Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Nabi - Nabi Palsu di Zaman Nabi dan Setelah Wafatnya Nabi


 

Daftar Isi:

Nabi-Nabi Palsu - 1. Al-Aswad Al-‘Ansi

Nabi-Nabi Palsu 2 - Musailimah Al-Hanafi Al-Kadzdzab.

Nabi-Nabi Palsu 3 - Thulaihah Bin Khuwailid Al-Asad (1)

Nabi-Nabi Palsu 4 - Laqith Bin Malik Al-Azdi Yang Dikenal Dengan Dzu Taaj

Nabi-Nabi Palsu 5 - Sajah Binti Al-Harits (Wanita Yang Mengaku Nabi) (1)

Nabi-Nabi Palsu 6 - Al-Mukhtar Bin Abu ‘Ubaid Ats-Tsaqafi Dari Thaif (1)

 

Nabi-Nabi Palsu - 1. Al-Aswad Al-‘Ansi

Nama aslinya adalah ‘Abhalah bin Ka’ab, akan tetapi dia diberi gelar dengan Al-Aswad karena dia adalah orang yang berkulit hitam. Dia muncul mengaku sebagai nabi pada tahun 11 H dan pergi ke negeri Yaman, dan dia memiliki kekuatan yang hebat di Yaman. Bahkan dia membunuh amir Sana’a yang seorang muslim yang bernama Syahr bin Badzan. Setelah dia membunuh Syahr bin Badzan lalu dia memaksa istri dari Syahr bin Badzan yang dia adalah seorang wanita mukminah untuk menikah dengannya. Dia juga memberikan julukan kepada dirinya dengan Rahman Al-Yaman, seakan-akan dia mengaku sebagai Tuhan karena dia tidak puas mengaku sebagai nabi saja.

Disebutkan bahwa Al-Aswad Al-‘Ansi memiliki keajaiban-keajaiban berupa sihir yang menyebabkan banyak orang yang percaya kepadanya. Di antaranya ketika ada keledai jatuh di hadapannya maka dia mengatakan bahwa keledai itu sedang sujud kepadanya, dan keledai itu tidak akan bangkit kecuali jika Al-Aswad Al-‘Ansi berbicara, dari kejadian ini banyak orang yang semakin percaya kepadanya. Ada juga yang mengatakan bahwa dia melatih keledainya terlebih dahulu agar bisa sujud atau rukuk di hadapannya agar bisa membuat orang-orang semakin percaya kepadanya.

Dia mengaku sebagai nabi dan membunuh amir Sana’a, akhirnya Rasulullah memerintahkan para sahabat untuk membunuhnya. Para sahabat yang dikirim adalah Qois bin ‘Abdi Yaghuts, dan Dadzawaih dengan bantuan istri dari amir Sana’a yang dibunuh dan dinikahi secara paksa oleh Al-Aswad Al-‘Ansi. Intinya akhirnya Al-Aswad Al-‘Ansi dibunuh oleh seorang yang bernama Fairuz Ad-Dailami yang dia masuk ke dalam rumah Al-Aswad Al-‘Ansi lalu membunuhnya. Ketika Al-Aswad Al-‘Ansi dibunuh, Rasulullah yang saat itu berada di Madinah mengabarkan “telah menang Fairuz”. Fairuz Ad-Dailami dia kemudian dia wafat di zaman Mu’awiyah yaitu sekitar lebih dari 50 H. Setelah mereka berhasil membunuh Al-Aswad Al-‘Ansi dan memenggal kepalanya, mereka bingung bagaimana cara untuk mengumumkan kepada masyarakat. Ketika telah datang waktu yang tepat maka mereka berteriak mengucapkan,

أَشْهَدُ أَنَّ محمدًا رَسولُ اللهِ وَأَنَّ عَبْهَلَةَ كَذَّابٌ

“aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah dan ‘Abhalah adalah seorang pendusta.”

