Menolak Kebenaran dan Merendahkan Manusia (Inilah Penyakit Berbahaya) - Khutbah Jum'at
Menolak
Kebenaran dan Merendahkan Manusia
Khutbah Pertama:
إنَّ
الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ
اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن
لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً
عَبْدُهُ وَرَسُولُه
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ
إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ
وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً
وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ
عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ
ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
وَ
إِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ
مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا،
وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي
النَّارِ
أَمَّا
بَعْدُ
Ma’asyiral Muslimin Wa Zumratal Mukminin,
Rahimani Wa Rahimakumullah!
Alhamdulillah, segala puja dan
puji syukur hanyalah milik Allah Rabb semesta alam. Tidaklah layak bagi seorang
hamba untuk bersyukur atas nikmat yang didapatkan kecuali hanya kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. Berkat
nikmat-Nya, Rahmat-Nya, dan Kuasa-Nya, serta Pertolongan dari-Nya, pada siang
hari ini kita dimudahkan dan dianugerahi kemampuan untuk dapat melaksanakan
salah satu kewajiban kita sebagai seorang muslim mukmin yaitu menunaikan sholat
jum’at secara berjama’ah.
Shalawat beriring salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada suri teladan kita, Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam, untuk keluarga beliau, para sahabat radhiyallahu anhum,
tabi’in, tabi’ut tabi’in, dan orang-orang yang selalu menjaga kemurnian Islam
dan Imannya hingga hari akhir.
Kaum
Muslimin Sidang Jum’at, Semoga Allah subhanahu wa ta'ala merahmati Kita Semua
Allah
subhanahu wa ta'ala berfirman didalam Al Qur'an surah Luqman ayat 18:
وَلَا
تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۗ اِنَّ اللّٰهَ
لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۚ
"Dan
janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah
berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang
yang sombong dan membanggakan diri."
Dari ayat
ini kita dapat mengetahui bahwa Salah satu penyakit hati yang sangat berbahaya
bahkan paling berbahaya dibanding penyakit hati yang lainnya adalah penyakit
kesombongan. Penyakit ini tidak hanya menimpa Iblis laknatullah 'alaih dan para
pelaku dosa, akan tetapi juga dapat menimpa kaum muslimin. Banyak sekali
dalil-dalil yang menyebutkan bahaya dari sifat sombong. Salah satunya
disebutkan dalam satu hadits dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ
مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ
ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ
الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Tidak
akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan
(meskipun) sebesar dzarrah.” Ada
seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan
sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai
keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.” (HR.
Muslim no. 91)
Kaum
Muslimin Sidang Jum’at, Semoga Allah subhanahu wa ta'ala merahmati Kita Semua
Kesombongan
seseorang akan menghalangi dirinya sendiri untuk masuk ke dalam surga Allah
azza wa jalla. Meskipun kesombongan tersebut hanya sebesar dzarrah. Dzarrah itu
kalau didalam bahasa Arab diartikan menjadi beberapa makna. Di antara makna
dzarrah yang pertama adalah semut yang berukuran kecil. Kira-kira, seberat apa
semut kecil kalau diletakkan di timbangan? Sangat ringan dan kecil sekali
tentunya.
Kemudian
makna dzarrah yang lain adalah jika seseorang memukulkan tangannya ke tanah
berdebu. Lalu, dia tepukkan kedua tangannya yang berdebu itu. Setelah itu, ia
lihat masih ada sisa butiran-butiran debu pada kedua tangannya. Satu butir debu
itulah yang dimaksud dengan dzarrah.
Ada Makna
lainnya dari dzarrah yaitu misalnya seseorang membuka jendela rumahnya yang
dimasuki sinar matahari, maka ia akan melihat ada partikel-partikel kecil yang
berterbangan. Nah itulah yang disebut dzarrah.
Mari coba
kita renungkan, jika seseorang memiliki kesombongan sekecil ini saja, hal ini
bisa menghalanginya masuk ke dalam surga. Apalagi kalau kesombongannya sebesar
batu. Apalagi kalau dadanya sesak penuh dengan kesombongan. Wal'iyadzubillaah.
Kaum
Muslimin Sidang Jum’at, Semoga Allah subhanahu wa ta'ala merahmati Kita Semua
Apabila
seseorang suka menolak kebenaran dan merendahkan orang lain, maka ini adalah
indikasi yang paling nyata bahwa ia sedang mengidap sebuah penyakit yang berat.
Penyakit berat di hatinya bukan difisiknya. Yaitu penyakit sombong.
