Syawal Indah yang Penuh Berkah - Khutbah Jum'at
Kabeldakwah.com |
Syawal Indah yang Penuh Berkah.Pdf
Oleh: Ust. Muhammad Idris, Lc.
Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا.
مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ
فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُونَ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ
اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا
زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ
الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأََرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ
رَقِيبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.
أَمَّا بَعْدُ:
فَإِنَّ خَيْرَ
الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ, وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ, وَشَرَّ
الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا, وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ, وَكُلَّ بِدْعَةٍ
ضَلاَلَةٌ, وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ
Ma’asyiral muslimin, Jama’ah Jumat yang
dimuliakan Allah Ta’ala.
Pertama-tama, marilah senantiasa menjaga dan
meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala, baik itu dengan senantiasa
berada di jalan ketaatan kepada Allah maupun konsisten di dalam meninggalkan
hal-hal yang Allah Ta’ala haramkan. Allah berfirman,
وَلَقَدْ وَصَّيْنَا
الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنْ اتَّقُوا اللَّهَ
“Sungguh, Kami telah
memerintahkan kepada orang yang diberi kitab suci sebelum kalian dan (juga)
kepada kalian agar bertakwa kepada Allah.” (QS. An-Nisa’: 131)
Jama’ah yang dimuliakan
Allah Ta’ala, bulan Ramadan telah pergi meninggalkan kita. Bulan yang penuh
keutamaan ini telah memberikan banyak sekali pelajaran bagi kita. Oleh
karenanya, marilah kita jaga kebiasaan-kebiasaan yang telah kita lakukan di
bulan Ramadan untuk tetap kita laksanakan setelahnya. Karena keistikamahan dan
amal kebaikan merupakan tanda diterimanya amal kita di bulan Ramadan. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,
قَالَ بَعْضُهُمْ:
ثَوَابُ الحَسَنَةِ الحَسَنَةُ بَعْدَهَ، فَمَنْ عَمِلَ حَسَنَةً ثُمَّ اتَّبَعَ
بِحَسَنَةٍ بَعْدَهَا كَانَ ذَلِكَ عَلَامَةً عَلَى قَبُوْلِ الحَسَنَةِ
الْأُوْلَى. كَمَا أَنَّ مَنْ عَمِلَ حَسَنَةً ثُمَّ اْتَّبَعَهَا بِسَيِّئَةٍ
كَانَ ذَلِكَ عَلَامَةَ رَدِّ الحَسَنَةِ وَعَدَمِ قَبُوْلِهَا.
“Sebagian ulama
mengatakan, ‘Ganjaran sebuah amal kebaikan adalah amal kebaikan setelahnya.
Maka, barangsiapa yang beramal dengan sebuah amal kebaikan, kemudian
mengiringinya dengan amal kebaikan setelahnya, hal itu merupakan tanda
diterimanya amal kebaikan sebelumnya. Demikian juga, barangsiapa yang beramal
kebaikan, kemudian mengiringinya dengan amal keburukan setelahnya, maka hal itu
merupakan tanda ditolaknya dan tidak diterimanya amal kabaikan sebelumnya.”
(Latha’if Al-Ma’arif, hal. 221)
Jama’ah yang semoga
senantiasa dalam rahmat Allah Ta’ala,
Ketahuilah! Sesungguhnya
bulan Syawal merupakan salah satu bulan yang penuh keberkahan. Allah letakkan
bulan tersebut di antara dua bulan yang juga penuh keberkahan dan kemuliaan,
yaitu antara bulan Ramadan yang diwajibkan di dalamnya ibadah puasa dan bulan
Zulkaidah yang merupakan salah satu bulan yang Allah Ta’ala haramkan. Allah
jadikan pula hari pertama dari bulan Syawal ini sebagai hari raya bagi kita,
yaitu hari raya Idulfitri
Oleh karenanya, wahai
saudaraku sekalian, jangan engkau kotori bulan yang mulia ini dengan
kemaksiatan kepada Allah Ta’ala, sehingga kebahagiaan Idulfitri ini menjadi
sia-sia dan tidak memberikan makna yang berarti bagi diri kita. Karena
kemaksiatan pada hakikatnya akan merusak kebahagiaan serta memberikan kesedihan
dan kesempitan baik di dunia maupun di akhirat nanti. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَنْ أَعْرَضَ عَن
ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
“Dan barangsiapa yang
berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang
sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.”
(QS. Thaha: 124)
Jama’ah yang dimuliakan
Allah Ta’ala,
Di bulan Syawal ini,
marilah berusaha untuk mewujudkan keistikamahan dan konsistensi dalam beramal,
mari kita jaga salat wajib kita, serta kita kerjakan pula amal ibadah sunah
yang ada di dalamnya. Di antaranya adalah berpuasa enam hari di bulan Syawal ini.
Dengan begitu, kita mendapatkan keutamaan berpuasa selama satu tahun penuh.
