Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tidak Ada Manusia Yang Sempurna

Setiap anak adam mereka semua pasti mempunyai kesalahan, karena yang namanya manusia itu adalah tempatnya kesalahan dan dosa. Lalu untuk apa Allah سبحانه وتعلى menciptakan jin dan manusia yang nantinya akan melakukan kerusakan diatas muka bumi?.

Allah سبحانه وتعلى berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَا لْاِ نْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (QS. Adz Dzariyat: 56)

Ayat di atas jelas menyebutkan tujuan diciptakan jin dan manusia adalah untuk mengabdi, dan menyembah (beribadah) kepada

Allah سبحا نه وتعلى semata dengan tidak menyekutukannya didalam beribadah.

Ayat ini juga mengisyaratkan pentingnya beramal, setelah tujuan pertama manusia diciptakan adalah dengan belajar agar berilmu. Maka buah dari ilmu adalah beramal. Tidaklah ilmu dicari dan dipelajari kecuali untuk diamalkan. Sebagaimana pohon, tidaklah ditanam kecuali untuk mendapatkan buahnya. Karena ilmu adalah buah dari amal.

sesuatu yang Allah سبحا نه وتعلى ciptakan, baik di langit maupun di bumi pasti ada tujuan dan hikmahnya. Bahkan seekor nyamuk pun tidaklah diciptakan sia-sia. Allah سبحا نه وتعلى berfirman:

اَفَحَسِبْتُمْ اَنَّمَا خَلَقْنٰكُمْ عَبَثًا وَّاَنَّكُمْ اِلَيْنَا لَا تُرْجَعُوْنَ

"Maka apakah kamu mengira bahwa Kami menciptakan kamu main-main (tanpa ada maksud) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?" (QS. Al-Mu'minun 23: Ayat 115).

Selain untuk mengabdi kepada

Allah سبحا نه وتعلى manusia juga diciptakan untuk dijadikan khalifah di atas muka bumi.

Allah سبحا نه وتعلى berfirman:

وَاِ ذْ قَا لَ رَبُّكَ لِلْمَلٰٓئِكَةِ اِنِّيْ جَا عِلٌ فِى الْاَ رْضِ خَلِيْفَةًۗقَا لُوْۤا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَآءَۚوَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَـكَۗقَا لَ اِنِّيْۤ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Aku hendak menjadikan khalifah di bumi." Mereka berkata, "Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?" Dia berfirman, "Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."" (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 30).

Allah سبحا نه وتعلى berfirman:

وَهُوَ الَّذِيْ جَعَلَـكُمْ خَلٰٓئِفَ الْاَ رْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجٰتٍ لِّيَبْلُوَكُمْ فِيْ مَاۤ اٰتٰٮكُمْۗاِنَّ رَبَّكَ سَرِيْعُ الْعِقَا بِۖوَاِ نَّهٗ لَـغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

"Dan Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di Bumi dan Dia mengangkat (derajat) sebagian kamu di atas yang lain, untuk mengujimu atas (karunia) yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat memberi hukuman, dan sungguh Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. Al-An'am 6: Ayat 165).

Allah سبحا نه ونعلى ciptakan jin manusia selain untuk mengabdi dan menjadi khalifah, adalah untuk menguji manusia. Allah سبحا نه وتعلى turunkan Adam عليه السلام kebumi, begitu juga Allah سبحا نه ونعلى usir Iblis dari Surga untuk menggoda anak keturunan Adam عليه السلام sebagai salah satu bentuk ujian kepada manusia itu sendiri.

Allah سبحا نه ونعلى:

قَالَ اخْرُجْ مِنْهَا مَذْءُومًا مَدْحُورًا ۖ لَمَنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ لَأَمْلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنْكُمْ أَجْمَعِينَ

‘Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barang siapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan isi neraka Jahannam dengan kalian semuanya.’ (Al-A’râf/7:18).

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ. ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

Iblis menjawab, ‘Karena Engkau telah menghukumku tersesat, maka saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan-Mu yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur. (Al-A’râf/7:16-17).

Kemudian dalam ayat yang lain Iblis juga berkata,

﴿قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ﴾

“Iblis berkata, ‘Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya’.” (QS. Al-Hijr: 39).

Jika Nabi Adam عليه السلام dan anak keturunanya masih berada di Surga, dan tidak diturunkan Allah سبحا نه ونعلى diatas muka bumi lalu siapa yang akan digoda, dijerumuskan dan disesatkan oleh Iblis dan bala tentaranya?.

Iblis dan bala tentaranya inilah ujian bagi manusia apakah akan menjadi orang yang bertaqwa ataupun menjadi orang yang ingkar, mau ke Surga atau ke Neraka.

