Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Qawaid Qur'aniyah Kaidah ke 5 - Binasa Karena Dusta

Sungguh Merugi Orang-Orang Yang Mengadakan Kedustaan

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَقَدۡ خَابَ مَنِ افۡتَرٰى

“Dan sungguh rugi orang yang mengada-adakan kedustaan.” (QS. Thaha: 61)

 

Kaidah ini adalah kaidah yang disebutkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dalam Al Qur’an berkaitan dengan kisah Musa ‘alaihissalam dengan Fir’aun dan para penyihirnya, Sebagaimana Firman-Nya:

قَالَ مَوۡعِدُكُمۡ يَوۡمُ الزِّيۡنَةِ وَاَنۡ يُّحۡشَرَ النَّاسُ ضُحًى‏ (59) فَتَوَلّٰى فِرۡعَوۡنُ فَجَمَعَ كَيۡدَهُ ثُمَّ اَتٰى (60) قَالَ لَهُمۡ مُّوۡسٰى وَيۡلَكُمۡ لَا تَفۡتَرُوۡا عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا فَيُسۡحِتَكُمۡ بِعَذَابٍ‌ۚ وَقَدۡ خَابَ مَنِ افۡتَرٰى (61) فَتَنَازَعُوۡۤا اَمۡرَهُمۡ بَيۡنَهُمۡ وَاَسَرُّوا النَّجۡوٰى‏ (62)

“Berkata Musa: "Waktu untuk pertemuan (kami dengan) kamu itu ialah di hari raya dan hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu matahari sepenggalahan naik". Maka Fir'aun meninggalkan (tempat itu), lalu mengatur tipu dayanya, kemudian dia datang. Berkata Musa kepada mereka: "Celakalah kamu, janganlah kamu mengada-adakan kedustaan terhadap Allah, maka Dia membinasakan kamu dengan siksa". Dan sesungguhnya telah merugi orang yang mengada-adakan kedustaan. Maka mereka berbantah-bantahan tentang urusan mereka di antara mereka dan mereka merahasiakan percakapannya (mereka).” (QS. Thaha: 59-62)

 

Lafaz Iftiro dari kata Iftaro mengandung beberapa pengertian yaitu kedustaan, syirik, dan bisa juga bermakna kezhaliman. Ketiga makna ini disebutkan dalam Al Qur’an pada beberapa ayat dan semua lafazh menunjukkan kepada arti destruktif (merusak, memusnahkan, menghancurkan, atau membinasakan).

Ibnul Qayyim Al Jauziah Rahimahullah menguatkan kaidah ini dengan mengatakan Allah subhanahu wa ta’ala menjamin bahwa Dia akan mengecewakan orang-orang yang mengada-adakan kedustaan. Dia tidak akan  memberi hidayah kepada mereka dan akan menimpakan siksa kepada mereka.

Allah subhanahu wa ta’ala memberikan penjelasan terkait perbuatan yang termasuk membuat dusta diantaranya yaitu:

1.      Berdusta Atas Nama Allah Adalah Keharaman Yang Paling Besar Secara Mutlak

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَمَنۡ اَظۡلَمُ مِمَّنِ افۡتَـرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا اَوۡ قَالَ اُوۡحِىَ اِلَىَّ وَلَمۡ يُوۡحَ اِلَيۡهِ شَىۡءٌ وَّمَنۡ قَالَ سَاُنۡزِلُ مِثۡلَ مَاۤ اَنۡزَلَ اللّٰهُ‌ؕ

“Siapakah yang lebih zhalim daripada orang-orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah atau yang berkata, "Telah diwahyukan kepadaku," padahal tidak diwahyukan sesuatu pun kepadanya, dan orang yang berkata, "Aku akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah." (QS. Al An’am: 93)

 

2.      Syirik Termasuk Membuat Kedustaan Besar

Allah ta’ala berfirman:

قُلۡ اِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّىَ الۡـفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنۡهَا وَمَا بَطَنَ وَ الۡاِثۡمَ وَالۡبَـغۡىَ بِغَيۡرِ الۡحَـقِّ وَاَنۡ تُشۡرِكُوۡا بِاللّٰهِ مَا لَمۡ يُنَزِّلۡ بِهٖ سُلۡطٰنًا وَّاَنۡ تَقُوۡلُوۡا عَلَى اللّٰهِ مَا لَا تَعۡلَمُوۡنَ

“Katakanlah (Muhammad), "Tuhanku hanya mengharamkan segala perbuatan keji yang terlihat dan yang tersembunyi, perbuatan dosa, perbuatan zhalim tanpa alasan yang benar, dan (mengharamkan) kamu mempersekutukan Allah dengan sesuatu, sedangkan Dia tidak menurunkan alasan untuk itu, dan (mengharamkan) kamu membicarakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al A’raf: 33)

 

3.      Menghalalkan Yang Haram Dan Mengharamkan Yang Halal Termasuk Dusta Yang Besar

Allah ta’ala berfirman:

كُلُّ ٱلطَّعَامِ كَانَ حِلًّا لِّبَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ إِلَّا مَا حَرَّمَ إِسْرَٰٓءِيلُ عَلَىٰ نَفْسِهِۦ مِن قَبْلِ أَن تُنَزَّلَ ٱلتَّوْرَىٰةُ ۗ قُلْ فَأْتُوا۟ بِٱلتَّوْرَىٰةِ فَٱتْلُوهَآ إِن كُنتُمْ صَٰدِقِينَ

“Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya'qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan. Katakanlah: "(Jika kamu mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum turun Taurat), maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah dia jika kamu orang-orang yang benar." (QS. Ali Imran: 93)

Dahulu, semua makanan yang baik adalah halal bagi Bani Israil. Tidak ada makanan yang diharamkan kecuali yang diharamkan oleh Ya'qūb (Israil) atas dirinya sendiri sebelum kitab Taurat diturunkan, tidak seperti anggapan orang-orang Yahudi yang mengklaim bahwa pengharaman itu terdapat di dalam Kitab Taurat. Katakanlah -wahai Nabi- kepada mereka, “Datangkanlah kitab Taurat dan bacalah, jika kalian benar terkait klaim kalian itu.” Mereka semua bungkam dan tidak mau mendatangkan Taurat. Ini adalah contoh yang menunjukkan kebohongan yang dibuat oleh orang-orang Yahudi atas nama Taurat dan bagaimana mereka melakukan perubahan terhadap isi kandungan kitab Taurat. (Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid)

 

4.      Berfatwa Tanpa Ilmu Termasuk Dusta Yang Besar

Allah ta’ala berfirman:

وَلَا تَقُولُوا۟ لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ ٱلْكَذِبَ هَٰذَا حَلَٰلٌ وَهَٰذَا حَرَامٌ لِّتَفْتَرُوا۟ عَلَى ٱللَّهِ ٱلْكَذِبَ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى ٱللَّهِ ٱلْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ

“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung.” (QS. An Nahl: 116)

Sebagian ulama salaf mengatakan, “Setiap orang harus berhati untuk berkata, “Allah mengaharamkan hal ini dan Allah menghalalkan yang itu.” Padahal, Allah menyanggahnya, “Kamu telah berdusta, karena aku tidak pernah menghalalkan yang ini atau mengharamkan yang itu”.” (I’lam Al Muwaqi’in An Rabb Al Alamin, 1/39)

Suatu ketika ada seorang katib atau sekretaris mencatat dihadapan Amirul Mukminin Umar bin Al Khathab sebuah hokum, Katib itu berkata, “Inilah yang Allah perlihatkan kepada Amirul Mukminin Umar bin Al Khathab.” Umar pun langsung menimpali, “jangan katakana demikian, tetapi katakanlah, ini adalah pandangan Umar, Jika benar maka itu datangnya dari Allah dan jika salah maka datangnya dari pribadi Umar”. (Lihat HR. Al Baihaqi dalam sunan Al Kubro no. 20135)

Karena itu siapa yang tidak memiliki dasar ilmu pengetahuan terhadap hal yang yang ia bicarakan maka hendaklah ia menjaga lidahnya.

 

Kisah nyata merugi karena berbuat dusta:

Syekh Dr. Umar bin Abdullah Al Muqbil menyebutkan dalam tulisannya bahwa:

“Seorang wanita bercerita. Ia mengajar di sebuah unversitas dan telah mengalami perceraian sebanyak dua kali. Ia mengisahkan, “Kisah kezhalimanku terjadi tujuh tahun yang lalu. Setelah perceraianku yang kedua, aku memutuskan untuk ingin menikah dengan laki-laki (suami salah satu kerabatku) yang pernah hidup nikmat dan tenang bersama istri dan kelima anaknya. Aku bersepakat dengan putra bibiku –yang juga mencintai wanita (istri dari laki-laki yang kuinginkan)- untuk menuduh istrinya bahwa ia telah mengkhianati suaminya (tuduhan selingkuh). Kami berupaya untuk menyebarkan dan menghembuskan gossip ini di tengah-tengah keluarganya. Bersamaan dengan berjalannya waktu, rumors ini pun menuai sukses, hasilnya keluarga ini goncang dan berakhir dengan perceraian. Setelah setahun berjalan, wanita yang diceraikan karena gossip dan rumors itu menikah dengan seorang laki-laki lain yang lumayan kaya. Sementara sang laki-laki yang kuinginkan justru malah menikah dengan wanita lain selain diriku. Hasilnya aku dan putra bibiku tidak mencapai tujuan dan maksud rumors kami, yang terjadi malah kami merasakan buah pahit dari kezhaliman dan kedustaan yang kami buat sendiri. Aku terkena penyakit kanker darah. Sementara putra bibiku, meninggal dunia dalam keadaan terbakar disebabkan korsleting yang terjadi pada alur listrik di tempat tinggalnya. Peristiwa mengenaskan ini terjadi setelah tiga tahun gossip dan dusta dihembuskan.”

 

Saudaraku yang semoga dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala, sungguh benar apa yang telah disabdakan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bahwa dusta hanyalah mengantarkan kepada jurang kebinasaan. Sebagaimana dalam sabdanya:

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

““Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Muslim no. 2607)

Wallahu a’lam bishowab. Semoga bermanfaat, Baarokallahu fiikum.

 

(Ringkasan dengan beberapa penambahan dari kitab Qawaidu Qur’aniyyah. 50 Qaidah Qur’aniyyah fi Nafsi wal Hayat. Syekh DR. Umar bin Abdullah al Muqbil)

 

Ahmadi As-Sambasy

Cilacap, 04 September 2021

KabeL DakwaH
KabeL DakwaH Owner Gudang Software Al-Amanah

Posting Komentar untuk "Qawaid Qur'aniyah Kaidah ke 5 - Binasa Karena Dusta"