Bongkar Kesesatan NII (Negara Intel Indonesia) KW-9 PANJI GUMILANG Dibalik Tudung Al Zaytun
Contents
Karakteristik NII KW-9
versi Panji Gumilang
Kesesatan NII KW-9
Apabila kita mendengar isu Negara Islam
Indonesia (NII), maka yang terlintas dalam pandangan masyarakat adalah,
kelompok yang ingin mengganti NKRI dengan Negara Islam, dengan menghalalkan
segala cara untuk mencapai tujuan. Seperti, mengeksploitasi wanita bercadar untuk
merampok dan memeras uang, termasuk mengancam dibunuh bila keluar dari
komunitas tersebut.
Akibatnya, serentetan
persepsi negatif itu, tidak saja berdampak buruk bagi komunitas itu, tapi juga
terhadap Islam itu sendiri. Bahkan akhir-akhir ini, tidak saja mengaitkan
gerakan Islam Syari’at dengan NII, tapi juga menyematkan labelalisasi
terorisme.
Kasus lama yang mungkin bisa kita ingat kembali adalah
terungkapnya kasus Laila Febriani alias Lian, 7 April 2011, pegawai honorer
Departemen Perhubungan, yang terdampar dua hari di Masjid At Ta'awun dikawasan
Puncak, Bogor. Ketika ditemukan, Lian dalam kondisi linglung dicurigai akibat
indoktrinasi aliran sesat, bahkan ia sudah merubah gaya berpakaiannya dengan
mengenakan Jilbab Lebar dan bercadar.
....Kasus
ini memojokkan citra berbusana muslimah dengan jilbab lebar dan bercadar, juga
pria berjenggot....
Dibalik kasus ini muncul
kesan untuk memojokkan citra berbusana Muslimah dengan jilbab lebar dan
bercadar. Tak hanya itu, Lian menyebut banyak pria berjenggot tebal diantara
mereka yang mengindoktrinasinya.
Gerakan NII Palsu
Upaya mendiskreditkan
misi NII yang diproklamirkan SM. Kartosuwiryo, 12 Syawal 1368 H/ 7 Agustus 1949
M, telah dilakukan bukan saja oleh mereka yang memusuhinya. Tapi, yang lebih
berbahaya justru munculnya gerakan sempalan NII, yang melakukan penyimpangan
atas nama NII oleh orang yang malah mengaku sebagai penerus perjuangan NII.
Salah satu upaya jahat itu dilakukan oleh Totok Abdussalam alias AS Panji
Gumilang, pimpinan Ma’had Al-Zaytun, Indramayu, Jawa Barat, di bawah payung
gerakan NII KW-9.
Padahal, misi NII yang
diperjuangkan SM. Kartosuwiryo dan NII KW 9 versi AS Panji Gumilang membawa
misi kontradiktif, berbeda dalam tujuan, dan bertentangan secara aqidah. NII
atau DII/TII Kartosuwiryo berjuang menegakkan Negara Islam Indonesia
berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah. Sebaliknya, NII KW-9 yang dipimpin AS Panji
Gumilang dengan Ma’had Al-Zaytun sebagai sentral aktivitasnya, melakukan
penipuan, dan pemerasan atas nama NII. Pemahaman keagamaan, dan perilaku
pengikutnya yang sama sekali tidak bisa dikategorikan Islami, adalah fakta
konkret. Mereka menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an menggunakan metode safsathah,
tafsir semau gue berdasarkan kepentingan hawa nafsu.
....Nii
kw-9 yang dipimpin As Panji Gumilang dengan Ma’had Al-Zaytun sebagai sentral
aktivitasnya, melakukan penipuan, dan pemerasan atas nama nii....
Karakteristik NII KW-9 versi Panji Gumilang
Karakteristik NII KW-9
versi Panji Gumilang dapat dilihat dari pemahaman keagamaan, dan perilaku
pengikutnya:
Pertama, Ingkar Sunnah:
Pengajian-pengajian diselenggarakan sangat eksklusif dan tertutup. Materi awal
tentang kebenaran Al-Quran, berikutnya akan selalu menggunakan Al-Quran sebagai
rujukan, jarang sekali menggunakan hadits. Alasannya, adanya perkataan Nabi Saw
: “Inna khairul hadits kitaballah – sebaik-baik hadits adalah kitabullah.”
Mereka menolak hadits dengan menggunakan dalil hadits. Dalam hal ini, NII KW-9
menggunakan kalimat yang benar untuk tujuan kebathilan, sebagaimana dikatakan
Imam ‘Ali bin Abi Thalib, Kalimatu haqqin yuradu biha bathilun.”
Sedang Ustadz yang
memberikan pengajian selalu menyembunyikan identitasnya, dengan alasan security
(keamanan). Bukan itu saja, calon pengikut NII KW-9 diajak ke suatu tempat
untuk dibai’at, selama dalam perjalanan matanya ditutup.
