Menyingkap Tabir Salam Universal Islam
Salam Dalam Kehidupan Muslim
Kata salam dalam Bahasa
Arab mempunyai arti keselamatan, kesejahteraan atau kedamaian. Beberapa hal
yang berkenaan dengan salam adalah
Tujuan Instruksional
Setelah mendapatkan
materi ini peserta dapat:
1. Mengetahui dalil-dalil
dari hadits tentang perintah menyebarkan salam, serta kisah-kisah para shahabat
yang menyangkut penyebaran salam
2. Mengetahui hukum dan
adab memberi salam serta menjawab salam (termasuk terhadap non Muslim).
3. Mengetahui makna dan
kandungan salam
Titik Tekan Materi
Materi menguraikan
tentang anjuran menyebarluaskan salam. Salam yang salah satu maknanya adalah
mengucapkan Assalamu'alaikum merupakan do'a yang sangat baik diberikan kepada
sesama muslim. Salam juga menjadi salah satu simbol dan syi'ar Islam..
Lebih-lebih salam tidak hanya berbentuk perkataan, tetapi juga untuk mewujudkan
salam kedamaian kepada seluruh makhluk Allah swt. Salam untuk orang lapar
adalah bagaimana menjadikannya tidak lapar dsb
Pokok-Pokok Materi
1. Dalil-dalil Al-Qur-an
dan hadist Nabi tentang salam
2. Urgensi dan fadilah
salam
3. Adab-adab salam
4. Kandungan dan makna
salam
Tekonologi Pembelajaran
Buatkan cek lis tentang
kegiatan untuk selalu menyebarkan dalam, sehingga membuat disiplin mereka
selalu mengucapkan salam.
Dalil Pendukung
1. Al Qur'an
Allah SWT
berfirman:"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah
yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya.
Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat" (An Nuur
[24]: 27).
Allah SWT
berfirman:"... Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah-rumah
(ini) hendaklah kamu memberi salam kepada dirimu sendiri. Salam yang ditetapkan
dari sisi Allah, yang diberi berkah lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan
ayat-ayat (Nya) bagimu, agar kamu memahaminya" (An Nuur [24]: 61).
2. Hadits
Rasulullah Saw
bersabda:"Demi Dia yang diriku berada di tangan-Nya! Kalian tidak akan
masuk surga hingga kalian beriman. Dan kalian tidak akan beriman hingga kalian
saling berkasih-sayang. Maukah kalian saya tunjukkan suatu perkara yang apabila
kalian kerjakan, maka akan tumbuh rasa kasih-sayang di antara kalian? Sebarkan
salam di antara kalian!" (HR. Muslim).
Rasulullah SAW bersabda:"Wahai manusia! Sebarkanlah salam,
berilah makanan, sambunglah tali silaturahmi dan shalatlah ketika manusia lain
tengah tertidur; niscaya kamu akan masuk surga dengan selamat sejahtera"
(At Tirmidzi).
3. Sunnah Para Nabi dan
Rasul
Abu Hurairah RA
mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda:"Ketika Allah telah menjadikan
Adam, maka Allah memerintahkan:"Pergilah kepada para Malaikat dan ucapkan
salam kepada mereka yang tengah duduk. Dengarkanlah jawaban salam mereka,
karena itu akan menjadi ucapan salam bagi kamu dan anak cucumu kelak!"
Maka pergilah Nabi Adam dan mengucapkan:"Asalaamu ‘alaikum!" Para
Malaikat menjawab:"Assalaamu ‘alaika warahmatullaah!" Mereka menambah
warahmatullaah" (HR. Bukhary dan Muslim).
Al Qur'an menceritakan
kisah Ibrahim AS:"(Ingatlah) ketika mereka msuk ke tempatnya lalu
mengucapkan:"Salaaman", Ibrahim menjawab:"Salaamun"
..." (Adz Dzaariyaat [51]: 25).
4. Perilaku Para Shahabat
Thufail Bin Ubay Bin
Ka'ab pernah datang ke rumah Abdullah Bin Umar; lalu keduanya pergi ke pasar.
Ketika keduanya sampai di pasar, tidaklah Abdullah Bin Umar menemui tukang
rombeng, penjual toko, orang miskin dan siapa saja melainkan mesti memberi
salam kepada mereka.
