Bacaan Dzikir Setelah Sholat Fardhu Sesuai Sunnah Rosulullah Yang Shahih
Bacaan Dzikir Setelah Sholat Fardhu Sesuai Sunnah Rosulullah Yang Shahih
أَسْـتَغْفِرُاللهَ
اَللَّهُمَّ أَنْتَ
السَّلَامُ وَ مِنْكَ السَّـلَامُ تَبَارَكْتَ يَاذَاالْجَلَالِ وَ الْإِكْرَامِ
“Aku memohon ampun kepada
Alloh (3x). Ya Alloh, Engkau pemberi keselamatan, dan dari-Mu keselamatan.
Mahasuci Engkau, wahai Robb Pemilik keagungan dan kemuliaan” (1x) (HR. Muslim, Ahmad, Abu Daud, an-Nasai, Ibnu
Khuzaemah, ad-Darimi, dan Ibnu Majah)
لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ,لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى
كُلِّ
شَيْءٍ قَدِيْرٌ. اَللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا
مَنَعْتَ
وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَـدِّ مِنْكَ الْجَدُّ
“Tidak ada Ilah (yang
berhak diibadahi dengan benar) melainkan hanya Alloh Yang Mahaesa. Tidak ada
sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan dan bagi-Nya segala pujian. Dia
Mahakuasa atas segala sesuatu. Ya Alloh, tidak ada yang mencegah apa yang
Engkau beri dan tidak ada yang memberi apa yang Engkau cegah. Tidak berguna
kekayaan dan kemuliaan itu bagi pemiliknya (selain iman dan amal shalih). Hanya
dari-Mu kekayaan dan kemuliaan” (HR. Bukhari, Muslim,Ahmad,Ibnu Khuzaemah,
ad-Darimi, Abu Daud, dan an-Nasai)
لاَ
إِلَهَ إِلاَ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ ,لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ
وَهُوَ عَلَى
كُلِّ
شَيْءٍ قَدِيْرٌ. لاَحَـوْلَ وَلَاقُـوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ ,لاَ إِلَهَ إِلاَ
اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ
إِلاَّ
إِيَّاهُ ,لَهُ النِّعْمَةُ وَلَهُ الْفَضْلُ وَلَهُ الثَّنَاءُ الْحَسَنُ ,لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
مُخْلِصِيْنَ
لَهُ الدِّيْنِ وَلَوْكَرِهَ الْكَافِرُوْنَ.
“Tidak ada Ilah (yang
berhak diibadahi dengan benar) melainkan hanya Alloh Yang Mahaesa. Tidak ada
sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan dan bagi-Nya segala pujian. Dia
Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali (dengan
pertolongan) Alloh. Tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi dengan benar)
melainkan hanya Alloh. Kami tidak beribadah kecuali kepada-Nya. Bagi-Nya
nikmat, anugerah dan pujian yang baik. Tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi
dengan benar) melainkan hanya Alloh, dengan memurnikan ibadah hanya kepada-Nya,
meskipun orang-orang kafir tidak menyukainya“(HR. Muslim, Ahmad, Ibnu Khuzaemah, Abu Daud, dan
an-Nasai)
لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ ,لَهُ الْمُلْكُ
وَلَهُ
الْحَمْدُ يُحْـيِىْ وَيُمِــيْتُ وَهُـوَ عَلَى كُلِّ شَـيْئٍ قَـدِيْرٌ
“Tidak ada Ilah (yang
berhak diibadahi dengan benar) melainkan hanya Alloh, Yang Mahaesa. Tidak ada
sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan dan bagi-Nya segala pujian. Dialah
yang menghidupkan (orang yang sudah mati atau memberi ruh janin yang akan
dilahirkan) dan yang mematikan. Dialah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu”
(Khusus ini dibaca 10 x setiap ba’da maghrib dan Subuh) (HR. Ahmad,Tirmidzi).
اَللَّهُمَّ أَعِنِّيْ
عَلَى ذِكْرِكَ وَشُـكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
“Ya Alloh, tolonglah aku untuk berdzikir
kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu, serta beribadah dengan baik kepada-Mu” (HR. Abu
Daud, an-Nasai,Ahmad,al-Hakim)
سُبْحَانَ اللهِ (33)
اَلْحَمْدُللهِ (33) اَللهُ أَكْبَرُ (33
“Mahasuci Alloh (33 x). Segala puji bagi Alloh
(33 x). Alloh Mahabesar (33 x)
لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللهُ وَحْدَهُ لاَّ شَرِيْكَ لَهُ ,لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى
كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
“Tidak ada Ilah (yang
berhak diibadahi dengan benar) melainkan hanya Alloh, Yang Mahaesa, tidak ada
sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan, bagi-Nya segala pujian. Dialah Yang
Mahakuasa atas segala sesuatu”. (HR. Muslim, Ahmad, Ibnu Khuzaemah,al-baihaqi)
سُوْرَةُ
الْإِخْلَاصِ
Lalu membaca surat:
al-Ikhlas “QulhuwAllohu ahad…”. (HR.