Maka Hendaknya
kaum muslimin senantiasa mewaspadai penyakit tersebut dengan menjadi seorang
yang rendah hati. Disebutkan dari sahabat ‘Iyadh bin Himar radhiallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إنَّ اللهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوْا حَتَّى
لَا يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ، وَلَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ
“Sesungguhnya
Allah mewahyukan kepadaku agar kalian bersikap saling rendah hati. Sehingga
seseorang tidak berbuat zalim kepada orang lain dan seseorang tidak berlaku
sombong kepada orang lain.” (HR. Abu Dawud)
Dari sini
kita bisa memahami bahwa Allah Ta’ala menuntun kita melalui lisan Nabi-Nya
shallallahu ‘alaihi wa sallam agar seseorang tidak merasa lebih tinggi dan
tidak merasa lebih hebat dari orang lain. Tidak merasa lebih mulia atau menganggap
yang lain rendah atau bahkan hina. Karena hal tersebut akan menimbulkan
perbuatan menzalimi orang lain dan sombong. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
اَلْمُسْلِمُ أَخُو اَلْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ
وَلَا يَخْذُلُهُ وَلَا يَحْقِرُهُ
Muslim adalah saudara muslim
lainnya ia tidak menganiaya, tidak mengecewakannya saat ia membutuhkan bantuan,
dan tidak menghinanya.
اَلتَّقْوَى هَا هُنَا وَيُشِيرُ إِلَى صَدْرِهِ
ثَلَاثَ مِرَارٍ
Takwa itu
ada disini -beliau menunjuk ke dadanya tiga kali-
بِحَسْبِ اِمْرِئٍ مِنْ اَلشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ
أَخَاهُ اَلْمُسْلِمَ
Sudah
termasuk (tindak) kejahatan apabila seseorang menghina saudaranya yang muslim.
كُلُّ اَلْمُسْلِمِ عَلَى اَلْمُسْلِمِ حَرَامٌ
دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ
Setiap
muslim bagi muslim lainnya adalah haram darahnya, hartanya dan kehormatannya.”
(HR. Muslim 1525)
Kaum
Muslimin Sidang Jum’at, Semoga Allah subhanahu wa ta'ala merahmati Kita Semua
Dari hadits
tadi yang telah kami sebutkan, ini bisa kita pahami, seakan-akan Nabi hendak
mengatakan Mengapa engkau meremehkan orang lain. Sementara yang menjadi
parameter kedudukan seseorang mulia atau tidak di sisi Allah adalah dari sisi ketakwaannya.
Dan Ketakwaan itu tempatnya di hati.
Oleh
sebab itu, Jangan terlalu mudah untuk merasa diri ini lebih hebat dan lebih
mulia dibanding yang lainnya. Jangan terlalu mudah untuk menilai buruk orang
lain.
Bisa jadi
kita melihat ada orang yang amalan zahirnya kurang, akan tetapi ternyata amalan
batinnya berkualitas. Bisa jadi kita melihat ada orang yang tidak membangun
satu masjid dengan dana pribadi, ia tidak bersedekah kepada ratusan orang
dengan dokumentasi kamera, ia tidak terlihat ini dan itu karena keterbatasan kemampuan
yang ia miliki. Tapi, ternyata hatinya takut dan sangat takut kepada Allah. Dan
ternyata hatinya adalah hati yang ikhlas.
Dalam satu hadits disebutkan:
عَنْ سَهْلٍ قَالَ مَرَّ رَجُلٌ عَلَى رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَا تَقُولُونَ فِي هَذَا
Dari Sahl ia berkata; Seorang
laki-laki lewat di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (dengan
kondisi dan penampilan yang gagah dan rupawan, sangat menarik perhatian), maka
Rasulullah shollallahu 'alaihi wa sallam pun bertanya kepada sahabat: “Bagaimana
pendapat kalian mengenai orang ini?”
قَالُوا حَرِيٌّ إِنْ خَطَبَ أَنْ يُنْكَحَ
وَإِنْ شَفَعَ أَنْ يُشَفَّعَ وَإِنْ قَالَ أَنْ يُسْتَمَعَ
(Sontak) Mereka
(para sahabat) menjawab, “orang ini sangat begitu berwibawa (gagah). Apabila ia
meminang seorang wanita yakin pasti akan diterima, dan apabila orang ini memberikan
rekomendasi pasti akan dipenuhi atau di kabulkan, dan apabila orang ini
berbicara, pasti akan didengarkan.”