Lalu mereka melemparkan kepala Al-Aswad Al-‘Ansi. Akhirnya para pengikutnya kocar-kacir dan kabur meninggalkan Sana’a. Inilah nabi palsu yang pertama yang akhirnya tewas di zaman Nabi . (Al-Mutanabbiuun Fii Al-Islaam hal: 182-185)

 

Nabi-Nabi Palsu 2 - Musailimah Al-Hanafi Al-Kadzdzab

Musailimah Al-Kadzdzab muncul di zaman Nabi . Musailimah dari bani Hanifah yang dia pernah datang menemui Nabi ketika ‘Aam Al-Wufud sekitar tahun 9 H, dia datang bersama kaumnya menampakkan seakan-akan telah masuk Islam. Kemudian dia meminta kepada Nabi agar diberikan kenabian, dia mengatakan,

إِنْ جَعَلَ لِي مُحَمَّدٌ الأَمْرَ مِنْ بَعْدِهِ تَبِعْتُهُ

“jika Muhammad setelah dia meninggal menyerahkan kenabiannya kepadaku maka aku akan menjadi pengikutnya.”

Musailimah memiliki pengikut yang sangat banyak dan dia merupakan pembesar di kaum Bani Hanifah. Saat itu Nabi bersama seorang sahabat yaitu Tsabit bin Qais bin Syammas, saat itu beliau sedang memegang pelepah kurma. Tsabit bin Qais menyampaikan kepada Nabi bahwa Musailimah Al-Kadzdzab mengatakan bahwa jika Nabi meninggal untuk menyerahkan kenabian kepadanya. Nabi pun menjawab,

لَوْ سَأَلْتَنِي هَذِهِ القِطْعَةَ مَا أَعْطَيْتُكَهَا، وَلَنْ تَعْدُوَ أَمْرَ اللَّهِ فِيكَ، وَلَئِنْ أَدْبَرْتَ ليَعْقِرَنَّكَ اللَّهُ، وَإِنِّي لَأَرَاكَ الَّذِي أُرِيتُ فِيكَ مَا رَأَيْتُ

“Seandainya kamu meminta agar aku memberikan sepotong pelepah kurma ini kepadamu, tentu aku tidak akan pernah memberikannya. Dan kamu tidak akan mampu perkaramu di hadapan Allah. jika kamu berbalik maka Allah akan membinasakanmu. Dan sungguh aku telah melihat kamu akan ditimpa sesuatu yang saksikan dalam mimpiku itu.” ([1])

Setelah Nabi berkata demikian, maka Ibnu ‘Abbas bertanya kepada Nabi tentang ucapannya,

وَإِنِّي لَأَرَاكَ الَّذِي أُرِيتُ فِيكَ مَا رَأَيْتُ

“Dan sungguh aku telah melihat kamu akan ditimpa sesuatu yang saksikan dalam mimpiku itu.”

Maka Nabi menjelaskan,

بَيْنَمَا أَنَا نَائِمٌ، رَأَيْتُ فِي يَدَيَّ سِوَارَيْنِ مِنْ ذَهَبٍ، فَأَهَمَّنِي شَأْنُهُمَا، فَأُوحِيَ إِلَيَّ فِي المَنَامِ: أَنِ انْفُخْهُمَا، فَنَفَخْتُهُمَا فَطَارَا، فَأَوَّلْتُهُمَا كَذَّابَيْنِ، يَخْرُجَانِ بَعْدِي ” فَكَانَ أَحَدُهُمَا العَنْسِيَّ، وَالآخَرُ مُسَيْلِمَةَ الكَذَّابَ، صَاحِبَ اليَمَامَةِ

“Ketika aku sedang tidur aku melihat di tanganku ada dua gelang terbuat dari emas. Kedua gelang ini membuatku gelisah, lalu aku diberi wahyu dalam mimpiku, agar aku meniupnya. Aku pun meniupnya hingga keduanya terbang (lenyap). Maka aku menakwilkan mimpiku itu sebagai dua orang pendusta (yang mengaku sebagai nabi) yang akan timbul sepeninggalku. Yang pertama adalah Al ‘Ansiy dan yang lainnya adalah Musailamah Al Kadzdzaab, seorang penduduk Yamamah.” ([2])