Abu Daud, an-Nasai, Ibnu Khuzaemah, Tirmidzi)
سُوْرَةُ الْفَلَقِ
Lalu membaca surat: al-falaq “Qul a’uudzu
birobbil falaq…”. (HR. Abu Daud, an-Nasai, Ibnu Khuzaemah, Tirmidzi)
سُوْرَةُ النَّاسِ
Lalu membaca surat: an-Naas “Qul a’uudzu
birobbin naas…”. (HR. Abu Daud, an-Nasai, Ibnu Khuzaemah, Tirmidzi)
أَيَةُ الْكُرْسِيْ
Lalu membaca ayat: Kursi
“Allohu laa ilaaha illa huwal hayyul qoyyuum…”. (HR. an-Nasai, Ibnu Sunni)
اَللَّهُمَّ
إِنِّيْ أَسْـأَكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا
“Ya Alloh, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang halal dan amal yang diterima” (Khusus dibaca ba’da sholat shubuh) (HR. Ibnu Majah, Ibnu Sunni)
Beberapa
Kebiasaan Yang Perlu Dihindari Berkaitan Dengan Dzikir Sesudah Sholat:
Beberapa hal yang biasa
dilakukan oleh banyak orang setelah sholat fardhu (wajib) yang lima waktu tapi
tidak ada contoh dan dalil dari Rosululloh dan para sahabatnya.
Diantara kebiasaan yang
salah tersebut ialah:
⛔ 1. Mengusapkan kedua
tangan ke wajah/muka sesudah salam, karena kebiasaan ini sama sekali tidak
berdasar pada dalil yang shohih.
⛔ 2. Berdo’a dan berdzikir
secara berjamaah yang dipimpin oleh imam sholat.
⛔3. Berdzikir dengan
bacaan yang tidak ada nash/dalilnya, baik lafazh maupun bilangannya, atau
berdzikir dengan dasar hadits yang dha’if(lemah) atau maudhu’ (palsu).
Contoh:
➡1.
Sesudah sholat membaca: “Alhamdulillaah”
➡2.
Membaca surat al-Faatihah setelah salam.
➡3.
Membaca beberapa ayat terakhir surat al-Hasyr dan lainnya.
➡4. Menghitung dzikir
dengan memakai biji-bijian tasbih atau yang serupa dengannya. Tidak ada satupun hadits yang shahih tentang
menghitung dzikir dengan biji-bijian tasbih, bahkan sebagiannya maudhu’
(palsu). Syaikh al-Albani mengatakan: “Berdzikir dengan biji-bijian tasbih adalah
bid’ah.”
🚫 Syaikh Bakr Abu Zaid
mengatakan bahwa berdzikir dengan menggunakan biji-bijian tasbih menyerupai
orang-orang Yahudi, Nasrani, Budha, dan perbuatan ini adalah bid’ah. Yang
disunnahkan dalam berdzikir adalah dengan menggunakan jari-jari tangan:
عَنْ
عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: رَأَيْتُ رَسُوْلُ اللهِ يَعْقِدُ التَّسْبِيْحَ
بِيَمِيْنِهِ
“Dari Abdullah bin ‘Amr,
ia berkata: “Aku melihat Rasulullah menghitung bacaan tasbih (dengan jari-jari)
tangan kanannya.” (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi)
✳ Bahkan, Nabi
memerintahkan para sahabat menghitung; Subhaanallaah, alhamdulillah, dan
mensucikan Allah dengan jari-jari, karena jari-jari akan ditanya dan diminta
untuk berbicara (pada hari kiamat) (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi)
➡5. Berdzikir dengan suara
keras, karena bertentangan dengan dalil-dalil al-Qur’an yang menyuruh kita
untuk berdzikir dengan suara pelan. Firman
Allah dalam Qs. Al A’raaf Ayat 55;
ادْعُواْ
رَبَّكُمْ تَضَرُّعاً وَخُفْيَةً إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُعْتَدِي
“Berdo’alah kepada Tuhanmu
dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas.” [Qs. Al-A’raaf 55]
Dan Qs. Al A’raaf Ayat 205
وَاذْكُر
رَّبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعاً وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ
بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ
وَلاَ
تَكُن مِّنَ الْغَافِلِي
“Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu
dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di
waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.”
[Qs. Al-A’raaf 205]
Nabi melarang berdzikir
dengan suara keras sebagaimana diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, Imam Muslim
dan lain-lain. Imam Syafi’i menganjurkan agar imam atau makmum tidak
mengeraskan bacaan dzikir.
➡6.
Bersalam-salaman/berjabatan tangan antar jamaah sesudah salam, sebelum dzikir.
Tidak ada contoh dari Nabi dan para sahabatnya yang bersalam-salaman sesudah
salam dalam shalat. Bersalaman yang dicontohkan adalah pada saat awal bertemu
dan saat akan berpisah. Selain itu kebiasaan bersalam-salaman sesudah salam
akan mengganggu kekhusu’an dzikir yang disyari’atkan untuk dilaksanakan tanpa
ada jeda waktu sesudah salam. Apalagi dzikir sesudah sholat fardhu memiliki
keutamaan yang tinggi.
Semoga kita bisa
mengambil pelajaran yang terbaik dari ajaran Islam yang hanif ini. Wallohu
a’lam bis shawab
📗 Di Salin dari Buku
Dzikir Pagi dan Petang
📝
Ust. Yazid bin Abdul Qodir Jawas
Posting Komentar untuk "Bacaan Dzikir Setelah Sholat Fardhu Sesuai Sunnah Rosulullah Yang Shahih"
Sebelumnya kami ucapkan Jazakumullahu Khairan atas tegur sapa antum semua di web Kabeldakwah.com ini.
==> Komentar Anda akan ditanggapi oleh Admin saat Aktif.