قَالَ ثُمَّ سَكَتَ
Beliau shollallahu 'alaihi wa
sallam kemudian (Ketika itu) hanya terdiam (tidak ada tanggapan apapun),
فَمَرَّ رَجُلٌ مِنْ فُقَرَاءِ الْمُسْلِمِينَ
(setelah beberapa saat) lalu
lewatlah seorang laki-laki dari kalangan fuqara` kaum muslimin (dengan kondisi
dan penampilan yang sangat sederhana, jauh berbeda penampilannya dengan orang
yang pertama lewat tadi),
فَقَالَ مَا تَقُولُونَ فِي هَذَا
Maka
beliau shollallahu 'alaihi wa sallam pun bertanya lagi: “Lalu bagaimanakah
pendapat kalian terhadap orang ini?”
قَالُوا حَرِيٌّ إِنْ خَطَبَ أَنْ لَا يُنْكَحَ
وَإِنْ شَفَعَ أَنْ لَا يُشَفَّعَ وَإِنْ قَالَ أَنْ لَا يُسْتَمَعَ
Mereka
(para sahabat) pun menjawab, “(Wahai Rasul) orang ini kalau meminang pasti
ditolak dan pantas untuk ditolak, dan apabila orang ini memberi rekomendasi
maka tak akan digubris, dan apabila berbicara niscaya pasti tidak didengarkan.”
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
Maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
هَذَا خَيْرٌ مِنْ مِلْءِ الْأَرْضِ مِثْلَ
هَذَا
“Sesungguhnya orang ini jauh
lebih baik daripada sepenuh bumi dari orang yang (pertama lewat) tadi.” (HR.
Al-Bukhari 4701)
Jamaah yang semoga dirahmati
Allah subhanahu wa ta'ala
Dalam
hadits ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan kita untuk
tidak menilai orang lain, hanya dari sudut pandang keduniaan semata saja.
Kebanyakan manusia sama seperti kondisi sahabat yang ketika ditanya tadi. Terkadang
lebih sering menilai orang lain dari sisi harta, jabatan, popularitas,atau dari
sisi penampilannya saja yang semua itu merupakan sudut pandang dari sisi keduniaan
semata.
Maka oleh
karena itu Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kita melalui hadits
tadi agar kita mengubah cara memandang orang lain. Mengubah kriteria dalam
mengukur dan menilai orang lain.
Sekali lagi, Jangan
mudah memandang rendah dan merendahkan orang lain. Karena sesungguhnya kalau seseorang
suka merendahkan orang lain, meremehkan, tidak menghargai, dan menjatuhkannya,
ketauhilah bahwa ketakwaan anda sedang
bermasalah. Hati anda sedang
terjangkiti penyakit yang berbahaya. Yaitu penyakit sombong dan angkuh.
نَفَعَنِي
اللهُ وَإِيَّاكُمْ بِهَدْيِ كَتَابِهِ وَبِسُنَّةِ نَبِيِّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ.
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِيْ لَا يَنْسَى مَنْ ذَكَرَهُ وَلَا يُخَيِّبُ مَنْ رَجَاهُ،
وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى عَبْدِهِ وَرَسُوْلِهِ سَيِّدِنَا وَإِمَامِنَا
مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ أَتْقَى العَبْدِ بِرَبِّهِ وَأَخْشَاهُ
وَأَطْوَعَهُمْ لِمَوْلَاهُ.
أَمَّا
بَعْدُ:
عِبَادَ
اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ
Ma'asyirol
Muslimin Rahimakumullah…
Ketauhilah!
Di antara sifat orang munafik adalah mereka suka meremehkan dan menilai rendah
amalan orang lain. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
ٱلَّذِينَ يَلْمِزُونَ ٱلْمُطَّوِّعِينَ مِنَ
ٱلْمُؤْمِنِينَ فِى ٱلصَّدَقَٰتِ وَٱلَّذِينَ لَا يَجِدُونَ إِلَّا جُهْدَهُمْ
فَيَسْخَرُونَ مِنْهُمْ سَخِرَ ٱللَّهُ مِنْهُمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“(Orang-orang munafik itu)
yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan
sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan)
selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah
akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih.” (Quran
At-Taubah: 79).
Oleh
karena itu, jangan sampai kita memiliki sifat orang munafik seperti ini. Suka
mencela amalan orang lain. Kalau ada orang yang beramal sedikit, kita hargai.
