Ustadz Ali Musri Semjan Putra Tidak Berilmu? - Kritik Inshaf dari U. Muhammad Abduh Negara
Kabeldakwah.com |
Berikut ini kami
sampaikan beberapa untaian kata dari UMAN, bagaimana pandangan beliau terhadap
UAMSP, Bagaimana latarbelakang pendidikan beliau dan bagaimana sepak terjang
beliau dalam dunia dakwah salafiyah di Indonesia.
Oleh: Ust. Muhammad Abduh
Negara
Saya tidak sepakat, pada kalangan yang
menganggap Ustadz AMSP itu tidak berilmu, dalam arti tidak punya kemampuan
memahami bahasan ilmu secara ilmiah.
Bisa kuliah S1 s.d. S3 di UIM, itu menunjukkan sang ustadz punya wawasan yang memadai, kemampuan dan daya tahan belajar yang kuat, serta pemahaman kaidah keilmuan yang cukup.
Tesis dan disertasi sang
ustadz dalam bentuk tahqiq kitab, juga bukan hal yang gampang. Bahkan kerja
"tahqiq kitab" adalah salah satu kerja ilmiah terbaik sekitar 1 abad
terakhir, yang memudahkan kita mengakses berbagai kitab turats tanpa jatuh pada
tahrif, tashif dan berbagai kendala lainnya.
Bahkan sang ustadz, konon
setelah selesai S3, ditawari menjadi dosen di UIM sana. Yang menunjukkan pihak
akademik di sana, mengakui kapasitasnya.
Sang ustadz juga salah
satu pendiri STDI Imam Syafi'i Jember, kampus yang masyhur itu, baik bagi yang
pro maupun yang kontra.
Bahkan, sebagaimana yang
saya pegang saat ini, di Indonesia itu banyak ulama, baik kalangan aswaja,
salafi, haraki, ormasi, dll., jika standar ulama itu sekadar "seperti
kebanyakan syaikh di Timteng sana". Tentu kalau dibandingkan dengan ulama pilih
tanding seperti Al-Qaradhawi, 'Ali Jum'ah atau Bin Baz, agak sulit.
Jadi, berdasarkan standar
di atas, Ustadz AMSP itu, bisa dikategorikan sebagai ulama. Kalau ada yang
bertanya, "Siapa ulama salafi di Indonesia?" Salah satu nama yang
bisa disebutkan, adalah sang ustadz.
Tapi, mengapa sang ustadz
bisa jatuh pada kesalahan fatal dengan menuduh Ha*as yang bukan-bukan, bahkan
terbukti tuduhan palsu pada beberapa poin?
Ada beberapa jawabannya,
dan sebagian sudah pernah saya tuliskan, meski tidak secara eksplisit.
1. Doktrin kebencian
terhadap IM yang membabi buta. Sehingga semua yang dianggap bagian dari IM atau
terafiliasi dengannya, dianggap menyimpang, dan semua tindakannya dipastikan
salah, bahkan sebelum ada bukti sekalipun.
Doktrin semacam ini, asal
mulanya dari Asia Barat sana, yang kemudian diimpor oleh sebagian orang, tanpa
sikap inshaf, juga tanpa memahami latar belakangnya dengan baik.
2. Bidang kepakaran tiap
orang itu berbeda-beda, sehingga tidak setiap orang berhak berfatwa. Bahkan,
bagi orang yang mampu berfatwa soal thaharah, belum tentu mampu berfatwa soal
jihad. Apalagi jika dia tidak mampu berfatwa soal thaharah.
Memaksakan diri untuk
berfatwa, tanpa kedalaman ilmu yang memadai, juga tanpa memahami dalil dan
waqi' dari perkara yang akan difatwakan, akan menjatuhkan seseorang pada
kesalahan.
3. Lingkungan yang
terbentuk melalui hasil indoktrinasi, serta tumbuh kuat di atas landasan
fanatisme buta, akan membuat seseorang sulit untuk menerima kebenaran dari
pihak luar.
Semua kritik dari luar,
seilmiah apapun, akan dianggap sebagai serangan dan permusuhan, sehingga yang
muncul adalah sikap defensif, sikap membela diri secara membuta. Tak akan ada
upaya mencerna argumentasi orang lain dengan tenang, kemudian menerimanya jika
terbukti benar. Yang ada, hanya upaya mencari cara memberikan balasan untuk
menyerang pihak pengkritik.
Ini tambah buruk, jika
rekan-rekan di sekitarnya, tidak mengingatkan kesalahannya, tapi malah
mendukung dan membela kesalahannya tersebut.
Catatan:
Ustadz AMSP (Ali Musri
Semjan Putra)
Semoga dapat bermanfaat
untuk semuanya. Mari kita beradab terhadap orang yang lebih berilmu daripada
kita.
Baarokallahu fiikum.
Posting Komentar untuk "Ustadz Ali Musri Semjan Putra Tidak Berilmu? - Kritik Inshaf dari U. Muhammad Abduh Negara"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.