Dalam riwayat yang lain,

بَيْنَا أَنَا نَائِمٌ أُتِيتُ بِخَزَائِنِ الأَرْضِ، فَوُضِعَ فِي كَفِّي سِوَارَانِ مِنْ ذَهَبٍ، فَكَبُرَا عَلَيَّ، فَأَوْحَى اللَّهُ إِلَيَّ أَنِ انْفُخْهُمَا، فَنَفَخْتُهُمَا فَذَهَبَا، فَأَوَّلْتُهُمَا الكَذَّابَيْنِ اللَّذَيْنِ أَنَا بَيْنَهُمَا، صَاحِبَ صَنْعَاءَ، وَصَاحِبَ اليَمَامَةِ

“Aku bermimpi diberi kekuasaan dan kekayaan bumi, kemudian diletakkan pada kedua tanganku dua buah gelang emas, namun keduanya semakin membesar bagiku, kemudian Allah mewahyukan kepadaku agar aku meniup keduanya, lalu aku pun meniupnya hingga keduanya hilang. Aku menafsirkan mimpi tersebut dengan dua orang pendusta yang aku hidup di antara mereka berdua: yaitu pemimpin Shan’a dan dan pemimpin Yamamah.” ([3])

Musailimah dan Al-Aswad Al-‘Ansi telah diisyaratkan oleh Nabi dan sudah ada di zaman Nabi , dan Nabi telah memimpikan keduanya.

Musailimah memiliki nama lengkap Musailimah bin Tsumaamah bin Kabir bin Habib bin Al-Harist Al-Hanafi. Dia mengaku sebagai nabi pada tahun 10 H. Jadi dia bertemu Nabi pada tahun 9 H yang disebut ‘Amul Wufud dimana Nabi menerima banyak tamu, datanglah dia bersama kaumnya meminta kenabian kepada Nabi setelahnya. Dia juga memberikan gelar dirinya dengan Rahman Al-Yamamah.

Ketika Nabi meninggal maka Musailimah semakin banyak pengikutnya, bahkan dia memiliki pasukan hingga puluhan ribu orang. Akhirnya Abu Bakar h mengirim pasukan untuk menyerang Musailimah Al-Kadzdzab sehingga terjadilah perang yang sangat hebat yang disebut dengan Ma’rakah Al-Yamamah. Perang tersebut di pimpin oleh Khalid bin Al-Walid h, dan perang tersebut sangat luar biasa karena Musailimah Al-Kadzdzab adalah orang yang sangat kuat dalam bertempur. Dia juga memiliki pasukan yang sangat berani untuk mati, bahkan mereka mau berperang agar bisa mati syahid dalam membela nabi palsu.

Ketika Nabi masih hidup Musailimah Al-Kadzdzab sempat menulis surat kepada Nabi dengan mengutus dua orang untuk mengantar surat ini. Isi surat ini adalah,

مِنْ مُسَيْلِمَةَ رَسُولِ اللَّهِ إِلَى مُحَمَّدٍ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُشْرِكْتَ فِي الْأَمْرِ مَعَكَ، وَإِنَّ لَنَا نِصْفَ الْأَرْضِ وَلِقُرَيْشٍ نِصْفَ الْأَرْضِ، وَلَكِنَّ قُرَيْشًا يَعْتَدُونَ

“Dari Musailimah utusan Allah kepada Muhammad utusan Allah, keselamatan untukmu, ammaa ba’du: sesungguhnya aku telah dijadikan sekutu bersamamu dalam kenabian. Kami memiliki setengah bumi dan kaum Quraisy juga memiliki setengah bumi akan tetapi kaum Quraisy adalah orang-orang yang melampaui batas.” ([4])

Jadi Musailimah Al-Kadzdzab tidak mengajak orang untuk kufur kepada Nabi , akan tetapi dia ingin menjelaskan kepada kaumnya bahwa nabi boleh ada 2, di Hijaz nabinya adalah Muhammad adapun di Yamamah yang menjadi nabi adalah Musailimah. Salah satu yang membuatnya memiliki pengaruh yang sangat besar adalah bahwa ada seorang dari pengikut Rasulullah yang murtad, di mana Nabi mengutus orang tersebut untuk mengajarkan Bani Hanifah agama Islam akan tetapi ternyata dia mengaku bahwasanya Nabi mengatakan Musailimah adalah sekutu nabi, Nabi Muhammad adalah rasul di sana dan Musailimah adalah rasul di sini. Orang-orang pun semakin percaya kepada Musailimah Al-Kadzdzab sebagai nabi.

