Ukhti, Apa yang Menghalangimu untuk Berjilbab? - Bagian 2
Belajarlah Mencintai Jilbabmu
Duhai jilbab yang masih
terlipat,
jadilah perisai dan tabir
untuk diriku,
Mengukir simbol
kehormatan dan kesucianku,
Menjelmalah laksana rumah
berjalan untukku,
Dan kusematkan setangkai
cinta untukmu…
Saudariku, jadikanlah
jilbab seperti bagian dari dirimu, yang jika tanpanya, engkau merasa tidak
sempurna. Jadikanlah dia penutup auratmu yang lebih baik dari sekedar
pakaianmu. Jadikanlah dia sebagai lambang rasa malumu yang akan memancarkan
wibawamu. Jadikanlah dia sebagai simbol kehormatan dan kesucianmu yang harus
engkau jaga sebaik-baiknya. Maka dengan begitu, engkau akan mencintainya tanpa
engkau sadari bahwa engkau telah mencintainya.
Yang Cantik yang
Berjilbab
Tak ada ajaran yang lebih memuliakan wanita daripada Islam. Dalam Islam, wanita ditempatkan sebagai makhluk yang sangat mulia. Dan Islam sangat menjaga kehormatan juga kesucian seorang wanita. Namun, di belantara fitnah saat ini, wanita yang berkomitmen untuk menjaga kesucian dirinya karena masih menjadi kaum minoritas, seringkali mendapat cemoohan, sindiran, dan cibiran dari kaum mayoritas yang awam. Bahkan, ada yang menyebut dirinya sebagai kaum feminis yang –dengan tidak disadari oleh akal sehatnya– telah menjerumuskan kaum wanita kepada lembah kehinaan yang bersampul keadilan. Wal’iyyadzubillah.
Mereka berteriak-teriak
di jalanan, di media-media massa dan elektronik mengenai kesetaraan gender,
keadilan terhadap hak asasi manusia, dan harkat serta martabat kaum wanita.
Mereka menginginkan para wanita mereka berpakaian seronok supaya diterima oleh
masyarakat –yang rusak akalnya–, mereka mencoba mengafiliasi budaya barat
dengan budaya timur agar mereka dinobatkan sebagai wanita modern, wanita masa
kini, wanita fashionable. Ketahuilah olehmu wahai saudariku, mereka inilah
setan berwujud manusia yang pernah disebutkan oleh Allah Ta’ala dalam
firman-Nya, artinya,
“Dan demikianlah Kami
jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia
dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain
perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu manusia…” (Qs. Al-An’aam:
112)
Allah Ta’ala memaksudkan
perkataan yang indah dalam ayat di atas adalah perkataan yang sebenarnya
bathil, tetapi pemiliknya menghiasi perkataan tersebut semampunya, kemudian
melontarkannya kepada pendengaran orang-orang yang tertipu, sehingga akhirnya
mereka terpedaya. (Terj. Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’ hal. 225)
Wanita shalihah yang
kecantikannya ibarat mutiara yang terbenam dalam lumpur, masih menjadi kaum
minor di kalangan masyarakat yang sudah mulai terpengaruh dengan eksistensi
kaum liberal, permisif dan hedonis masa kini. Merekalah para wanita perindu
Surga yang selalu nyaman tinggal di istananya. Merekalah para bidadari yang
bersembunyi di balik tabir, kain longgar, dan lebarnya kerudung. Ketika orang
mendatanginya, ia begitu khawatir jika keindahannya terlihat, dan dia tidak
mungkin menjumpai tamunya dalam busana ala kadarnya yang bisa menampakkan
‘simpanan berharga’nya. Mereka masih dan akan selalu menjadi misteri bagi para
lelaki asing di luar sana. Tetapi mereka berubah bagai bidadari jika bertemu
dengan kekasih hati yang telah menjadi suaminya.
Tahukah engkau siapa kekasih
hati sang bidadari..?
Hanyalah lelaki shalih
yang berani mendamba dirinya dan hanya lelaki shalih yang memiliki nyali
mempersuntingnya sekaligus meminangnya menjadi belahan hati. Sedangkan lelaki
hidung belang, miskin agama, dan kurang bermoral hanya akan mendekati
‘daging-daging’ yang dijual bebas di pasaran. Para wanita yang menjajakan
dirinya di pinggir-pinggir jalan, di mal-mal, di tempat-tempat dugem, dan yang
sejenisnya. Sekalipun mereka tidak merasa atau tidak berniat ‘menjual diri’
mereka, akan tetapi pada hakikatnya –jika mereka mau menyadari–, merekalah
‘mangsa’ empuk para serigala manusia yang kelaparan. Maka saudariku, manakah
yang lebih engkau sukai, si cantik yang diobral murah? Ataukah si shalihah yang
penuh rahasia?
