Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Qawaid Qur’aniyyah Kaidah Ke 38 – Besar atau Kecil, Semua akan Melihat Balasannya

Allah berfirman yang artinya:

“Maka siapa mengerjakan kebajikan seberat zarah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan siapa mengerjakan kejahatan seberat zarah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya” (QS. Az Zalzalah: 7 – 8)

Ini merupakan kaidah Qur`āniy, kalimat singkat dan padat yang dikandung oleh kaidah ini merupakan salah satu dasar keadilan, pembalasan, dan perhitungan. (Lihat kitab Al-Qāwa’id Al-Ḥisān, karangan As-Sa’diy: (141), At-Taḥīrir wa At-Tanwīr: 30/463. Dia mengatakan, “Ayat ini termasuk Jawāmi’ Al-Kalim (kalimat singkat mengandung arti yang luas))

Kaidah Qur`āniy yang baku ini disebutkan dalam surah Al-Zalzalah yang berbicara tentang kedahsyatan hari kiamat, sehingga membuat anak-anak beruban. Surah tersebut ditutup dengan kaidah yang sedang kita bicarakan ini. Kaidah ini diawali dengan huruf fā` yang berfungsi untuk membuat perincian.

Allah Subḥānahu berfirman:

فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُۥ

وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُۥ

«Maka siapa yang mengerjakan kebajikan seberat zarah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (QS. Az-Zalzalah: 7-8)

Ayat ini sebagai perincian dari firman-Nya: «Untuk diperlihatkan kepada mereka (balasan) semua perbuatannya» supaya orang-orang yang berbuat baik yakin dengan kesempurnaan rahmat Allah dan orang-orang yang berbuat jahat yakin dengan kesempuraan keadilan-Nya.

Para ulama salaf memahami ayat ini secara umum, sehingga dampak dari pemahaman mereka ini terlihat dalam berbagai peristiwa, di antaranya,

• Seorang peminta-minta datang menemui Aisyah, maka Aisyah pun memberinya sebuah kurma. Lalu ada orang berkata, “Wahai Ummul Mukminin! Kalian bersedekah dengan sebuah kurma?” Dia menjawab, “Ya. Demi Allah. Sesungguhnya makhluk itu sangat banyak, dan tidak ada yang membuat mereka kenyang kecuali Allah. Bukankah dalam satu kurma itu terdapat berat zarah yang cukup banyak?!”

• Seorang miskin datang menemui Ibnu Umar, ketika itu di tangannya ada setangkai anggur, lalu Ibnu Umar memberikan kepadanya satu buah, dan berkata, “Di satu buah anggur ini terdapat berat zarah yang banyak.”

Jika makna di atas terkait dengan bab menghitung (pahala) sedekah meskipun sedikit, maka ada makna lain yang dicermati oleh orang-orang yang memiliki hati yang hidup, yaitu: rasa takut terhadap akibat perbuatan jelek. Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dari Al-Ḥāriṡ bin Suwaid, bahwasanya dia membaca (ayat yang artinya), “Jika bumi diguncang... sampai firman Allah “Maka siapa yang mengerjakan kebajikan seberat zarah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya,” dia berkata, “Sesungguhnya penghitungan ini sangat keras.” (Lihat kitab Ad-Durrul-Manṡūr: 15/591)

Di dalam Sunnah yang sahih terdapat banyak contoh dan kisah yang memperjelas makna kaidah yang agung ini. Saya akan mencukupkan dengan menyebutkan dua hadis yang bisa menjelaskan gambaran kaidah ini.

Hadis pertama adalah sabda Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam, “Ketika seekor anjing mengelilingi sebuah sumur, dia hampir saja mati karena kehausan, tiba-tiba ada seorang wanita pezina dari kaum Bani Israil yang melihatnya. Wanita itu membuka sepatunya, lalu ia mengambilkan air dengan sepatu itu untuk anjing tersebut, kemudian memberikannya minum, maka wanita itu pun diampuni (dosanya) dengan sebab tersebut.”

Adapun hadis lainnya adalah hadis muttafaq ‘alaih di mana Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam mengabarkan dalam hadis tersebut tentang seorang wanita yang masuk neraka gara-gara seekor kucing. Wanita tersebut mengikat kucing tersebut, tetapi tidak memberinya makan, dan juga tidak melepaskannya untuk mencari makanan dari serangga tanah sehingga kucing itu mati kelaparan.

