Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengapa Ibu Nabi Yusuf Tidak Disebutkan Kisahnya Dalam Surah Yusuf ?

 

Mengapa Ibu Nabi Yusuf Alaihissalam tidak disebutkan Kisahnya didalam Al Qur’an?

Mengapa Ibu dari junjungan kita Nabi Yusuf tidak disebutkan pada konteks peristiwa didalam kisah Nabi Yusuf meskipun hanya sekali, kecuali hanya pada firman Allah:

ورفع أبويه على العرش

“Dan dia (Yusuf) menaikkan kedua orang tuanya ke singgasana”. (QS. Yusuf: 100)

Dan penyebutan terkait sujudnya didalam mimpi Nabi Yusuf,

اِذۡ قَالَ يُوۡسُفُ لِاَبِيۡهِ يٰۤاَبَتِ اِنِّىۡ رَاَيۡتُ اَحَدَ عَشَرَ كَوۡكَبًا وَّالشَّمۡسَ وَالۡقَمَرَ رَاَيۡتُهُمۡ لِىۡ سٰجِدِيۡنَ‏

(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, "Wahai ayahku! Sungguh, aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku." (QS. Yusuf: 4)

Diselain dua tempat ini, kami tidak menemukan penyebutan tentang ibunya.

Padahal kesedihan ibunya melebihi kesedihan ayahnya (Ya’qub), yang matanya sampai memutih dan hilang penglihatannya karena kesedihannya yang sangat. Namun mengapa penyebutan tentang ibunya tidak disebutkan pada banyak ayat seperti halnya ayahnya? padahal jika dilihat dari sisi kesedihan maka ibunya-lah yang lebih berhak untuk disebutkan pada kisah anaknya Nabi Yusuf Alaihissalam dalam Al Qur’an karena ia pula yang telah mengandung dan melahirkannya.

Jawabannya sederhana, karena Ibu Nabi Yusuf telah meninggal dunia saat melahirkan adik laki-lakinya (Bunyaamin/Benyamin). Dan oleh karena itu, ibu yang dilihat Nabi Yusuf dalam mimpinya itu adalah ibu tirinya yang membesarkannya dan ibu dari saudara-saudaranya yang bersekongkol melawannya.

Oleh karena itu, lamanya peristiwa yang di alami Nabi Yusuf menjadi fokus / pusat perhatiannya Nabi Ya’qub sang ayah kandungnya, karena betapapun kasih sayang / simpatiknya ibu tirinya kepada Nabi Yusuf, namun hati ibu tirinya juga terbagi dan biasanya lebih condong merindukan dan mengasihi anak-anak kandungnya, dan kesedihan ibu tirinya tidak dapat dibandingkan dengan kesedihan yang dirasakan ayah kandungnya (Ya’qub).

Maka disinilah kita akan menemukan kemegahan, kefasihan, dan keakuratan gaya bahasa Al-Qur'an yang sangat menakjubkan.

Didalam firman Allah disebutkan:

ورفع أبويه على العرش

Dan tidaklah disebutkan:

ورفع والديه على العرش

 

Mengapa demikian?

Karena kata أبويه  berbeda makna  dengan kata والديه .

Apabila kata والديه  memiliki makna, “Orang tua nasabnya yang berarti ibu kandungnya”.

Sedangkan kata أبويه  memiliki makna, “Ayah dan ibunya, tetapi ibu disini belum tentu ibu kandungnya melainkan bisa jadi ‘ibunya yang membesarkannya (ibu angkat, ibu susuan) atau istri dari ayahnya (ibu tirinya)’.”

Begitu pula penggunaan kata "الأبوين" mengacu pada ayah dan ibu, namun dengan pihak ayah yang lebih diutamakan.

Adapun penggunaan kata الوالدين, mengacu pada ayah dan ibu juga, tetapi dengan pihak ibu yang lebih dominan, karena kelahiran (Al Wilaadah) adalah sifatnya seorang wanita.

Dari sini pula kita dapat memahami mengapa Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surah Al Isra’ ayat 23 menggunakan kata waalidun:

وبالوالدين إحسانا

Dan Allah tidak menggunakan kata Al Abawaiin:

وبالأبوين إحسانا

Tentunya, untuk merekomendasikan ibu atas ayah dalam penjagaan, kebajikan dan berbakti padanya.

Sunguh, Tidak ada kefasihan kata yang paling indah dan benar melebihi Al-Qur'an yang Mulia.

Baarokallahu fiikum...

Terjemah bebas dengan beberapa penambahan kalimat oleh:

Ahmadi Assambasy

Cilacap - Jawa Tengah

Sumber Teks Asli:

FB Hukmun  wa Qawa’idun

Posting Komentar untuk "Mengapa Ibu Nabi Yusuf Tidak Disebutkan Kisahnya Dalam Surah Yusuf ?"