Sebagaimana disebutkan di dalam hadis yang sahih, Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ
ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Siapa saja yang berpuasa
Ramadan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia seperti berpuasa
setahun penuh.” (HR. Muslim no. 1164)
Akan tetapi, wahai Jama’ah
yang semoga mendapatkan ampunan Allah Ta’ala, jikalau memiliki utang puasa di
bulan Ramadan, usahakanlah untuk membayar utang puasanya tersebut terlebih
dahulu. Karena pahala berpuasa selama satu tahun penuh tersebut tidak akan
terwujud dengan sempurna, kecuali apabila kita telah benar-benar menyelesaikan
puasa Ramadan. Hal ini
berdasarkan juga sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
مَنْ صَامَ سِتَّةَ
أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ كَانَ تَمَامَ السَّنَةِ (مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ
فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا)
“Barangsiapa berpuasa
enam hari setelah hari raya Idulfitri, maka dia seperti berpuasa selama setahun
penuh. (Kemudian Nabi membacakan ayat), “Barangsiapa berbuat satu kebaikan,
maka baginya sepuluh kebaikan yang semisal dengannya.” (HR. Ibnu Majah dan
disahihkan oleh Syekh Al-Albani dalam Irwa’ul Ghalil.)
Berpuasa selama satu
bulan penuh di bulan Ramadan, maka pahalanya seperti berpuasa selama sepuluh
bulan. Kemudian apabila disempurnakan dengan berpuasa enam hari di bulan
Syawal, maka pahala puasa enam hari tersebut setara dengan berpuasa selama enam
puluh hari atau dua bulan. Dengan begitu, menjadi sempurnalah pahala puasa kita
layaknya berpuasa selama dua belas bulan atau satu tahun penuh.
Ma’asyiral muslimin,
saudaraku sekalian, dengan mengamalkan sunah berpuasa enam hari di bulan Syawal ini, maka kita
sudah berusaha untuk terus istikamah di atas ketaatan dan melakukan amal saleh.
Sedangkan Allah Ta’ala berfirman menyebutkan keutamaan orang-orang yang
istikamah,
إِنَّ الَّذِينَ
قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ
الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ
الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
“Sesungguhnya orang-orang
yang mengatakan, ‘Rabb kami ialah Allah.’, kemudian mereka istikamah
(meneguhkan pendirian mereka), maka malaikat akan turun kepada mereka dengan
mengatakan, ‘Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih! Dan bergembiralah
dengan surga yang telah dijanjikan Allâh kepadamu.!’” (QS. Fussilat: 30)
Semoga Allah Ta’ala
menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang senantiasa istikamah di atas ketaatan
kepada-Nya. Hamba-hamba Allah yang tidak hanya beribadah di bulan Ramadan saja.
Akan tetapi, senantiasa menjaga ibadah dan ketaatannya di bulan-bulan lainnya.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ
هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ
الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ
وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ
لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا
بَعْدُ.
Jama’ah salat Jumat yang
dirahmati Allah Ta’ala.
Di bulan Syawal yang
mulia ini, ada dua sunah lainnya yang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ajarkan
kepada kita. Yang apabila kita amalkan, maka insyaAllah kita termasuk umatnya
yang giat dan senang menghidupkan sunah-sunah yang beliau ajarkan.
Yang pertama, wahai Jama’ah
yang dimuliakan Allah, adalah menikah di bulan Syawal. Sebagaimana disampaikan oleh Ummul Mukminin
Aisyah radhiyallahu ‘anha,
تزوَّجَني النَّبيُّ
صلَّى اللَّهُ علَيهِ وسلَّمَ في شوَّالٍ وبنَى بي في شوَّالٍ، فأيُّ نسائِهِ كانَ
أحظَى عندَهُ منِّي، وَكانت عائشةُ تستحبُّ أن تُدْخِلَ نساءَها في شوَّالٍ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menikahiku
di bulan Syawal, dan hidup berumah tangga denganku juga pada bulan Syawal. Karenanya, siapakah di
antara istrinya yang lebih beruntung daripadaku?” Dan ‘Aisyah paling suka jika
malam pertama itu dilakukan pada bulan Syawal.” (HR. Ibnu Majah no. 1990 dan
Muslim no. 1423)
Di antara sebab
pernikahan Nabi di bulan Syawal sebagaimana disebutkan oleh Imam Nawawi
rahimahullah adalah untuk membantah anggapan sial menikah di bulan Syawal
ketika itu. Imam Nawawi mengatakan,
“Tujuan Aisyah mengatakan
demikian adalah sebagai bantahan terhadap keyakinan jahiliah dan khurafat yang
beredar di kalangan masyarakat awam, bahwa dimakruhkan menikah atau melakukan
malam pertama di bulan Syawal. Ini adalah keyakinan yang salah, yang tidak
memiliki landasan. Bahkan, keyakinan ini merupakan peninggalan masyarakat
jahiliah yang meyakini adanya kesialan di bulan Syawal.”
