Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mentaati Pemimpin Yang Terpilih - Khutbah Jum'at

Kabeldakwah.com

Mentaati Pemimpin Yang Telah Ditakdirkan Untuk Kita

Khutbah Pertama:

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ

فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

اللّهُمَّ عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ

Amma ba’du …

Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah …

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, yang memerintahkan kita untuk terus bertakwa kepada-Nya. Takwa itu berarti menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan.

Pada hari Jumat penuh berkah ini, kita diperintahkan bershalawat kepada Nabi akhir zaman, suri teladan kita semua, yaitu Nabi kita yang mulia, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah …

Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman:

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

”Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa”. (QS. Al Hujurat: 13)

Di antara bentuk takwa seorang hamba adalah menerima takdir Allah, yang dirasakannya baik maupun yang dirasakannya buruk.

Imam Ahmad rahimahullah pernah ditanya,

مَا القَدَرُ؟

“Apa itu qadar?” Beliau menjawab,

إِنَّ اللهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

“Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah: 20) (Syarh Kitab Al-Inabah min Ushul Ad-Diyanah, Al-Maktabah Asy-Syamilah).

Dan Kita sebagai seorang muslim wajib untuk beriman kepada takdir Allah. Ibnu Hajar rahimahullah dalam Fath Al-Bari, beliau berkata,

وَمَذْهَب السَّلَف قَاطِبَة أَنَّ الْأُمُورَ كُلّهَا بِتَقْدِيرِ اللَّه – تَعَالَى – كَمَا قَالَ تَعَالَى : وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا عِنْدَنَا خَزَائِنُهُ وَمَا نُنَزِّلُهُ إِلَّا بِقَدَرٍ مَعْلُومٍ .

“Madzhab orang-orang sholeh terdahulu sepakat menyatakan bahwa seluruh perkara itu tergantung pada takdir Allah, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

وَإِن مِّن شَىْءٍ إِلَّا عِندَنَا خَزَآئِنُهُۥ وَمَا نُنَزِّلُهُۥٓ إِلَّا بِقَدَرٍ مَّعْلُومٍ

“Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang telah ditentukan.” (QS. Al-Hijr: 21)

Semua takdir Allah itu baik dan indah. Namun berdasarkan pandangan manusia saja bahwa takdir itu ada yang baik dan ada yang buruk. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata,

أَنَّ القَدْرَ لَيْسَ فِيْهِ شَرٌّ وَإِنَّمَا الشَرُّ فِي المَقْدُوْرِ وَتَوْضِيْحُ ذَلِكَ بِأَنَّ القَدْرَ بِالنِّسْبَةِ لِفِعْلِ اللهِ كُلُّهُ خَيْرٌ

“Takdir itu tidak ada yang buruk. Yang buruk itu adalah yang dirasakan oleh makhluk (maqduur). Yang jelas, takdir Allah dipandang dari sisi perbuatan Allah (maka) itu seluruhnya baik.” (Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyah, hlm. 88)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ

“Yang jelek itu tidaklah boleh disandarkan kepada Allah.” (HR. Muslim, no. 771, 201)

Jamaah sidang Jumat yang Semoga di Muliakan Allah ta’ala

Beriman kepada takdir Allah, pasti terdapat berbagai hikmah didalamnya, di antaranya:

Dengan beriman kepada takdir, setiap orang akan mengembalikan urusannya kepada Allah. Kalau kita mengetahui bahwa segala sesuatu telah ditetapkan oleh Allah, maka ketika kita selamat dari musibah, kita akan sandarkan keselamatan itu kepada Allah. Ketika kita mendapatkan kebahagiaan, kita akan sandarkan kebahagiaan itu kepada Allah pula.

Manusia tahu keterbatasan dirinya, maka ia tidak sombong dan bangga ketika mengerjakan suatu kebaikan. Karena tidak mungkin seseorang dapat melakukan kebaikan kecuali atas kehendak dan pertolongan dari Allah subhanahu wa ta’ala.

Begitu pula Ketika seseorang mendapatkan nikmat, kemudian ia pun sandarkan nikmat itu kepada Allah yang memberikan nikmat.

Setiap orang akan tahu bahwa segala kejadian yang menimpanya, pasti ada hikmah terbaik di balik itu semua.

Maka oleh sebab itu, kita hendaklah juga harus menerima takdir siapa pun pemimpin kita yang nanti akan terpilih. Karena Itu juga sudah menjadi catatan takdir yang telah tertulis pada sisi Allah.

Apabila A yang menjadi pemimpin kita, maka itulah takdir yang terbaik untuk kita. Begitu pula ketika B atau C yang terpilih menjadi pemimpin kita. Maka tugas kita adalah menaati dan mematuhi pemimpin yang ada. Selama tidak menyuruh dalam kemaksiatan.

