Qawaid Qur’aniyyah Kaidah Ke 46 – Ikhlas dalam Beramal Sholeh Karena Allah Maha Tahu
Allah berfirman:
وَمَا تَفْعَلُوا۟ مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ ٱللَّ
“Dan segala yang baik
yang kamu kerjakan, Allah mengetahuinya.” (QS. Al baqarah: 197)
Ini merupakan kaidah
Qur`āniy yang baku, sangat erat hubungannya dengan persoalan penting dalam bab
hubungan dengan Allah dan dengan para hambaNya.
Kaidah Qur`āniy yang baku
ini disebutkan dalam konteks ayat-ayat haji.
Allah Ta’ālā berfirman:
“(Musim) haji itu (pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi. Maka siapa yang mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan) itu, janganlah dia berkata jorok (rafaṡ), berbuat maksiat dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji. Dan segala yang baik yang kamu kerjakan, Allah mengetahuinya. Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS. Al-Baqarah: 197, Lihat: https://tafsirweb.com/719-surat-al-baqarah-ayat-197.html)
Kaidah yang mulia ini
akan menanamkan dalam diri orang mukmin makna-makna keimanan dan pendidikan yang
banyak sekali dalam perjalanannya menuju Allah dan kampung akhirat. Kita akan
meringkas makna-makna tersebut sebagai berikut:
Pertama, dalam ayat ini terdapat
motivasi untuk mengikhlaskan amalan karena Allah Jalla wa ‘Alā, meskipun tidak
ada orang yang melihatnya. Bahkan justru orang yang mendapat taufik dari Allah
adalah orang yang berusaha untuk menyembunyikan amalannya dari makhluk sebisa
mungkin. Tindakan tersebut mengandung faedah dan keuntungan yang banyak sekali
untuk hati dan jiwa.
Kedua, di antara makna yang
ditanamkan oleh kaidah ini “Dan segala yang baik yang kamu kerjakan, Allah
mengetahuinya” di dalam jiwa pelakunya adalah: ketenagan jiwa dan ketenteraman
hati. Hal itu karena orang yang berbuat baik kepada makhluk dan ikhlas
melakukannya tidak menunggu penghargaan dan pujian dari mereka, bahkan dia
merasa santai saja dalam kesabaran menghadapi ketidakpedulian orang terhadap
kebaikan yang diberikannya, atau perbuatan makruf yang dilakukannya. Karena dia
ketika melakukan kebaikan yakin bahwa Tuhannya mengetahui hal tersebut dan akan
memberikan pahala kepadanya. Sehingga pengingkaran dan ketidakpedulian orang
lain menjadi hal yang lumrah bagi dia, apalagi kalau mereka hanya sekadar tidak
melaksanakan kewajiban yang menjadi haknya. Tindakannya ini sebagaimana
disebutkan oleh Allah tentang penghuni surga,
إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ ٱللَّهِ
لَا نُرِيدُ مِنكُمْ جَزَآءً وَلَا شُكُورًا
“Sesungguhnya kami
memberi makanan kepadamu hanyalah karena mengharapkan keridaan Allah, kami
tidak mengharap balasan dan terima kasih dari kamu.” (QS. Al-Insān: 9)
Saya mengenal seorang yang sangat
dermawan. Dia memiliki banyak syafaat dan pengaruh untuk memberikan pertolongan
kepada banyak orang. Namun ia diuji dengan orang-orang yang melupakan
kebaikannya, dan tidak mengakui perbuatan makrufnya. Bahkan dia merasa bahwa
sebagian dari mereka menikamnya dari belakang. Lalu saya menyebutkan makna
kaidah yang sedang kita bicarakan ini. Dia pun menjadi sangat lega.
Bersamaan dengan apa yang
sudah disampaikan, maka buat saudara-saudara saya yang Allah berikan nikmat
untuk bisa berbuat baik kepada makhluk dan diuji dengan ketidakacuhan mereka,
saya hadiahkan kepada mereka ungkapan berharga dari Syekh Islam Ibnu Taimiyah,
di mana dalam sebuah pembicaraan yang panjang terkait makna ini dia mengatakan,
“Jangan sampai hal tersebut membuatmu tidak mengacuhkan manusia, meninggalkan
perbuatan baik kepada mereka dan tidak bisa bersabar menghadapi celaan mereka.
Tetapi tetaplah berbuat baik kepada mereka karena Allah, bukan karena
mengharapkan mereka. Sebagaimana halnya Anda tidak takut terhadap mereka maka
jangan pula Anda mengharapakan mereka. Takutlah kepada Allah terkait tindakan
kepada manusia, dan jangan takut kepada manusia (terhadap perilakumu) kepada
Allah. Berharaplah kepada Allah dalam tindakan terhadap manusia, dan jangan
mengharapkan manusia dalam tindakanmu kepada Allah. Jadilah orang-orang yang
disebutkan oleh Allah tentangnya:
“Dan akan dijauhkan
darinya (neraka) orang yang paling bertakwa, yang menginfakkan hartanya (di
jalan Allah) untuk membersihkan (dirinya), dan tidak ada seorang pun memberikan
suatu nikmat padanya yang harus dibalasnya, tetapi (dia memberikan itu
semata-mata) karena mencari wajah Tuhannya Yang Mahatinggi.” (QS. Al-Lail: 17-20, Lihat: https://tafsirweb.com/12785-surat-al-lail-ayat-17.html)
Dan firman Allah:
“Sesungguhnya kami
memberi makanan kepadamu hanyalah karena mengharapkan keridaan Allah, kami
tidak mengharap balasan dan terima kasih dari kamu.” (QS. Al-Insān: 9, Lihat: https://tafsirweb.com/11737-surat-al-insan-ayat-9.html)
Maksudnya di sini adalah
bahwa orang yang memahami apa yang diajarkan oleh kaidah Qur`āniy yang baku
ini; “Dan segala yang baik yang kamu kerjakan, Allah mengetahuinya” maka dia
akan bersegera melakukan kebaikan, dia mudah mendapatkan kesabaran atas kekurangan
dan ketidakacuhan orang lain, karena dia tidak mengharapkan selain Allah.
Kita berdoa kepada Allah
Ta’ālā dengan karunia dan kemuliaan-Nya supaya memudahkan kita melakukan
kebaikan dan ikhlas kepada-Nya dalam setiap apa yang kita lakukakan dan kita tinggalkan.
(Qawaid Qur’aniyyah 50
Qa’idah Qur’aniyyah fi Nafsi wal Hayat, Syeikh DR. Umar Abdullah bin Abdullah
Al Muqbil)
Posting Komentar untuk "Qawaid Qur’aniyyah Kaidah Ke 46 – Ikhlas dalam Beramal Sholeh Karena Allah Maha Tahu"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.