Suatu hari, Thufail Bin
Ubay Bin Ka'ab datang lagi ke rumah Abdullah Bin Umar, dan diajak lagi ke
pasar. Maka Thufail bertanya:"Perlu apa kita ke pasar? Kamu sendiri bukanlah
seorang pedagang dan tidak ada kepentingan menanyakan harga barang atau menawar
barang. Lebih baik bila kita duduk bercengkerama di sini". Abdullah Bin
Umar menjawab:"Hai Abu Bathn! Sebenarnya kita pergi ke pasar hanya untuk
memasyarakatkan salam. Kita beri salam kepada siapa saja yang kita temui di
sana!" (Imam Malik dalam kitab Al Muwatha' dengan sanad shahih).
Hukum Salam
1. Mengucapkan Salam
Hukum mengucapkan salam
adalah sunnah yang dikuatkan (sunnah mu'akadah). Rasulullah SAW
bersabda:"Jika seseorang di antara kalian berjumpa dengan saudaranya, maka
hendaklah memberi salam kepadanya. Jika antara dia dan saudaranya terhalang
pepohonan, dinding atau bebatuan; kemudian mereka berjumpa kembali, maka
ucapkan salam kepadanya" (HR. Abu Daud).
2. Menjawab Salam
Sedangkan hukum menjawab
salam adalah wajib. Sebagaimana firman Allah SWT:"Apabila kamu dihormati
dengan suatu penghormatan, maka balaslah yang lebih baik atau balaslah dengan
yang serupa. Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu" (An Nisaa'
[4]: 86).
3. Ucapan Salam
Ucapan salam yang lengkap
adalah "Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh" yang artinya
"semoga seluruh keselamatan, rahmat dan berkah Allah dilimpahkan kepada
kalian". Ucapan salam ini sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW ketika
beliau tengah bersama isterinya, ‘Aisyah RA, beliau bersabda:"Ini Jibril
mengucapkan salam kepada kamu". Maka ‘Aisyah RA menjawab:"Wa
‘alaihissalaam warahmatullaahi wabarakaatuh" (HR. Bukhary dan Muslim).
Idealnya seorang Muslim
mengucapkan salam dengan lengkap, tetapi tetap diperkenankan seseorang untuk
mengucapkan salam:
a. Assalaamu ‘alaikum
b. Assalaamu ‘alaikum
warahmatullaah, atau
c. Assalaamu ‘alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh (lengkap)
Semakin lengkap ucapan
salam seorang, maka semakin banyak pula keutamaan yang diraihnya. Imran Bin
Hushain RA menceritakan tentang seseorang yang mendatangi Rasulullah SAW dan
mengucapkan salam:"Assalaamu ‘alaikum!" Rasulullah SAW menjawab salam
tersebut, dan kemudian memberikan komentar:"Sepuluh!" Kemudian datang
orang lain yang mengucapkan salam:"Assalaamu ‘alaikum
warahmatullaah!" Rasulullah SAW menjawab dan kemudian memberikan
komentar:"Duapuluh!" Dan datanglah orang ketiga dan mengucapkan
salam:"Assalaamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh!" Maka
Rasulullah SAW menjawab:"Tigapuluh!" (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
Demikianlah, semakin
lengkap ucapan salam seseorang, akan semakin banyak pula keutamaan yang dia
peroleh.
4. Ucapan Balasan Salam
Sedangkan jawaban salam,
minimal setara dengan ucapan salam; dan kalau bisa, malah dilebihkan. Allah
Ta'ala berfirman:" Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka
balaslah yang lebih baik atau balaslah dengan yang serupa. Sesungguhnya Allah
memperhitungkan segala sesuatu" (An Nisaa' [4]: 86).