Mereka menafsirkan
ayat-ayat Al-Quran semau gue, sesuai kepentingan hawa nafsunya. Penggunaan
hujjah Al-Quran hanya sekedar alat legitimasi atas suatu pemahaman sesat.
Misalnya, peristiwa Isra’ Mi’raj ketika Rasulullah Saw naik ke langit ke tujuh,
mereka artikan sebagai tujuh tingkat struktur pemerintahan, yaitu RT, RW,
Lurah, Camat, Bupati, Gubernur, dan Presiden. Ibadah shalat dianggap bukan
kewajiban setiap Muslim, karena belum futuh Makkah, padahal Al-Quran sudah
turun 30 juz dan Rasulullah SAW sudah wafat.
....Mereka
menolak hadits dengan menggunakan dalil hadits. Nii kw-9 menggunakan kalimat
yang benar untuk tujuan kebathilan....
Kedua, menghalalkan yang
diharamkan Allah: Siapa saja di luar kelompoknya dianggap kafir, karena itu
halal darahnya dan dan hartanya boleh dirampas, dengan menganggapnya sebagai
harta rampasan (fa’i). Jama’ahnya diperas, dijadikan objek pengumpulan dana
dengan alasan infaq dan shadaqah, sementara penggunaan dana yang terkumpul
tidak transparan. Para anggota jama’ah yang tidak berinfaq dianggap berhutang.
Karena itu mereka membolehkan pengikutnya untuk mencuri, merampok, berdusta
atas nama agama demi memenuhi tuntunan bai’atnya.
Istilah NII hanyalah
kedok, untuk memudahkan rekrutmen para aktivis Muslim, sementara di sisi lain
mereka menghalalkan darah dan harta sesama Muslim diluar kelompoknya, persis
perilaku dan pemahaman kaum komunis PKI.
Kelompok NII (Negara
Intelijen Indonesia) KW-9 ini disinyalir banyak pengamat dan aktivis Muslim,
sebagai pembawa misi terselubung untuk menghancurkan Islam dari dalam.
Melakukan penyimpangan aqidah dan syari’ah dengan memakai label Islam,
mengikuti pandangan Napoleon Bonaparte yang menyatakan : “Jika mau membunuh
kuda, gunakan kuda.”
Gerakan NII KW-9, juga
mengusung misi intelijen. Tujuannya membangun citra negatif bagi gerakan yang
bertujuan menegakkan Syari’ah Islam secara kaffah, menakut-nakuti umat Islam.
Labelisasi Islam terhadap perilaku dan pemahaman yang bertentangan dengan
ajaran Islam, adalah di antara metode dakwah yang ditempuh NII KW-9 pimpinan
Totok Salam alias AS Panji Gumilang. Pusat gerakan aliran sesat KW-9 di Ma’had
Al-Zaytun (bukan Az-Zaytun), Haurgeulis, Kabupaten Inderamayu, Jawa Barat.
....Siapa
saja di luar kelompoknya dianggap kafir, halal darahnya dan dan hartanya boleh
dirampas, dengan menganggapnya sebagai harta rampasan (fa’i). Jama’ahnya
diperas, dijadikan objek pengumpulan dana....
Jadi, Darul Islam atau
NII pimpinan SM. Kartosuwiryo yang diproklamasikan 12 syawal 1368 H/ 7 Agustus
1949 M, hanya menjadi tameng gerakan KW-9 (Komandemen Wilayah 9), sama sekali
tidak memiliki kaitan sejarah, baik secara harakiyah maupun ideologis dengan
NII KW-9 pimpinan Totok Salam. Hal ini penting ditegaskan, agar masyarakat
tidak keliru menilai, dan tidak rancu dalam memahami peran sentral Darul Islam
dalam membangkitkan semangat jihad, untuk membasmi kebathilan.
NII bentukan intelijen
ini sungguh jauh benar karakternya dengan NII yang semua dirintis
Kartosoewirjo, Daud Beureuh. Upaya formalisasi syariat Islam di lembaga negara
selalu dikaitkan dengan Negara Islam Indonesia (NII), karena dianggap memiliki
benang merah dengan Darul Islam atau NII pimpinan SM. Kartosuwiryo.
Darul Islam, dipandang
sebagai embrio atas suatu paham yang mengedepankan pentingnya melaksanakan
Syari’at Islam secara sistemik, melalui jalur kekuasaan pemerintahan. Karena
tanpa kekuasaan, Islam tidak akan bisa secara optimal melaksanakan misi
Rahmatan Lil ‘Alamin.
Maka di zaman SM
Kartosuwiryo, istilah NII bukan sekadar nama sebuah gerakan keagamaan,
melainkan institusi Negara dengan konstitusi Islam yang memiliki kekuasaan
berdaulat penuh. Memberi label NII pada aktivitas gerakan keagamaan, sangat
riskan dari sudut pandang keamanan, juga dapat disalah gunakan sebagai alat
penipuan secara ideologis.