Fenomena Jilbab Gaul,
Berpakaian Tapi Telanjang
Belakangan ini, merebak
trend jilbab gaul atau kudung gaul. Anggotanya mulai dari anak-anak remaja
hingga ibu-ibu yang aktif dalam berbagai kegiatan pengajian. Kalau mereka
ditanya, “Jilbab apa ini namanya?” Mereka akan menjawab dengan dengan pede-nya,
“Jilbab gaul..!”
Jilbab gaul ini
digandrungi karena alasan modisnya. Peminatnya adalah para wanita yang sudah
terlanjur berjilbab tapi tetap ingin tampil modis dan trendi. Mereka ingin
celana jeans, kaos-kaos ketat dan pakaian-pakaian minim mereka masih bisa
terpakai, meskipun mereka sudah berjilbab. Walhasil, para desainer kawakan yang
minim akan ilmu agama, mencoba mengotak-atik ketentuan jilbab syar’i dan
mewarnainya sesuka hati dengan berkiblat kepada trend mode di wilayah barat.
Mereka tidak segan-segan membawakan semboyan, “Jilbab modis dan syar’i” atau
“Jilbab muslimah masa kini, modis dan trendi” atau semboyan-semboyan lain yang
membuat kacau pikiran dan hati para gadis remaja.
Sekarang, mari kita simak
peringatan yang pernah disampaikan oleh Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang artinya,
“Ada dua golongan
penghuni Neraka yang belum pernah aku lihat sebelumnya, yaitu (1, -ed) suatu
kaum yang membawa cambuk seperti ekor-ekor sapi betina yang mereka pakai untuk
mencambuk manusia; (2,-ed) wanita-wanita yang berpakaian (namun) telanjang,
yang kalau berjalan berlenggak-lenggok menggoyang-goyangkan kepalanya lagi
durhaka (tidak ta’at), kepalanya seperti punuk-punuk unta yang meliuk-liuk.
Mereka tidak akan masuk Surga dan tidak dapat mencium bau wanginya, padahal bau
wanginya itu sudah tercium dari jarak sekian dan sekian.” (Hadits shahih. Riwayat Muslim (no. 2128) dan
Ahmad (no. 8673). dari jalan Shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Siapakah itu wanita-wanita yang berpakaian
tapi telanjang?
Mereka adalah para wanita
yang pakaiannya tipis, transparan dan ketat, sehingga kemolekan tubuhnya
terlihat. Mereka berpakaian secara zhahir (nyata), namun sebenarnya mereka
bertelanjang. Karena tidak ada bedanya ketika mereka berpakaian maupun ketika
mereka tidak berpakaian, sebab pakaian yang mereka kenakan tidak berfungsi
sebagaimana mestinya, yakni menutupi aurat. Dan mereka adalah wanita-wanita
yang menyimpang dari keta’atan kepada Allah dalam hal menjaga kemaluan serta
menutupi diri mereka dari para lelaki yang bukan mahramnya. (Terj. Al-Jannatu
Na’iimuhaa wat Thariiqu Ilaiha Jahannamu Ahwaaluhaa wa Ahluhaa hal. 101-103)
Nah saudariku…
Tentu engkau tidak ingin
menjadi salah satu wanita yang disebutkan dalam hadits di atas bukan? Tentu
engkau ingin menjadi wanita penghuni Surga yang jumlahnya hanya sedikit itu
bukan? Jadi jangan sampai kehabisan tempat. Persiapkanlah tempatmu di Surga
nanti mulai dari sekarang!
Akhirnya…
Apabila Allah telah
mengadakan suatu ketentuan, maka sudah pasti dalam ketentuan itu terkandung
kebaikan yang amat besar. Maka dengan meragukan ketentuan dan perintah-Nya,
engkau telah melewatkan banyak kebaikan yang seharusnya engkau dapatkan. Coba
engkau simak firman Allah yang berbunyi,
“Dan tidaklah patut bagi
laki-laki mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan mukminah, apabila Allah dan
Rasul-Nya telah menerapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang
lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya,
maka sungguhlah dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata.” (Qs. Al-Ahzab:
36)
Saudariku…
Alasan apapun yang masih
tersimpan dihatimu untuk tidak melaksanakan perintah berjilbab ini, janganlah
engkau dengarkan dan engkau turuti. Semua itu hanyalah was-was setan yang
dihembuskannya ke dalam hati-hati manusia, termasuk ke dalam hatimu.