Kalau orang memiliki sumbangsih yang sedikit, jangan kita rendahkan, jangan
kita hina. Jangan terpedaya dengan apa yang kita lakukan dan amal shaleh yang
kita kerjakan. Bisa jadi sedekah yang sedikit, amal sosial yang mungkin
nilainya dianggap remeh orang lain, tapi besar di mata Allah Subhanahu wa
Ta’ala karena keikhlasannya.
Jamaah
yang semoga dirahmati Allah subhanahu wa ta'ala
Kemudian
yang perlu kita ketahui juga
adalah bahwasanya kesombongan itu bukan terletak pada penampilan zahir atau penampilan luarnya.
Ada seseorang yang
penampilannya indah, mobilnya mewah, dan asesoris-asesoris lainnya sangat megah, tapi
dia tidak sombong. Namun ada juga seseorang
yang penampilannya biasa, taraf ekonominyajuga biasa, bahkan
ekonomi sulit tapi dia sombong. Ada juga. Bahkan ketika
dinasihati dan diberi masukan, justru malah marah-marah. Apakah
ada orang seperti ini? Ada. Seperti sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
ثَلاَثَةٌ لاَ يُكَلّمُهُمُ اللهُ يَوْمَ
اْلقِيَامَةِ وَ لاَ يُزَكّيْهِمْ وَ لاَ يَنْظُرُ اِلَيْهِمْ وَ لَهُمْ عَذَابٌ
اَلِيْمٌ: شَيْخٌ زَانٍ وَ مَلِكٌ كَذَّابٌ وَ عَائِلٌ مُسْتَكْبِرٌ.مسلم 1: 102
Dari Abu
Hurairah ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Tiga golongan yang Allah tidak mau
berbicara dengan mereka pada hari kiamat. Tidak membersihkan mereka dari dosa, tidak
mau melihat kepada mereka, dan bagi mereka siksa yang amat pedih: 1. Orang yang sudah tua tapi berzina, 2. pemimpin yang suka
berdusta, 3. dan
Orang fakir yang sombong”. (HR. Muslim)
Maka dari hadits tadi, dapat kita ambil kesimpulan bahwa penyakit
sombong itu bisa ada pada siapa saja. Bisa menyerang dan menjangkiti siapa saja. Bisa menjangkiti orang
kaya, dan juga bisa
menjangkiti orang
miskin.
Yang
perlu kita tahu adalah sifat sombong itu adalah tatkala seseorang menolak
kebenaran dan meremehkan orang lain. Inilah bentuk hakiki dari kesombongan. Sebuah penyakit kronis
pada hati manusia yang membuat pengidapnya merugi didunia dan di
akhirat nanti.
(Paragraf
ini Boleh disampaikan boleh tidak) *Namun kita juga tidak
berlebihan memaknai hadits tadi.
Misalnya, Tatkala melihat ada orang yang
ucapannya kotor, jelas melakukan
perbuatan maksiatnya, lalu
kita katakatan “Kita tidak tahu isi hatinya, siapa tahu di sisi Allah dia
mulia.” Bukan. Bukan seperti itu pengamalan hadits ini. Hadits ini berbicara
tentang orang yang zahirnya amalannya biasa-biasa saja bukan zahirnya maksiat. Maka Hendaknya
hal ini dapat dipahami
dengan baik.*
Akhirul
Khutbah!
Mudah-mudahan
nasihat dalam khotbah ini bisa membawa ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala.
Memperbaiki kondisi pribadi hati dan jiwa kita
masing-masing. Semoga Allah memberi taufik dan pertolongan kepada
kita untuk menjauhi sejauh-jauhnya
penyakit hati yang berbahaya ini yaitu sifat Sombong.
Aamiin ya rabbal 'alamin wa Baarokallahu fiikum…
إِنَّ اللَّهَ
وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ
عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ
مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ
اللَّهُمَّ أَلِّفْ
بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ،
وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا
ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا،
وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ
التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
اللَّهُمَّ أَحْسِنْ
عَاقِبَتَنَا فِى الأُمُورِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْىِ الدُّنْيَا
وَعَذَابِ الآخِرَةِ
اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ
أَعْمَلَنَا فِي رَمَضَانَ اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ أَعْمَلَنَا فِي رَمَضَانَ
اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ أَعْمَلَنَا فِي رَمَضَانَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى
نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ
إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
وَآخِرُ دَعْوَانَا
أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
وأقيم الصلاة…
Tim Kabeldakwah.com: Ahmadi Assambasy
Posting Komentar untuk "Menolak Kebenaran dan Merendahkan Manusia (Inilah Penyakit Berbahaya) - Khutbah Jum'at"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.