Meskipun manusia dan Iblis mereka sama sama dari surga dan sama sama diusir dari surga, akan tetapi tujuan diantara keduanya sangat jauh berbeda. Adapun tujuan manusia untuk kembali ketempat asalnya yaitu Surga, sedangkan Iblis dan bala tentaranya tempatnya di Neraka.

Oleh karenanya kesalahan yang dilakukan setiap manusia itu sudah lumrah adanya karena dia manusia. Akan tetapi Allah سبحا نه وتعلى memberikan jalan keluar dengan "Tobat".Karena sesungguhnya manusia terbaik adalah dia yang bersalah dan berdosa kemudian dia bertobat.

Rasulullah صلى الله عليه وسلمbersabda:

كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ.

“Setiap anak Adam adalah bersalah dan sebaik-baiknya orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang mau bertobat.” (HR. At-Tirmidzi (no. 2499), Ibnu Majah (no. 4251), Ahmad (III/198), al-Hakim (IV/244).

Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

لَوْ أَنَّ اْلعِبَادَ لَمْ يُذْنِبُوْا، لَخَلَقَ اللهُ خَلْقًا يُذْنِبُونَ، ثُمَّ يَغْفِرُ لَهُمْ، وَهُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

“Seandainya para hamba tidak melakukan dosa niscaya Allah akan menciptakan makhluk lain yang melakukan dosa, kemudian Allah akan mengampuni mereka, dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (HR. Al-Hakim (IV/246), Abu Nu’aim dalam kitab al-Hilyah (VII/204).

Jika manusia tidak mau dikritik atau dinasehati sama juga dia menganggap dirinya seorang yang sempurna dan suci. Hal ini sangat bertentangan dengan firman Allah سبحا نه وتعلى

فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى

“Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa” (QS. An Najm:32).

Sa’id bin Jubair رحمه اللهmengatakan, “Jika tidak boleh melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar, kecuali orang yang sempurna niscaya tidak ada satupun orang yang boleh melakukannya”. Ucapan Sa’id bin Jubair ini dinilai oleh Imam Malik sebagai ucapan yang sangat tepat. (Tafsir Qurthubi, 1/410).

Al-Hasan Al-Bashri رحمه الله pernah berkata kepada Mutharrif bin Abdillah رحمه الله, “Wahai Mutharrif nasihatilah teman-temanmu”. Mutharrif mengatakan, “Aku khawatir mengatakan yang tidak ku lakukan”. Mendengar hal tersebut, Hasan Al-Bashri mengatakan, “Semoga Allah merahmatimu, siapakah di antara kita yang mengerjakan apa yang dia katakan, sungguh setan berharap bisa menjebak kalian dengan hal ini sehingga tidak ada seorang pun yang berani amar ma’ruf nahi mungkar.” (Tafsir Qurthubi, 1/410).

Al-Hasan Al-Bashri juga pernah mengatakan, “Wahai sekalian manusia sungguh aku akan memberikan nasihat kepada kalian padahal aku bukanlah orang yang paling shalih dan yang paling baik di antara kalian. Sungguh aku memiliki banyak maksiat dan tidak mampu mengontrol dan mengekang diriku supaya selalu taat kepada Allah. Andai seorang mukmin tidak boleh memberikan nasihat kepada saudaranya kecuali setelah mampu mengontrol dirinya niscaya hilanglah para pemberi nasihat dan minimlah orang-orang yang mau mengingatkan.” (Tafsir Qurthubi 1/410).

Oleh karena itu setiap apa yang diciptakan Allah سبحا نه وتعلى semuanya mempunyai maksud dan tujuan karena Dia Maha Mengetahui Seperti Allah سبحا نه وتعلى menciptakan jin dan manusia. Adapun kritikan, teguran, ataupun nasehat adalah media untuk memperbaiki diri agar seorang mukmin senantiasa instrospeksi diri dan segera berbenah baik itu yang dikritik ataupun yang mengkritik. Sebab timbulnya kritikan, teguran, ataupun nasehat karena ada kesalahan dan pelanggaran.Yang mengkritik itu tidak lepas dari salah dan dosa begitu juga sebaliknya yang dikritik, jika ada yang mengkritik atau mengingatkan hendaknya berprasangka baik dengan berterima kasih dan bersyukur agar kita bisa berbenah dan memperbaiki diri supaya lebih baik kedepannya.

والله اعلم بالصواب.

سهل الله لنا خيرا حيثما كنا.

Oleh: Abu Hikmatyar

Sambas – Kalimantan Barat

KabeL DakwaH
KabeL DakwaH Owner Gudang Software Al-Amanah

Posting Komentar untuk "Tidak Ada Manusia Yang Sempurna"