Sehingga jawaban salam
yang disyari'atkan adalah:
a. Bila ucapan salam
"Assalaamu ‘alaikum" maka jawaban minimal adalah
"Wa'alaikumussalaam", jawaban lebih adalah "Wa'alaikumussalaam
warahmatullaah", dan jawaban lengkapnya adalah "Wa'alaikumussalaam
warahmatullaahi wabarakaatuh".
b. Bila ucapan salam
"Assalaamu ‘alaikum warahmatullaah" maka jawaban minimal adalah
"Wa'alaikumussalaam warahmatullaah", dan jawaban lengkapnya adalah
"Wa'alaikumussalaam warahmatullaahi wabarakaatuh".
c. Bila ucapan salam
"Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh" maka jawaban
minimal adalah "Wa'alaikumussalaam warahmatullaahi wabarakaatuh"
Adab Mengucapkan Salam
Ada beberapa adab yang
harus diperhatikan dalam menyebarkan salam, yaitu:
1. Urutan Salam
Sabda Rasulullah SAW:
a. Orang yang
berkendaraan memberi salam kepada yang berjalan
b. Orang yang berjalan
memberi salam kepada orang yang duduk
c. Rombongan yang sedikit
memberi salam kepada rombongan yang lebih banyak
d. Yang kecil (muda)
memberi salam kepada yang besar (tua) (HR. Bukhary).
Itulah urutan salam yang
menjadi adab bagi seorang Muslim untuk menyebarkan salam. Sikap dasar seorang
Muslim adalah mencoba memaklumi orang lain dan tidak meminta untuk dimaklumi.
Urutan salam inipun tidak harus menjadikan kita minta untuk dimaklumi. Misal
orang tua sama sekali tidak mau memberi salam kepada yang lebih muda, dan
menuntut supaya anak-anak muda itu yang harus terlebih dahulu mengucapkan salam
kepadanya. Sikap tuntutan seperti ini tentu saja berlebih-lebihan. Mestinya
seorang Muslim tidak terjebak dengan sikap kekanak-kanakan seperti ini.
2. Mendahului Salam
Terlepas dari urutan
dalam memberi salam, Rasulullah SAW mengajarkan untuk mendahului dalam memberi
salam. Diharapkan kita tidak pasif dalam mengucapkan salam, yaitu sekedar
menanti datangnya ucapan salam dari orang lain. Diharapkan pula kita tidak
menjadi orang yang suka menuntut orang lain untuk mengucapkan salam duluan.
Rasulullah SAW mengajarkan, justru yang memulai salam itulah orang yang lebih
mulia.
Sabdanya:"Seutama-utama
manusia bagi Allah adalah yang mendahului salam (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
Seseorang pernah bertanya
kepada Rasulullah SAW:"Ya Rasulullah, jika dua orang bertemu muka, manakah
di antara keduanya yang harus terlebih dahulu memberi salam?" Rasulullah
SAW menjawab:"Yang lebih dekat kepada Allah (yang berhak terlebih dahulu
memberi salam)" (HR. tirmidzi).
3. Menjawab Setara atau
Lebih
Apabila ada seseorang
yang memberi salam kepada kita, maka idealnya kita memberikan jawaban yang sama
(setara). Misalkan seseorang mengucapkan salam kepada kita:"Assalaamu
‘alaikum warahmatuulaah!" Minimal kita harus menjawab:"Wa'alaikumussalaam
warahmatullaah!"
Lebih utama lagi, apabila
kita memberikan jawaban yang lebih daripada ucapan salam tersebut. Misalkan
seseorang mengucapkan salam kepada kita:"Assalaamu ‘alaikum
warahmatuulaah!" Maka akan lebih baik apabila kita
menjawab:"Wa'alaikumussalaam warahmatullaahi wabaraakatuh!"
Hal ini sesuai dengan
firman Allah Ta'ala:"Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan,
maka balaslah yang lebih baik atau balaslah dengan yang serupa. Sesungguhnya
Allah memperhitungkan segala sesuatu" (An Nisaa' [4]: 86).
Jawaban salam masih
kurang setara apabila kita memberi jawaban:"Wa'alaikum salaam ...!"
Harusnya, jawaban itu adalah:"Wa ‘alaikumus salaam ...!" Perbedaan
antara keduanya adalah: salaam dan as salaam. Kata salaam berarti keselamatan,
sedangkan kata as salaam memiliki makna seluruh keselamatan. Tentu saja tidak
setara antara keselamatan dan seluruh keselamatan. Jawaban "Wa'alaikum
salaam ..." mempunyai makna keselamatan atas kalian; sedangkan jawaban
"wa ‘alaikumus salaam ..." mempunyai makna seluruh keselamatan atas
kalian. Tentu saja jawaban "Wa'alaikum salaam (keselamatan atas
kalian)..." tidak setara apabila pemberi salam megucapkan:"Assalaamu
‘alaikum (Seluruh keselamatan atas kalian) ...!"