Dalam ayat disebutkan,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.” (QS. An-Nisaa’: 59)

Dalam sebuah hadits disebutkan,

السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ حَقٌّ، مَا لَمْ يُؤْمَرْ بِالْمَعْصِيَةِ، فَإِذَا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلاَ سَمْعَ وَلاَ طَاعَةَ

“Patuh dan taat pada pemimpin tetap ada selama bukan dalam maksiat. Jika diperintah dalam maksiat, maka tidak ada kepatuhan dan ketaatan.” (HR. Bukhari, no. 2955)

اللَّهُمَّ لَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا بِذُنُوْبِنَا مَنْ لَا يَخَافُكَ فِيْنَا وَلَا يَرْحَمُنَا

“Ya Allah, janganlah Engkau kuasakan orang-orang yang tidak takut kepada-Mu di tengah-tengah kami dan tidak pula menyayangi kami dikarenakan dosa-dosa kami.”

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

Khutbah Kedua:

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ

Jamaah Sidang Jumat Semoga Allah merahmati kita semua.

Siapapun nanti yang menjadi pemimpin kita, Itu adalah Takdir yang Allah tetapkan untuk kita.

Namun satu hal yang mesti kita Ingat, bahwa kualitas pemimpin itu adalah cerminan dari kualitas mayoritas rakyatnya. Ibnul Qayyim rahimahullah pernah berkata,

وتأمل حكمته تعالى في أن جعل ملوكَ العباد وأمراءَهم وولاتَهم من جنسِ اعمالِهم بلْ كأنَّ أعمالَهم ظهرَتْ في صُوَرِ ولاتِهم وحُكّامِهم وملوكهم فإن استقاموا استقامت ملوكُهم وإن عدلوا عدلت عليهم وإن جاروا جارت ملوكُهم وولاتُهم وإن ظهر فيهم المكْرَ والخديعةَ فولاتُهم كذلك

“Sesungguhnya di antara hikmah Allah Ta’ala dalam keputusan-Nya memilih para raja, pemimpin dan pelindung umat manusia adalah sama dengan amalan rakyatnya bahkan perbuatan rakyat seakan-akan adalah cerminan dari pemimpin dan penguasa mereka. Jika rakyat lurus, maka akan lurus juga penguasa mereka. Jika rakyat adil, maka akan adil pula penguasa mereka. Namun, jika rakyat berbuat zalim, maka penguasa mereka akan ikut berbuat zalim.”

Taat pada pemimpin itu berlaku walaupun pemimpin itu tidak kita sukai. Imam Nawawi rahimahullah dalam kitab Riyadhus Sholihin pada hadits no. 663 dengan judul bab yang beliau bawakan, “Wajib taat terhadap pemimpin kaum muslimin selain dalam hal maksiat dan haram taat pada mereka dalam hal maksiat.” Berikut hadits yang beliau sebutkan.

عَنِ ابْنِ عُمَرَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ قَالَ >>عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ إِلاَّ أَنْ يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ فَإِنْ أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلاَ سَمْعَ وَلاَ طَاعَةَ <<

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Bagi setiap muslim, wajib taat dan mendengar kepada pemimpin (penguasa) kaum muslimin dalam hal yang disukai maupun hal yang tidak disukai (dibenci) kecuali jika diperintahkan dalam maksiat. Jika diperintahkan dalam hal maksiat, maka tidak boleh menerima perintah tersebut dan tidak boleh taat.” (HR. Bukhari no. 7144 dan Muslim no. 1839).

Tugas kita adalah siapa pun yang terpilih dari pemimpin negeri, terimalah takdir tersebut dan terus doakan yang terbaik untuk pemimpin kita. Dari ‘Abdush Shomad bin Yazid Al Baghdadiy, ia berkata bahwa ia pernah mendengar Fudhail bin ‘Iyadh berkata,

لَوْ أَنَّ لِي دَعْوَةً مُسْتَجَابَةً مَا صَيَِّرْتُهَا اِلاَّ فِي الاِمَامِ

“Seandainya aku memiliki doa yang mustajab, aku akan tujukan doa tersebut pada pemimpinku.” Ada yang bertanya pada Fudhail, “Kenapa bisa begitu?” Ia menjawab, “Jika aku tujukan doa tersebut pada diriku saja, maka itu hanya bermanfaat untukku. Namun jika aku tujukan untuk pemimpinku, maka rakyat dan negara akan menjadi baik.” (Hilyatul Auliya’ karya Abu Nu’aim Al Ashfahaniy, 8: 77, Darul Ihya’ At Turots Al ‘Iroqiy)

Usaha kita adalah memilih pemimpin sesuai kemampuan yang kita anggap dapat membawa maslahat pada dunia dan akhirat atau memilih yang indikasi keburukannya paling kecil saat memimpin negeri. Kalau yang kita nilai baik itu tidak terpilih, itu sudah di luar kemampuan kita, hasilnya adalah kuasa Allah azza wa jalla.

Semoga pemimpin yang terpilih siapapun nanti adalah pemimpin yang terbaik untuk kita dan kita terus mendoakan kebaikan untuknya dan untuk kebaikan kaum muslimin secara umum.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ

اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِى الأُمُورِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْىِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ

يا رَبَّنَا لك الحمد، آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

وأقيم الصلاة

Disadur dari Khutbah:

Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, Lc., M.Sc.

Dikembangkan ulang oleh:

Ahmadi Assambasy

Posting Komentar untuk "Mentaati Pemimpin Yang Terpilih - Khutbah Jum'at"