Ketika surat ini sampai kepada Nabi maka Nabi membaca surat tersebut dan berkata kepada kedua utusan tersebut,

فَمَا تَقُولَانِ أَنْتُمَا؟ قَالَا: نَقُولُ: كَمَا قَالَ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” وَاللهِ لَوْلَا أَنَّ الرُّسُلَ لَا تُقْتَلُ لَضَرَبْتُ أَعْنَاقَكُمَا

“Bagaimana menurut kalian berdua tentang surat ini? Kedua utusan tersebut menjawab: kami meyakini sebagaimana yang dia yakini. Maka Rasulullah bersabda: demi Allah, seandainya tidak ada dalam aturan kenegaraan bahwa utusan tidak boleh dibunuh tentu aku akan memenggal kepala kalian berdua.”

Ini disebabkan mereka berdua telah murtad dengan meyakini ada nabi selain Nabi . Lalu Nabi menulis urat balasan kepada Musailimah Al-Kadzdzab, isinya:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ مِنْ مُحَمَّدٍ رَسُولِ اللَّهِ إِلَى مُسَيْلِمَةَ الْكَذَّابِ سَلَامٌ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الْهُدَى، أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ الْأَرْضَ لِلَّهِ يُورِثُهَا مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ

“bismillahirrahmanirrahim, dari Muhammad utusan Allah kepada Musailimah Al-Kadzdzab (seorang pendusta), keselamatan bagi orang yang mengikuti petunjuk. Amma ba’du, sesungguhnya bumi adalah milik Allah yang Allah wariskan kepada orang yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik hanya untuk orang yang bertakwa.”

Ketika Rasulullah meninggal, maka Abu Bakar mengirim Khalid bin Al-Walid untuk memerangi Bani Hanifah yang mereka memiliki pasukan yang sangat banyak sehingga terjadilah perang yang sangat hebat dan banyak para sahabat yang meninggal dunia. Ketika pasukan Bani Hanifah terdesak mereka masuk ke dalam Hadiqah yaitu semacam kebun atau benteng milik Musailimah Al-Kadzdzab sehingga kaum muslimin kesulitan untuk menembus benteng tersebut karena pintu benteng tersebut terkunci. Lalu muncullah seorang sahabat bernama Al-Bara’ bin Malik h. Dia meminta untuk dilemparkan ke dalam benteng agar dia bisa masuk ke dalam benteng tersebut dan membukakan pintu benteng tersebut. Padahal mungkin jika dilemparkan ke dalam benteng tersebut akan menyebabkan dirinya diserang oleh pasukan Musailimah Al-Kadzdzab. Namun Allah menjaga dirinya, ketika dia dilempar dan masuk ke dalam benteng dia berhasil untuk membuka pintu. Akhirnya kaum muslimin pun masuk dan menyerang, lalu Musailimah Al-Kadzdzab terbunuh oleh seorang Anshari dan Wahsyi. Wahsyi tersebut adalah orang yang pernah membunuh Hamzah bin Abdil Mutthalib, tombak yang pernah dia gunakan untuk membunuh Hamzah dia gunakan juga untuk membunuh Musailimah Al-Kadzdzab. Dia melempar tombak tersebut dari jauh hingga menembus dada Musailimah Al-Kadzdzab. Wahsyi tersebut berkata,

فَإِنْ كُنْتُ قَتَلْتُهُ فَقَدْ قَتَلْتُ خَيْرَ النَّاسِ وَشَرَّ النَّاسِ

“jika aku yang telah membunuhnya maka sungguh aku telah membunuh orang yang terbaik (Hamzah -pent) dan orang yang paling buruk (Musailimah Al-Kadzdzab -pent).” ([5])