4. Menjabat Tangan
Selain mengucapkan salam,
akhlaq yang indah (karimah) bagi seorang Muslim ketika bertemu dengan
saudaranya adalah menjabat tangannya dengan hangat. Seseorang bertanya kepada
Rasulullah SAW:"Ya Rasulullah, jika seseorang dari kami bertemu dengan
saudaranya atau temannya apakah harus menunduk-nunduk?" Jawab Rasulullah
SAW:"Tidak!" Tanyanya:"Apakah harus merangkul kemudian
menciumnya?" Jawab Rasulullah SAW:"Tidak!" Tanyanya sekali
lagi:"Apakah meraih tangannya kemudian menjabatnya?" Jawab Rasulullah
SAW:"Ya!" (HR. Muslim).
Selain memiliki nilai
kehangatan dan persahabatan (ukhuwwah), jabatan tangan juga akan menghapus dosa
di antara kedua Muslim yang melakukannya. Rasulullah SAW
bersabda:"Tidaklah dua orang Muslim yang bertemu kemudian berjabat tangan
kecuali Allah akan mengampuni dosa keduanya sampai mereka melepaskan jabatan
tangannya" (HR. Abu Daud).
Yang tetap perlu
diperhatikan hendaklah lelaki tidak berjabat-tangan dengan wanita yang bukan
muhrimnya; demikian pula sebaliknya. Meskipun dalam masalah ini, DR. Yusuf Al
Qardhawi tidak mengharamkannya secara mutlaq.
5. Berwajah Manis
Yang dimaksud berwajah
manis adalah penampilan yang menyenangkan serta senyum yang mengembang. Gaya
seperti inilah yang diinginkan Rasulullah SAW ketika seorang Muslim bertemu
dengan saudaranya. Sabda Rasulullah SAW:"Jangan kalian meremehkan
sedikitpun tentang kebaikan, meskipun hanya wajah yang manis saat bertemu
dengan saudaramu" (Al Bukhary).
6. Tidak Memalingkan
Wajah
Memalingkan wajah, apapun
alasannya, sulit untuk ditafsirkan lain kecuali sikap meremehkan atau memusuhi.
Apabila seorang Muslim berjumpa dengan saudaranya, selain salam dan jabat
tangan. hendaklah ditambah dengan menatap wajah saudaranya; tidak malah
memalingkan wajah. Nilai ucapan salam dan jabatan tangan menjadi hampa dan
hilang ketika seseorang melakukannya sambil memalingkan wajah.
Allah SWT telah
mengingatkan masalah ini dengan firman-Nya:"Dan janganlah kamu memalingkan
muka kamu dari manusia dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan
diri" (Luqman [31]: 18).
7. Tidak Membikin Gaduh
Setiap pembicaraan yang
kita lakukan hendaklah secukupnya saja. Maksudnya, tidak dengan suara yang
berlebihan, tetapi juga tidak terlalu lemah. Minimal orang yang kita ajak
berbicara mampu menangkap suara kita, itu sudah cukup. Demikian pula dalam
mengucapkan salam; secukupnya saja.
Al Miqdad RA biasa
menyediakan susu bagian Rasulullah SAW. Maka Rasulullah SAW datang pada waktu
malam, lalu beliau memberi salam dengan perlahan sehingga tidak membangunkan
orang yang tidur, dan cukup didengar oleh mereka yang terjaga. Dan beliau
mengucapkan salam sebagaimana biasa beliau mengucapkan salam (HR. Muslim).
8. Tidak mengucapkan
‘Alaikassalaam
Ucapan salam yang
dilarang oleh Rasulullah SAW adalah ‘alaikassalaam, karena kata ‘alaikassalaam
adalah salam untuk orang yang telah meninggal. Abu Juray al Hujaimi datang
kepada Rasulullah SAW sambil mengucapkan:"'Alaikassalaam, ya Rasulullah!"