Kemudian wahai Jama’ah
sekalian, sunah kedua yang bisa kita amalkan di bulan yang mulia ini adalah
melangsungkan ibadah umrah. Karena umrah di bulan-bulan Haji sangatlah
ditekankan dan disunahkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dan bulan
Syawal termasuk bulan bulan Haji. Ibnu
Abbas radhiyallahu ‘anhu mengisahkan,
كانوا يَرَونَ أن
العمرةَ في أشهرِ الحجِّ من أفجَرِ الفُجورِ في الأرضِ، ويَجعلون المحرَّمَ
صفَرًا، ويقولون إذا بَرَا الدَّبَر، وعَفَا الأثَرْ، وانسَلَخَ صَفَرْ، حلَّت
العُمْرَةُ لمن اعتَمَرْ، قدمَ النبيُّ صلى الله عليه وسلم وأصحابُه صبيحَةَ
رابعةٍ مُهلِّين بالحجِّ، فأمَرَهُم أن يجعلوها عمرةً، فتَعَاظَمَ ذلكَ عندهم،
فقالوا يا رسول اللهِ: أيُّ الحِلِّ؟ قال: حِلٌّ كُلُّهُ
“Orang-orang jahiliah
menganggap bahwa umrah di bulan-bulan Haji merupakan perbuatan yang paling keji
di muka bumi. Dan mereka juga menganggap bulan Muharam sama dengan bulan
Shafar. Mereka mengatakan, “Apabila Jama’ah haji sudah bubar (pulang), dan
bulan Shafar telah berlalu, maka baru boleh melakukan umrah (sunah) bagi orang
yang melakukan umrah wajib. Lalu, pada pagi hari yang keempat (dari bulan
Zulhijah), Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam datang ke Makkah dengan para
sahabatnya untuk berihram haji, tetapi kemudian beliau menyuruh para sahabat
agar merubah dan menjadikan niat ihramnya tersebut sebagai umrah. Hal itu tentu
saja membuat para sahabat bingung dan heran (karena sebelum-sebelumnya mereka
senantiasa mengakhirkan umrah hingga lewat bulan bulan Haji). Mereka bertanya,
“Wahai Rasulullah, seperti apa nanti kita bertahallul?” Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam menjawab, “Tahallul keseluruhan.” (HR. Bukhari no. 1564 dan
Muslim no. 1240)
Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam sangatlah bersemangat di dalam mengingkari kebiasaan-kebiasaan orang
jahiliah yang tidak sejalan dengan syariat Islam. Oleh karenanya, beliau
perintahkan para sahabatnya untuk berumrah di bulan bulan Haji, sebagai bentuk
pengingkaran terhadap kebiasaan dan adat orang orang jahiliah yang dibuat-buat
dan memberatkan. Nabi tegaskan kepada kaum muslimin bahwa berumrah di
bulan-bulan Haji hukumnya diperbolehkan. Bahkan, beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam sebagaimana disampaikan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha tidaklah
berumrah, kecuali di bulan-bulan Haji.
Jama’ah yang dimuliakan
Allah Ta’ala, di bulan Syawal yang mulia ini, mari kita maksimalkan ibadah
kita, mari tetap bersemangat di dalam menjalankan ketaatan kepada Allah Ta’ala.
Senantiasalah berdoa kepada Allah Ta’ala agar menerima seluruh amal ibadah yang
kita lakukan, baik di bulan Ramadan maupun di bulan-bulan selainnya. Sebagian ulama salaf mengatakan,
كَانُوا يَدْعُوْنَ
اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يَبْلُغَهُمْ شَهْرَ رَمَضَانَ ثُمَّ يَدْعُوْنَ
اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يَتَقَبَّلَهُ مِنْهُمْ
“Mereka (para sahabat)
berdoa kepada Allah selama 6 bulan agar mereka dapat menjumpai bulan Ramadan.
Kemudian mereka pun berdoa selama 6 bulan agar amalan yang telah mereka
kerjakan diterima oleh-Nya.” (Latha’iful
Ma’arif, hal. 232)
إِنَّ اللهَ
وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،
اَللَّهُمَّ صَلِّ
عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ،
رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ
نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا
كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا
مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ
مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
اللَّهُمَّ انصر
إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْن الْمُسْتَضْعَفِيْنَِ فِيْ فِلِسْطِيْنَ ، اللَّهُمَّ
ارْحَمْهُمْ وَأَخْرِجْهُمْ مِنَ الضِّيْقِ وَالْحِصَارِ ، اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ
مِنْهُمُ الشُّهَدَاءَ وَاشْفِ مِنْهُمُ الْمَرْضَى وَالْجَرْحَى ، اللَّهُمَّ
كُنْ لَهُمْ وَلاَ تَكُنْ عَلَيْهِمْ فَإِنَّهُ لاَ حَوْلَ لَهُمْ وَلاَ قُوَّةَ
إِلاَّ بِكَ
اللَّهُمَّ إنَّا
نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي
الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.
وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ
العَالَمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ
اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى
عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ
أَكْبَرُ
Posting Komentar untuk "Syawal Indah yang Penuh Berkah - Khutbah Jum'at"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.