Footnote:

1. HR. Bukhari No. 3620

2. HR. Bukhari No. 3621 dan Muslim No. 22274

3. HR. Bukhari No. 4374

4. Al-Bidayah Wa An-Nihayah 7/259

5. HR. Abu Dawud At-Thayalisi No. 1410 dan Siyar A’lam An-Nubala’ 3/114

 

Nabi-Nabi Palsu 3 - Thulaihah Bin Khuwailid Al-Asad (1)

Thulaihah bin Khuwailid Al-Asadi adalah seorang sahabat yang kemudian dia murtad dengan mengaku sebagai nabi. Dia dipuji dengan kehebatannya, Muhammad bin Sa’ad berkata,

كَانَ طُلَيْحَةُ يُعَدُّ بِأَلْفِ فَارِسٍ لِشَجَاعَتِهِ وَشِدَّتِهِ

“Thulaihah adalah seorang yang dianggap seperti seribu pasukan karena keberaniannya dan kehebatannya dalam bertempur.”

Namun dia berubah, dengan mengaku sebagai nabi dan mempengaruhi kabilah Ghatafan, Asad, dan Thoyyi. Semua kabilah tersebut dia bawa untuk menjadi anak buahnya. Akhirnya di zaman Abu Bakar, Abu Bakar mengirim pasukan untuk menyerangnya hingga terjadilah peperangan yang sangat besar.

Di antara orang yang membela kenabiannya adalah ‘Uyainah bin Hishn, di mana dia bergabung dengan Thulaihah. Ketika Thulaihah dalam keadaan menyaksikan peperangan besar tersebut, datanglah ‘Uyainah bertanya kepadanya

لَا أَبَا لَكَ هَلْ جَاءَكَ جِبْرِيلُ بَعْدُ؟ فَيَقُولُ: لَا وَاللهِ، فَيَقُولُ لَهُ: مَا يُنْظِرُهُ؟ فَقَدْ وَاللهِ جَهَدْنَا، حَتَّى جَاءَهُ مَرَّةً فَسَأَلَهُ، فَقَالَ: نَعَمْ قَدْ جَاءَنِي، فَقَالَ: إِنَّ لَكَ رَحًى كَرَحَاهُ، وَحَدِيثًا لَا تَنْسَاهُ، فَقَالَ: أَظُنُّ قَدْ عَلِمَ اللهُ أَنَّهُ سَيَكُونُ لَكَ حَدِيثٌ لَا تَنْسَاهُ، هَذَا وَاللهِ يَا بَنِي فَزَارَةَ كَذَّابٌ، فَانْطَلِقُوا لِشَأْنِكُمْ

“Apakah malaikat Jibril telah datang kepadamu? Dia menjawab: demi Allah, belum. Dia pun bertanya lagi: apa yang membuatnya telat datang? Dia menjawab: demi Allah kami telah kepayahan. Hingga ‘Uyainah datang kembali bertanya kepadanya: apakah malaikat Jibril telah datang kepadamu? Ia pun menjawab: iya, sungguh ia telah datang kepadaku dan berkata: sesungguhnya engkau akan mendapatkan satu hari yang awalnya adalah bukan untukmu dan akhirnya bukan untukmu. ‘Uyainah pun berkata: aku kira sungguh Allah telah mengetahu bahwa engkau akan mendapatkan sebuah hadits yang tidak akan pernah engkau lupakan, wahai Bani Fazarah! Demi Allah ini adalah seorang pendusta, pergilah kalian urus kalian sendiri.” (2)

Akhirnya mereka semua meninggalkan Thulaihah. Thulaihah ketika melarikan diri sempat dikejar oleh ‘Ukasyah bin Mihshan dan Tsabit. Namun keduanya dibunuh oleh Thulaihah karena Thulaihah adalah orang jago dalam berperang. ‘Ukasyah bin Mihshan adalah seorang sahabat yang biasa disebut namanya dalam sebuah hadits tentang 70 ribu orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab. Di antara 70 ribu orang tersebut adalah ‘Ukasyah,

سَبَقَكَ بِهَا عُكَّاشَةُ

“‘Ukasyah telah mendahuluimu dalam meminta masuk dalam salah satu dari tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab.” (3)

‘Ukasyah meninggal ketika dia melawan Thulaihah, dia mengejar Thulaihah yang pergi bersama istrinya namun karena Thulaihah lebih kuat darinya akhirnya ‘Ukasyah kalah dan meninggal dunia. Lalu datanglah Tsabit mengejar Thulaihah namun Tsabit juga kalah darinya dan meninggal dunia.

