Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

You Are What You Say

"Maaf mas, saya boleh pinjam duit?" seorang tetangga dengan hati-hati menyampaikan maksudnya kepada saya

"Emang ada keperluan apa pak? Tumben pinjam duit segala" saya sedikit heran, tidak biasanya beliau meminjam

"Isteri saya sedang sakit mas"

"Sakit apa pak?"

"Biasalah mas, sakitnya orang miskin, badan panas, lemas, gak mau makan"

Begitulah akhir obrolan kami sebelum saya akhirnya meminjamkan duit kepada beliau. Bukan karena pinjamnya itu yang mau saya ceritakan, tapi apa yang dia bilang itu 'sakitnya orang miskin' inilah yang harus menjadi hikmah buat kita.

Ada pula seorang pedagang curhat kepada saya "Ustad, apa benar ada orang yang bawa sial?"

"Maksudnya bagaimana pak?"

"Saya ini merasa setelah saya menikah, kok dagangan saya menurun. Saya menduga istri saya ini bawa sial buat saya. Apa mungkin begitu?"

Ini kasusnya mirip juga. Ucapan bahwa istrinya bawa sial juga menjadi hikmah yang sama buat kita. Apa hikmahnya? Yaitu menjaga setiap kata yang kita ucapkan.

Kata menunjukkan harapan. Maka berharap yang baik harus dimulai dari berkata-kata yang baik, yang positif.

Kata mewakili hati dan keyakinan. Maka keyakinan yang optimis harus dimulai dari berkata-kata yang optimis, yang khusnuzon.

Kata melukiskan prasangka kita kepada Allah. Apabila kata yang kita ucapkan selalu baik, maka begitu pula Allah akan selalu memberikan yang baik pula. Bukankah Allah tergantung prasangka hambaNya?

Maka mari kita mulai disiplin kata. Siapa yang mau rezekinya diperbaiki oleh Allah, maka perbaikilah kata-kata yang diucapkan.

Salam Hijrah.

Waktunya bangun dan berubah dari tidur panjang kita!

Penulis: Ustaz Arafat

Posting Komentar untuk "You Are What You Say"