Ente Salafi Bukan? Pasti Bukan Salafi ya?
Konteks: Ada pertanyaan bernada
songong yang ditujukan ke saya. Pertanyaan itu konotasinya lebih ke celaan dan
vonis dibandingkan permintaan informasi. Saya kira penanya sepertinya termasuk
oknum kubu ekstrem yang gemar melakukan tajrih (persekusi) dan tabdi' (vonis
sesat, ahli bidah) kepada kalangan di luar komunitas/afiliasinya.
Penanya itu bilang, “Ente Salafi bukan? Pastinya bukan
ya?!”
Ini bukan kali pertama
saya menerima pertanyaan semacam ini, baik dengan redaksi yang sopan, maupun
dengan cara yang songong seperti di atas. Oleh karenanya, pada status kali ini
saya ingin mengulas apa yang menjadi keyakinan dan prinsip saya terkait perihal
dimaksud. Semoga ada manfaatnya buat yang bertanya dan pembaca umumnya.
Ok, here we go...
Saya kira sebelumnya
penting untuk kita clear-kan, apa yang dimaksud dengan “Salafi” pada pertanyaan
di atas? Nah, bagi saya, setidaknya terdapat dua kemungkinan:
PERTAMA: Pemaknaan secara
lebih LUAS dan OBJEKTIF. Kalau yang dimaksud dengan “Salafi” adalah seorang
muslim yang memiliki framework Salafisme, yaitu upaya ber-Islam serta memahami
Quran dan Sunnah dengan meneladani kaum Salaf yang saleh (generasi terdahulu
yang saleh, dari kalangan Sahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in, serta yang
meneladani mereka dalam kebaikan), baik dalam hal yang mereka bersepakat maupun
yang mereka berbeda pendapat (di mana perbedaan pendapat mereka merupakan
kelapangan untuk kaum muslimin), serta baik dalam hal keyakinan maupun amalan,
zahir maupun batin; maka menjadi Salafi—dengan pemaknaan tersebut—merupakan
keharusan bagi tiap muslim. Termasuk saya, tanpa terkecuali.
INI adalah FRAMEWORK KEISLAMAN yang SAYA anut SEJAK DAHULU, dan tidak berubah sampai sekarang.
Saya juga meyakini bahwa
Salafi merupakan sinonim dari Ahli Sunnah atau Sunni. (Jadi, kalau seseorang
divonis sebagai bukan Salafi berarti ia dikeluarkan dari lingkup Ahli Sunnah
dan dikategorikan sebagai ahli bidah.)
Saya juga meyakini bahwa
umumnya kaum muslimin itu pada prinsip asalnya adalah Salafi atau Ahli Sunnah,
karena mereka pada prinsipnya mengagungkan Sunnah dan kaum Salaf: para Sahabat,
Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in dan para ulama yang mewarisinya.
Saya juga meyakini bahwa
mengeluarkan seorang Muslim dari lingkup Ahli Sunnah merupakan vonis yang
berat. Itu hanya bisa dilakukan setelah terpenuhinya syarat dan hilangnya
penghalang (istifa` asy-syuruth wa intifa` al-mawani’). Saya sadar bahwa
kapasitas saya belum memadai untuk melakukan vonis tersebut, di samping saya
mengikuti kaidah syariat yang populer bahwa “Salah dalam pemaafan (tidak
menghukum, tidak menyesatkan) lebih baik dibandingkan salah dalam menjatuhkan
sanksi (menyesatkan).”
Saya sendiri cukup sering
menyampaikan kritik untuk hal-hal yang saya anggap keliru (bahkan apa yang saya
tuliskan kali ini pun merupakan bagian dari kritik tersebut), tapi bukan
berarti saya lantas memvonis dan mengeluarkan sosok yang saya kritik dari
lingkup Ahli Sunnah.
Imam Ahmad (rahimahullah) berkata:
إخراج الناس من
السنة شديد
“Mengeluarkan orang dari
Sunnah adalah perkara yang berat.” (Ref.:
as-Sunnah, karya al-Khallal, no. 513)
Namun yang jelas, saya juga menyadari bahwa
saya pribadi, sebagai individu, masih jauh dari kondisi ideal dan punya banyak
sekali kekurangan dalam merealisasikan framework Salafisme tersebut. Salafisme
adalah ajaran Islam yang benar. Maka, sebagaimana halnya di satu sisi saya
meyakini bahwa Islam itu benar dan sempurna, namun di sisi yang lain, saya juga
meyadari bahwa sebagai muslim (pemeluk Islam), saya masih jauh dari
kesempurnaan serta sering berbuat salah.