Maka Rasulullah SAW berkata:"Jangan berkata 'alaikassalaam karena
‘alaikassalaam itu merupakan salam bagi orang mati" (HR. Abu Daud dan At
Tirmidzi).
9. Salam kepada Lain
Jenis
Laki-laki diperkenankan
memberi salam kepada wanita; dan sebaliknya wanita juga diperbolehkan
mengucapkan salam kepada laki-laki. Demikianlah yang dilakukan Rasulullah SAW
ketika berjalan melalui sekumpulan wanita. Beliau memberi salam kepada mereka
(HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
Asma' Binti Jazid
menceritakan bahwa ketika Rasulullah SAW berjalan di masjid mendadak melihat
rombongan wanita tengah duduk, maka beliau melambaikan tangan dengan
mengucapkan salam" (HR. At Tirmidzi).
Sedangkan salam wanita
kepada laki-laki digambarkan oleh Ummu Hani' Binti Abu Thalib RA ketika datang
kepada Rasulullah SAW saat Fat-hu Makkah (penaklukan kota Makkah). Saat itu,
Rasulullah SAW tengah mandi dan di depan ada Fathimah. Maka Ummu Hani'
memberikan salam kepada Rasulullah SAW (HR. Muslim).
Tentu saja, memberikan
salam kepada lawan jenis yang bukan muhrim dilakukan dengan tetap memperhatikan
adab-adab pergaulan lawan jenis. Jangan sampai salam dengan lawan jenis justru
dijadikan sebagai pengantar mendekati perbuatan zina. Misalkan salam anak-anak
muda kepada lawan jenis dengan ragam salam yang tidak tepat. Ada salam sayang,
salam mesra, salam rindu dan mungkin ada salam-salam lain yang lebih berbahaya.
Padahal salam seperti itu ditujukan kepada lawan jenis yang bukan muhrim bukan
pula isteri/suaminya. Salam seperti inilah yang tidak lagi bernilai syar'i.
10. Salam kepada Orang
Non Muslim
Diharamkan seorang Muslim
mendahului mengucapkan salam kepada orang Non Muslim. Rasulullah SAW
bersabda:"Jangan kalian mendahului mengucapkan salam kepada orang Yahudi
atau Nashrani" (HR. Muslim).
Tetapi apabila forumnya
telah berbaur antara orang Muslim dengan Non Muslim, maka diperkenankan kita
untuk memulai mengucapkan salam. Demikianlah yang dilakukan Rasulullah SAW
ketika melewati suatu majelis yang berbaur antara orang Muslim, musrikin
penyembah berhala dan Yahudi. Beliau mengucapkan salam kepada mereka" (HR.
Bukhary dan Muslim).
Apabila orang Non Muslim
memulai mengucapkan salam, maka jawaban yang diperkenankan oleh syari'at
adalah:"Wa ‘alaikum!" (Semoga anda juga). Itu saja, tidak usah
diperpanjang lagi. Rasulullah SAW menasihatkan:"Jika orang-orang Ahli
Kitab (Non Muslim) memberi salam kepada kamu, maka jawablah:"Wa
‘alaikum" (HR. Bukhary dan Muslim)
11. Salam kepada
Anak-anak
Salam tidak hanya hak
bagi pemuda dan orang tua. Anak-anak pun berhak untuk mendapatkan salam dan
membalasnya. Bahkan, kebiasaan menyebarkan salam kepada anak-anak, diharapkan
dapat mewarnai akhlaq seseorang ketika menginjak remaja dan dewasa.
Anas Bin Malik RA memberi
salam kepada anak-anak ketika dia berjalan di muka mereka. Kemudian Anas
berkata:"Dahulu Rasulullah SAW juga berbuat seperti ini (HR. Bukhary dan
Muslim).
Maka berilah salam kepada
anak-anak sekaligus mengkondisikan mereka dengan akhlaq-akhlaq Islami sejak
dini.
12. Salam jika Masuk
Rumah
Allah SWT memerintahkan
kepada Kaum Muslimin untuk meminta ijin dan mengucapkan salam apabila hendak
memasuki rumah orang lain. Firman-Nya:"Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan
memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar
kamu (selalu) ingat" (An Nuur [24]: 27).