Penolakan penggunaan nama
NII terhadap aktivitas yang hanya sekadar gerakan, tanpa basis teritorial serta
otoritas kekuasaan yang jelas, selain sebagai upaya mengamankan dan mengamalkan
amanah perjuangan. Juga, meluruskan pemahaman yang keliru, memberi nama pada
sesuatu yang bukan menjadi namanya. Menganggap gerakan sebagai Negara,
koordinasi sebagai kekuasaan pemerintahan, sangat rentan terhadap penyusupan
dan penyalahgunaan wewenang.
Negara Intelijen
Pada tanggal 27 Agustus
1999, masyarakat pergerakan Islam dikejutkan oleh sebuah pemberitaan berkenaan
dengan diresmikannya sebuah pesantren oleh Presiden B.J. Habibie, di Indramayu
(Jawa Barat). Pesantren termegah di Asia Tenggara itu bernama Ma’had Al-Zaytun,
yang dipimpin oleh Syaikh Al-Ma’had AS Panji Gumilang.
Yang membuat kalangan
pergerakan terkejut bukanlah semata-mata karena kemegahan pesantren yang
berdiri di tengah-tengah kemiskinan rakyat sekitarnya, tetapi terutama karena
sosok yang bernama AS Panji Gumilang, yang tak lain adalah Abu Toto, alias Toto
Salam.
Pada tanggal 14 Mei 2003
Jenderal AM Hendropriyono (dalam kapasitasnya sebagai Kepala BIN), atas nama
Presiden RI (waktu itu) Megawati, memenuhi undangan Panji Gumilang untuk
menancapkan patok pertama bangunan gedung pembelajaran yang diberi nama Gedung
Doktor Insinyur Haji Ahmad Soekarno. Kehadiran Jenderal Hendropriyono ketika
itu diikuti hampir seluruh pejabat tinggi BIN.
Pada Pemilu Legislatif 5
April 2004, terdapat sekitar 11.563 pemilih yang tersebar di 39 TPS Khusus
Al-Zaytun, hampir seluruhnya (92,84 persen) diberikan kepada Partai Karya
Peduli Bangsa (PKPB) pimpinan Jenderal Purn. Hartono dan Siti Hardiyanti
Rukmana (Mbak Tutut—putri Soeharto). Selebihnya (618 suara) diberikan kepada
Partai Golkar.
Tanggal 5 Juli 2004,
masyarakat kembali dikejutkan oleh pemberitaan seputar Pemilihan Presiden,
yaitu ketika Al-Zaytun berubah sementara menjadi ‘TPS Khusus’ yang menampung
puluhan ribu suara (24.878 jiwa) untuk mendukung calon presiden Jenderal
Wiranto. Ketika itu, puluhan armada TNIAD hilir-mudik mengangkut ribuan orang
dari luar Indramayu yang akan memberikan suaranya di TPS tersebut. Dalam
perkembangannya, hasil dari TPS Khusus ini dianulir.
Sebelum kasus penimbunan
senjata oleh Brigjen Koesmayadi diungkap oleh KSAD Jenderal TNI Djoko Santoso
(yakni pada 29 Juni 2006), beberapa tahun sebelumnya sejumlah aktivis Islam
pernah melaporkan kepada aparat kepolisian tentang adanya timbunan senjata di
Al-Zaytun, pada sebuah tempat yang dinamakan Bunker. Laporan itu baru
ditindak-lanjuti aparat kepolisian beberapa bulan kemudian, setelah ratusan
senjata itu dipindahkan ke tempat lain, dan bunker tempat penyimpanan senjata
sudah berubah fungsi. Senjata-senjata itu milik seorang jenderal aktif yang
sangat berpengaruh pada masanya.
....Toto
Salam alias Abu Toto (Panji Gumilang) adalah sosok yang disusupkan ke dalam gerakan Islam,
dengan proyek mercusuarnya berupa Ma’had Al-Zaytun....
Dari rentetan fakta di
atas, tampaknya sulit untuk membantah bila ada yang menyimpulkan bahwa Toto
Salam alias Abu Toto adalah sosok yang disusupkan ke dalam gerakan Islam,
dengan proyek mercusuarnya berupa Ma’had Al-Zaytun.
Baca juga buku berikut ini untuk lebih mengetahui bagaimana Kesesatan NII KW 9 Panji Gumilang:
Ditulis Oleh: Irfan S
Awwas
(Ketua Lajnah Tanfidziyah
Majelis Mujahidin)
Posting Komentar untuk "Bongkar Kesesatan NII (Negara Intel Indonesia) KW-9 PANJI GUMILANG Dibalik Tudung Al Zaytun"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.