KEDUA: Pemaknaan secara
lebih SEMPIT dan SUBJEKTIF. Kalau yang dimaksud dengan “Salafi” itu adalah
menjadi semodel dengan Ente (penanya), yaitu yang (secara fanatik) menisbatkan
diri kepada komunitas kontemporer tertentu yang menyebut dan mengklaim sebagai
Salafi, kemudian gampang menyesatkan dan mempersekusi kalangan di luar
komunitasnya atau yang tidak sependapat dalam sebagian permasalahan; juga
gampang menuduh syubhat terhadap hal-hal yang belum diketahui; maka saya
tampaknya memang beda dengan Ente, dan saya juga sama sekali tidak berminat untuk
disama-samakan dengan semodel Ente.
Paham, Ente?
Faktanya, komunitas
kontemporer yang mengklaim sebagai Salafi itu jumlahnya tidak tunggal,
melainkan beraneka ragam. Dan seringkali orang-orang dari komunitas-komunitas
kontemporer tersebut saling cela serta saling menafikan dalam rangka
memperebutkan klaim Salafi. Ini adalah fakta yang tak terbantahkan, meskipun
patut disesalkan.
Saya kira demikian saja.
Semoga Ente (penanya) mampu menangkap uraian jawaban saya dengan baik.
☆ ☆ ☆
Sebagai tambahan, berikut
saya sampaikan beberapa kutipan untuk memperjelas uraian di atas.
Syaikh Ibn
‘Utsaimin—rahimahullah—berkata dalam Syarh al-Arba’in an-Nawawiyyah, penjelasan
hadits ke-28 (hadits al-‘Irbadh bin Sariyah):
ولا شك أن
الواجب على جميع المسلمين أن يكون مذهبهم مذهب السلف لا الانتماء إلى حزب معين
يسمى السلفيين.
“Tidak diragukan bahwa merupakan kewajiban
seluruh kaum muslimin untuk bermazhab dengan mazhab Salaf, dan bukan
berafiliasi kepada kelompok (hizb) tertentu yang disebut dengan Salafiyyin
(Salafi).”
Beliau juga berkata dalam
kesempatan lain:
وأما السلفية
التي هي اتباع منهج السلف عقيدة، وقولا، وعملا، واختلافا، واتفاقا، وتراحما،
وتوادا، كما قال النبي صلى الله عليه وسلم: (مثل المؤمنين في توادهم وتراحمهم وتعاطفهم
كمثل الجسد الواحد، إذا اشتكى منه عضو تداعى له سائر الجسد بالحمى والسهر) فهذه هي
السلفية الحقة
“Adapun Salafisme sebagai peneladanan terhadap
manhaj Salaf dalam hal akidah, perkataan, perbuatan, perbedaan maupun
kesepakatan, serta saling mencintai dan menyayangi, sebagaimana sabda Nabi
(shallallahu ‘alaihi wa sallam): ‘Perumpamaan kaum mukmin dalam hal mencintai,
menyayangi dan mengasihi seperti halnya satu jasad, jika salah satu anggota
tubuh mengeluhkan sakit, maka seluruh jasad terserang demam dan tidak dapat
tidur.’ (Riwayat al-Bukhari, Muslim dan Ahmad.) Maka, demikianlah Salafisme yang
sejati.”
(Ref.: Liqaat al-Bab al-Maftuh, penyunting Dr.
‘Abdullah bin
Muhammad ath-Thayyar, Dar al-Bashirah, Iskandaria, vol. III, hal. 246-247. Dapat dijumpai pula pada
kaset Silsilah Liqa` al-Bab al-Maftuh, no. 57, akhir side A dan awal side B.)
Senada dengan Ucapan
Syaikh Ibn 'Utsaimin di atas, al-‘Allamah Ibn al-Jazari (rahimahullah) berkata:
فكن على نهج
سبيل السلف
في مجمع عليه أو
مختلف
Jadilah
engkau di atas metode jalan Salaf
di dalam
perkara yang disepakati maupun ikhtilaf
(Ref.: al-Nasyr fi al-Qiraat al-‘Asyr, vol. I,
hlm. 14, melalui perantaraan al-Ijabat al-Wadhihat li Sualat al-Qiraat, karya
Ahmad Mahmud asy-Syafi’i, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Beirut, cet. I, 1423 H/2002.)
☆ ☆ ☆
Sekali lagi, semoga
tulisan ini ada manfaatnya. Wallahu a'lam.
Ditulis Oleh: Adni Kurniawan
Posting Komentar untuk "Ente Salafi Bukan? Pasti Bukan Salafi ya?"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.