Thulaihah pergi ke Syam dan tinggal di kota Halb. Kemudian Thulaihah sadar akan kesalahannya namun dia malu untuk bertemu dengan Abu Bakar karena telah terjadi peperangan di zamannya karena dirinya. Hingga ketika Abu Bakar meninggal dunia lalu diganti oleh Umar bin Khattab maka datanglah Thulaihah dan ingin membaiat Umar. Umar berkata kepada Thulaihah,

أَنْتَ قَاتِلُ عُكَاشَةَ وَثَابِتٍ! وَاللَّهِ لا أُحِبُّكَ أَبَدًا فَقَالَ: يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ، مَا تَهِمُّ مِنْ رَجُلَيْنِ أَكْرَمَهُمَا اللَّهُ بِيَدِي، وَلَمْ يُهِنِّي بِأَيْدِيهِمَا! فَبَايَعَهُ عُمَرُ

“kamu telah membunuh ‘Ukasyah dan Tsabit, demi Allah aku tidak akn mengakuimu selamanya. Maka Thulaihah pun menjawab: wahai Amirul Mukminin, mengapa kau sibuk dengan dua orang yang Allah telah memuliakan keduanya lewat tanganku (dengan membunuhnya sehingga keduanya mati syahid). Dan Allah tidak menghinakan aku dengan membiarkan aku mati lewat kedua tangan mereka (yaitu jika ia mati maka ia akan mati dalam keadaan kafir). Akhirnya Umar menerima baiatnya.” (4)

Kemudian Thulaihah pun sadar dan semakin bagus Islamnya, lalu dia ikut dalam perang Nahawand dan mati syahid. Ini adalah contoh nabi palsu yang akhirnya bertobat.

Footnote:

(1) Lihat: Al-Mutanabbiuun Fii Al-Islaam hal: 192-195

(2) HR. Al-Baihaqi No. 17630

(3) HR. Bukhari no. 5752 dan Muslim no. 220

(4) Tarikh Ar-Rusul Wa Al-Muluk 3/261

 

Nabi-Nabi Palsu 4 - Laqith Bin Malik Al-Azdi Yang Dikenal Dengan Dzu Taaj

Dia adalah seorang yang mengaku sebagai nabi lalu diperangi oleh Abu Bakar radhiallahu 'anhu. Abu Bakar radhiallahu 'anhu mengirim pasukan untuk memeranginya hingga terjadilah peperangan yang luar biasa. Awalnya Laqith bin Malik Al-Azdi menang dalam peperangan tersebut, lalu datang pertolongan dari beberapa sahabat sehingga terjadi peperangan yang luar biasa. Dalam peperangan ini tewas sebanyak sepuluh ribu orang dari pasukan Laqith bin Malik Al-Azdi.

Footnote:

Lihat: Al-Mutanabbiuun Fii Al-Islaam hal: 205

 

Nabi-Nabi Palsu 5 - Sajah Binti Al-Harits (Wanita Yang Mengaku Nabi) (1)

Dia adalah seorang wanita yang mengaku sebagai nabi. Ketika pasukan Khalid bin Al-Walid datang membawa pasukannya untuk menyerang Musailimah Al-Kadzdzab, ternyata Sajah juga datang membawa pasukannya ingin bertemu Musailimah. Musailimah pun takut akan diserang oleh 2 pasukan sekaligus. Akhirnya dia berkata kepada Sajah untuk bertemu dengannya secara 4 mata. Musailimah pun menyiapkan kemah dan diberi wewangian yang sangat indah, Sajah pun masuk dan mereka akhirnya berbincang berdua. Musailimah bertanya kepada Sajah, “adakah wahyu turun kepadamu?”. Sajah pun menjawab, “apakah wanita harus terlebih dahulu yang memulai? Maka silahkan lelaki dahulu yang memulai”. Musailimah pun menyebutkan wahyu yang turun kepadanya,