Demikian pula jika kita
memasuki rumah kita sendiri, baik dalam keadaan ada orangnya atau dalam keadaan
kosong. Disyari'atkan supaya kita mengucapkan salam. Allah SWT
berfirman:"... Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah-rumah
(ini) hendaklah kamu memberi salam kepada dirimu sendiri. Salam yang ditetapkan
dari sisi Allah, yang diberi berkah lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan
ayat-ayat (Nya) bagimu, agar kamu memahaminya" (An Nuur [24]: 61).
Rasulullah SAW pun juga
mengajarkan kepada Anas Bin Malik:"Wahai anak, jika kamu masuk ke dalam
rumah keluargamu, hendaknya memberi salam, supaya menjadi berkah untuk kamu dan
keluargamu" (HR. at Tirmidzi).
13. Berkirim Salam
Sudah menjadi tradisi di
kalangan kita untuk saling berkirim salam kepada saudara kita melalui orang
lain. Tetapi ada perilaku yang masih canggung bagi kita untuk berkirim salam,
yaitu isi salamnya justru seringkali tidak tersampaikan. Maka cara berkirim
salam adalah sebagai berikut:
Pertama, untuk pihak
pengirim salam mestinya menitipkan salam sekaligus isi salamnya, sebagai mana
seseorang yang berkata,"Saya mau nitip surat kepada si Fulan", maka
tentunya dia akan mengambilkan surat tersebut dan diberikan kepada pengirimnya.
Maka seorang pengirim surat ketika mengatakan,"Saya titip salam buat si
Fulan" dia harusnya menambahkan,"Assalaamu ‘alaihim warahmtullaahi
wabarakaatuh".
Kedua, untuk pihak
pembawa salam mestinya menyampaikan salam sekaligus isi salamnya. Sebagaimana
Pak Pos yang berkata,"Ada surat buat Bapak" kemudian dia akan
menyerahkan surat tersebut kepada orang yang dituju. Demikian pula seorang
pembawa salam ketika berkata kepada orang yang dituju,"Kamu dapat salam
dari si Fulan" maka salamnya harus disampaikan,"Assalaamu ‘alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh".
Ketiga, pihak penerima
salam hendaknya membalas salam dari saudaranya sekaligus isinya. Maka
seharusnya ketika dia berkata,"Salam balik, ya" maka dia harusnya
menambahkan,"Assalaamu'alaihim warahmatullaahi wabarakaatuh".
Demikianlah semestinya
tata-cara berkirim salam kepada saudaranya melalui orang lain.
Makna Salam
1. Do'a
Makna salam adalah do'a
seorang Muslim kepada saudaranya seiman. Kata "Assalaamu ‘alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh" mempunyai makna "Semoga seluruh
keselamatan, rahmat dan berkah dianugerahkan Allah kepada kalian". Nilai
do'a dalam kandungan salam ini menjadi salah satu dasar mengapa salam tidak
dapat diberikan kepada orang-orang Non Muslim. Karena do'a seorang Muslim
kepada Non Muslim akan tertolak, meskipun ditujukan kepada orang-orang yang
dekat dalam kehidupannya. Demikian pula Rasulullah SAW tertolak do'anya ketika
ditujukan kepada pamannya yang masih kafir, Abu Thalib. Dan Allah mengingatkan
dengan firman-Nya:"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk
kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang
dikehendaki-Nya. Dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima
petunjuk" (Al Qashash [28]: 56).
Do'a seorang Muslim
kepada Non Muslim adalah do'a supaya mereka mendapat petunjuk masuk dalam
pangkuan Islam. Demikianlah do'a Rasulullah SAW kepada orang Non
Muslim:"Ya Allah berilah petunjuk kepada kaumku, karena sesungguhnya
mereka orang yang tidak mengerti" (Sirah Nabawiyah, Abul Hasan ali An
Nadwi). Atau do'a Rasululah SAW kepada Umar Bin Khaththab ketika masih
kafir:"Ya Allah, berilah kemuliaan kepada Islam dengan masuk Islamnya
salah satu orang terkasih kepada-Mu, yakni Abu Jahal atau Umar Bin
Khaththab".