Bersegeralah menuju jalan ketakwaan, karena dengan begitu engkau akan melihat
sosok lain yang jauh lebih baik dari dirimu pada hari ini. Engkau akan dengan
segera mendapati rentetan kasih sayang Allah yang tidak pernah engkau
sangka-sangka sebelumnya. Jadi, apa lagi yang kau tunggu? Bentangkanlah
jilbabmu dan tutupilah cantikmu. Belajarlah menghargai dirimu sendiri dengan
menjaga jilbabmu, maka dengan begitu orang lain pun akan ikut menghargai
dirimu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, yang artinya,
“Barang siapa di antara
kalian mampu membuat perlindungan diri dari api Neraka meskipun hanya dengan
sebiji kurma, maka lakukanlah.” (Hadits shahih. Lihat Shahih Al-Jaami’ (no.
6017). Dari jalan ‘Adi bin Hatim radhiyallahu ‘anhu)
Demikianlah saudariku…
Ku susun risalah ini
sebagai bentuk kasih sayang terhadapmu sembari terus berdo’a semoga Allah
membuka hatimu untuk menerima ‘kado istimewa’ ini dengan ikhlas. Bukan karena
apa maupun karena siapa, tapi karena semata-mata engkau mengharapkan keridhaan
Allah ‘Azza wa Jalla terhadap dirimu. Semoga risalah yang hanya mengharap Wajah
Allah ini dapat mengetuk pintu yang tertutup dan membangunkan nurani yang lama
tertidur lelap, sehingga membangkitkan semangat untuk bersegera menuju ketaatan
kepada Allah. Semoga Allah memasukkan dirimu, diriku, dan seluruh kaum muslimin
yang berpegang teguh dalam tali agama Allah ke dalam golongan orang-orang yang
ditunjuki jalan yang lurus.
Wallahul musta’an.
Penulis: Ummu Sufyan Rahmawaty Woly bintu
Muhammad
Murojaah: Ust. Aris
Munandar hafidzahullah
Maraji’:
Ad’Daa wa Ad-Dawaa’
(Edisi Terjemah), Syaikhul Islam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, tahqiq Syaikh ‘Ali
Hasan Al-Halabi, cet. Pustaka Imam asy-Syafi’i.
Ensiklopedi Fiqh Wanita
(Terj. Fiqhus Sunnah lin Nisaa’), Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, cet.
Pustaka Ibnu Katsir.
Jilbab, Tiada Lagi Alasan
Untuk Tidak Mengenakannya (Terj. Banaatunaa wal Hijab), Dr. Amaani Zakariya
ar-Ramaadi, cet. Pustaka At-Tibyan.
Jilbab Wanita Muslimah
Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah (Terj. Jilbab Al-Mar’atul Muslimah), Syaikh
Muhammad Nashiruddin al-Albani, cet. Pustaka At-Tibyan.
Kudung Gaul, Abu
Al-Ghifari, cet. Mujahid Press.
Menjadi Bidadari Cantik
Ala Islam, Ummu Ahmad Rifqi, cet. Pustaka Imam Abu Hanifah.
Penyimpangan Kaum Wanita
(Terj. Mukhalafat Taqa’u fiihaa an-Nisaa‘), Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman
al-Jibrin, cet. Pustaka Darul Haq.
Saudariku, Apa yang Menghalangimu
Untuk Berhijab? (Terj. Ila Ukhti Ghairil Muhajjabah Mal Mani’ Minal Hijab?),
Syaikh Abdul Hamid al-Bilaly, cet. Pustaka Darul Haq.
Surga Neraka dan Calon Penghuninya Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah (Terj. Al-Jannatu Na’iimuhaa wat Thariiqu Ilaiha Jahannamu Ahwaaluhaa wa Ahluhaa), Syaikh ‘Ali Hasan bin ‘Ali al-Halabi al-Atsari, cet. Pustaka Imam asy-Syafi’i.
Posting Komentar untuk "Ukhti, Apa yang Menghalangimu untuk Berjilbab? - Bagian 2"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.