirinya dari
(tebing) gunung dan mati, maka ia akan menjatuhkan dirinya untuk selama-lamanya
di neraka kelak.”
Hadits shahih ini
menunjukkan dengan tegas bahwa dijatuhkan dari gunung merupakan salah satu azab
di neraka Jahannam. Wallahu a’lam.
Ketujuh: Terburainya Isi
Perut
Ada sebagian orang kafir
yang diazab dengan berjalan berkeliling di neraka sebagaimana keledai yang
berkeliling di sekitar tambatannya-dengan isi perut terburai.
عُسامَةُ
بْنُ زَيْدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يُؤْتَى بِرَجُلٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُلْقَى فِي النَّارِ فَتَنْبُرُ
أَحْشَاؤُهُ فَيَطُوفُ بِأَحْشَائِهِ كَمَا يَطُوفُ الْحِمَارُ بِرَبْطِهِ
فَيَقُولُ أَهْلُ النَّارِ يَا فُلَانَ مَا لَكَ مَا لَكَ أَلَمْ تَكُنْ
تَأْمُرُنَا بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَانَا عَنِ الْمُنْكَرِ فَيَقُولُ بَلَى كُنْتُ
أَأْمُرُكُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَلَكِنِّي لَمْ أَكُنْ أَعْمَلُ بِهِ وَكُنْتُ
أَنْهَاكُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَلَكِنِّي كُنْتُ أَعْمَلُ بِهِ
”Usamah bin Zaid berkata,
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, "Di hari kiamat nanti,
seseorang akan didatangkan lalu dilemparkan ke neraka sehingga isi perutnya
terburai. Lalu, ia berkeliling dengan isi perutnya tersebut sebagaimana keledai
berkeliling di tiang pengikatnya. Maka penduduk neraka bertanya, 'Wahai fulan,
ada apa denganmu? Bukankah engkau dahulu memerintahkan kami berbuat baik dan
mencegah kami berbuat munkar?' Ia menjawab, 'Benar, dahulu aku memerintahkan
kalian berbuat baik, tetapi aku sendiri tidak mengerjakannya. Dan aku dahulu
juga mencegah kalian berbuat munkar, tetapi aku sendiri justru
mengerjakannya.'" (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Selanjutnya Usamah menjelaskan bahwa beliau menasihati para pemimpin secara diam-diam, tidak pernah ber-mudahanah terhadap seorang pun meski orang yang dinasihati tersebut adalah para pemimpin, dan tidak pernah menjilat mereka. Demikian sikap yang dipilih oleh Usamah setelah beliau mendengar sabda Nabi H, “Pada hari kiamat kelak akan didatangkan seseorang, lalu dia dilemparkan ke dalam neraka, sehingga ususnya keluar dari perutnya secara cepat karena dahsyatnya panas dan azab yang ada di dalamnya. Dengan keadaan tersebut, orang itu mengelilingi neraka seperti keledai yang mengelilingi penggilingan batu. Penghuni neraka pun berkumpul di sekitarnya seperti halaqah di sekelilingnya, lalu mereka menanyainya, ‘Wahai fulan, bukankah dahulu engkau orang yang suka memerintahkan kebajikan dan melarang kemungkaran?’ Maka dia pun menjawab, ‘Aku dahulu memang memerintahkan kebajikan. Namun, aku sendiri tidak melakukannya dan dahulu aku juga melarang kemungkaran, tetapi aku sendiri mengerjakannya.’” (Lihat https://hadeethenc.com/ar/browse/hadith/3345?note=1, diakses pada tanggal 25 April 2024)
Di tulis ulang: Ahmadi Assambasy
(Silsilatu Mausuatil
Akhirah, Syeikh Dr Mahir Ahmad AsShufi)
Posting Komentar untuk "Macam-macam Adzab yang Ada di Dalam Neraka (Part 2) - Kitab Silsilatu Mausuatil Akhirah"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.