أَلَمْ تَرَ إِلَى رَبِّكَ كَيْفَ فَعَلَ بِالْحُبْلَى؟ أَخْرَجَ مِنْهَا نَسَمَةً تَسْعَى، مِنْ بَيْنِ صِفَاقٍ وَحَشَا. قَالَتْ: وَمَاذَا؟ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ خلق للنساء أَفْرَاجَا، وَجَعَلَ الرِّجَالَ لَهُنَّ أَزْوَاجًا،

“Tidakkah kau lihat kepada Rabbmu bagaimana Rabbmu bertindak kepada wanita hamil? Sesungguhnya wanita hamil mengeluarkan nyawa yang keluar dari isi perut”.

Lalu Sajah bertanya kembali: “dan wahyu apalagi?”. Musailimah menjawab: “Sesungguhnya Allah menciptakan bagi para wanita wanita vagina-vagina dan menjadikan bagi mereka para lelaki sebagai pasangan mereka….” (2)

Dia menyebutkan perkataan-perkataan amoral lainnya yang dia anggap sebagai wahyu. Intinya akhirnya Sajah bersaksi bahwa Musailimah adalah benar-benar seorang nabi. Lalu mereka berdua pun menikah, setelah itu Sajah kembali kepada kaumnya dan dengan gembira dia mengabarkan kepada kaumnya bahwa Musailimah telah menikahinya. Kaumnya pun berkata kepada Sajah: wahai Sajah apa mahar yang diberikan Musailimah kepadamu? Akhirnya kaumnya memerintahkan Sajah untuk kembali kepada Musailimah untuk meminta mahar kepadanya. Musailimah pun mengatakan bahwa mahar yang ia berikan kepada dia dan kaumnya adalah bahwasanya tidak ada shalat Isya dan shalat subuh untuk mereka.

Namun di akhir penghujung hayatnya Sajah sadar dan dia kembali kepada Islam. Allah memberikannya hidayah dan Islamnya pun semakin bagus. Inilah kisah seorang wanita yang mengaku nabi dan akhirnya bertobat.

Footnote:

1. Al-Mutanabbiuun Fii Al-Islaam hal: 206-209

2. Al-Bidayah Wa An-Nihayah 6/321

 

Nabi-Nabi Palsu 6 - Al-Mukhtar Bin Abu ‘Ubaid Ats-Tsaqafi Dari Thaif (1)

Al-Mukhtar bin Abu ‘Ubaid Ats-Tsaqafi berasal dari Thaif yang dia tewas pada tahun 67 H. Dia dibunuh oleh pasukan Abdullah bin Zubair. Dia juga seorang yang mengaku sebagai nabi. Asma binti Abu Bakar berkata bahwa Rasulullah pernah bersabda dalam sebuah hadits,

يَخْرُجُ مِنْ ثَقِيفٍ كَذَّابٌ وَمُبِيرٌ فَأَمَّا الْكَذَّابُ، فَقَدْ رَأَيْنَاهُ، يَعْنِي: الْمُخْتَارَ، وَأَمَّا الْمُبِيرُ فَأَنْتَ

“akan keluar dari Tsaqif seorang pendusta dan seorang yang beringas. (Asma binti Abu Bakar berkata) Adapun orang yang berdusta sungguh kami telah melihatnya yaitu Al-Mukhtar, dan adapun orang yang beringas adalah kamu (Al-Hajjaj -pent).” (2)

Footnote:

1. Al-Mutanabbiuun Fii Al-Islaam hal: 209

2. HR. Thabrani, Al-Mu’jam Al-Kabir No. 232

 

Artikel diatas disusun dan ditulis oleh:

Ustadz DR. Firanda Andirja, MA

Posting Komentar untuk "Nabi - Nabi Palsu di Zaman Nabi dan Setelah Wafatnya Nabi"