Wanita pertama yang tidak disebut oleh Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bahwa dia adalah ahli ibadah, suka puasa! Bahkan Nabi tidak menyebutnya kecuali sebagai pelacur. Namun demikian, tindakannya memberi minum anjing tersebut bermanfaat baginya. Apa tindakannya? Dia hanya memberi minuman hewan yang termasuk paling bernajis, yaitu anjing. Akan tetapi, Allah Maha Penyayang lagi Mahamulia, Dia tidak menyia-nyiakan sebuah kebaikan.

Dalam hadis kedua, Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam tidak menyebutkan penyebab dia masuk neraka selain tindakannya mengurung hewan kecil yang (biasanya) tidak dipedulikan orang.

Semua itu bertujuan supaya orang mukmin bisa merealisasikan kaidah baku ini: “Maka siapa mengerjakan kebajikan seberat zarah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan siapa mengerjakan kejahatan seberat zarah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.”

Di antara bentuk taufik teragung yang diberikan Allah Ta’ālā kepada hambaNya adalah taufik untuk mengagungkan perintah dan larangan-Nya. Sehingga dia tidak meremehkan dosa kecil betapapun kecilnya dosa tersebut dalam pandangannya. Karena yang dimaksiatinya adalah Allah, sebagaimana dikatakan oleh Bilāl bin Sa’d, “Janganlah kamu melihat kepada kecilnya dosa, tetapi lihatlah siapa yang engkau durhakai.”

Adapun terkait kenapa seorang mukmin tidak boleh zuhud terhadap amal saleh meskipun dia mengiranya sangat kecil, karena dia tidak tahu amalan apakah yang bisa membantunya masuk surga. Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kamu meremehkan kebaikan sedikit pun meskipun hanya dengan wajah cerita ketika bertemu dengan saudaramu.” (HR. Muslim: 2626, dari hadis Abu Żar)

Ketika Abu Barzah bertanya kepada Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam dengan mengatakan, “Wahai Nabiyullah! Ajarkanlah kepadaku sesuatu yang bermanfaat bagiku!” Beliau bersabda, “Singkirkanlah duri dari jalan orang-orang muslim!”. (HR. Muslim: 2618.)

Di dalam Sahih Muslim dari hadis Abu Hurairah, dia berkata, “Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Seorang laki-laki melewati ranting pohon yang menghalangi jalan, maka dia berkata, ‘Demi Allah! Saya akan menyingkirkan ranting ini dari orang-orang Islam.’ Maka Allah pun memasukkannya ke surga’.” (HR. Muslim: 1914)

Renungkanlah wahai hamba Allah! Betapa banyak orang yang meremehkan pekerjaan-pekerjaan ringan seperti ini!

Betapa banyak ranting kayu yang kita jumpai dalam keseharian kita? Begitu juga dengan batu dan pecahan kaca? Barangkali kita malas untuk menyingkirkannya, padahal ia adalah amalan yang merupakan penyebab masuk surga, dan sudah dijelaskan oleh sebagian sahabat.

Kalau Anda ingin memeriksa kehidupan kita sehari-hari maka Anda akan mendapati puluhan contoh pekerjaan ringan yang kalau dikumpulkan bisa membentuk luapan kebaikan, seperti air mata anak yatim yang Anda hapus, rasa lapar seorang fakir yang Anda hilangkan, bantuan terhadap orang lemah, senyuman di hadapan seorang muslim, dan berbagai amalan lain yang tidak bisa dihitung. Alangkah baiknya jika kita menjadi orang yang berlomba-lomba melakukan semua kebaikan, meskipun ukurannya sangat kecil dalam pandangan kita, dengan tetap mengingat kaidah yang agung ini: “Maka siapa mengerjakan kebajikan seberat zarah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan siapa mengerjakan kejahatan seberat zarah, niscaya dia akan melihat (balasan) nya.”

Kita berdoa kepada Allah Ta’ālā supaya Dia melipatgandakan kebaikan untuk kita, dan memaafkan berbagai kesalahan kita. Semoga Allah memudahkan kita untuk melakukan kebaikan dan menjauhkan kita dari penyebab kejahatan.

(Qawaid Qur’aniyyah 50 Qa’idah Qur’aniyyah fi Nafsi wal Hayat, Syeikh DR. Umar Abdullah bin Abdullah Al Muqbil)

KabeL DakwaH
KabeL DakwaH Owner Gudang Software Al-Amanah

Posting Komentar untuk "Qawaid Qur’aniyyah Kaidah Ke 38 – Besar atau Kecil, Semua akan Melihat Balasannya"