Demikian pula sebaliknya.
Seorang Non Muslim tidak mungkin mendo'akan seorang Muslim, karena tuhannya
tidak sama. Bagaimana mungkin seorang tuan menggaji seseorang yang bukan
pegawainya. Sehingga, bila seorang Non Muslim memberi salam kepada kita, cukup
kita balas dengan ucapan:"Wa'alaikum (Semoga kamu juga)", tidak lebih
dari itu.
Berkah do'a dari salam
itulah yang menjadikan shahabat mengecilkan volume jawaban salam ketika
Rasulullah SAW mengucapkan salam kepada penghuni rumahnya. Sampai salam ketiga,
barulah mereka menjawab dengan suara keras. Ketika Rasulullah SAW bertanya
mengapa hal itu dilakukan oleh mereka, maka dijawab:"Kami ingin
mendapatkan do'a dari Rasulullah SAW".
2. Dasar Iman dan
Ukhuwwah
Salam merupakan dasar
terbentuknya kasih-sayang (ukhuwwah), sedangkan kasih-sayang merupakan salah
satu indikasi kedalaman iman. Sehingga dapat disimpulkan bahwa salam merupakan
dasar bagi tegaknya iman dan ukhuwwah.
Rasulullah SAW
bersabda:"Demi Dia yang diriku berada di tangan-Nya! Kalian tidak akan
masuk surga hingga kalian beriman. Dan kalian tidak akan beriman hingga kalian
saling berkasih-sayang. Maukah kalian saya tunjukkan suatu perkara yang apabila
kalian kerjakan, maka akan tumbuh rasa kasih-sayang di antara kalian? Sebarkan
salam di antara kalian!" (HR. Muslim).
3. Syi'ar Universal
Sangat keliru anggapan
sebagian orang yang mengatakan bahwa salam adalah budaya Arab, sehingga
diusulkan supaya diganti dengan sapaan lokal atau nasional setempat. Sebelum
kedatangan Islam, orang-orang Arab tidak mengenal salam seperti yang kita
fahami sekarang. Bila mereka menyapa, mereka akan mengatakan:"Shabahan
Nuur (Selamat pagi)" atau "Masaa'an Nuur (Selamat malam)" dan
kemudian akan dijawab "Shabahal Khair" atau "Masaa'al
Khair".
Setelah kedatangan Islam,
sapaan ala Arab itu tidak hilang begitu saja. Sapaan itu tetap menjadi sapaan
khas dalam Bahasa Arab. Sedangkan sapaan sesuai syari'at Islam
adalah:"Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi wabarakaatuh" menjadi
tradisi bagi Kaum Muslimin. Sehingga bagi orang Arab yang Non Muslim tidak
memakai salam sebagai sapaan mereka.
Maka sangat keliru mereka
yang beranggapan bahwa salam adalah sapaan budaya Arab. Meskipun salam memakai
Bahasa Arab. Yang benar adalah salam merupakan sapaan khas Islam yang sesuai
dengan syari'at dan berpahala apabila mengerjakannya. Sekaligus salam merupakan
sapaan yang bersifat universal bagi seluruh Kaum Muslimin sedunia. Dia semacam
kode etik pergaulan antara sesama Muslim. Siapapun dia, berada di manapun, dan
kapanpun jua; maka salam adalah sapaan pemersatu Kaum Muslimin di seluruh
dunia. Itulah syi'ar di antara syi'ar-syi'ar agama Allah yang harus kita
agungkan.
"...Dan barangsiapa
mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan
hati" (Al Hajj [22]: 32).
Demikianlah salam dalam
kehidupan seorang Muslim. Tidak ada manfaatnya salam, apabila kita tidak
mengamalkannya dalam praktek kehidupan sehari-hari. Dan dengan salam, semoga
saja kita masuk surga dengan selamat.
Maraji':
1. Hasan Ayyub, Assulukul Ijtima'I
2. Imam An-Nawawi, Riyadhus shalihn
3. Sayyid Sabiq, Fiqhus sunnah
Posting Komentar untuk "Menyingkap Tabir Salam Universal Islam"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.